Minggu, 06 Oktober 2013

METODOLOGI PENELITIAN (METPEN)

PORTOFOLIO AKHIR SEMESTER
METODOLOGI PENELITIAN


Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam menempuh mata kuliah Metodologi Penelitian


Disusun oleh

Selfia Mona Peggystia                  11.094



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dewasa ini, penggunaan kosmetik bagi wanita dalam kehidupan sehari-hari tak pernah ketinggalan. Kosmetik sangat penting bagi wanita, karena tanpa kosmetik wanita tak bisa lebih dalam hal mendandani diri dan tampil lebih cantik. Kosmetik memang sudah menjadi sahabat untuk wajah seorang wanita, apalagi dengan aktifitas mereka sehari-hari. Misal saja wanita karier yang mengutamakan penampilan dan kecantikan. Tuntunan pekerjaan dan aktifitas yang padat membuat mereka selalu menjaga penampilan, terutama wajah. Dengan kosmetik, wanita lebih terlihat cantik dan menjaga wajah tetap segar.
Wanita juga mendambakan bibir merah yang seksi serta bibir merah merekah. Dengan bibir merah akan menambah daya tarik dan paras kecantikan seorang wanita. Bentuk dan warna bibir setiap orang juga berbeda-beda, ada yang memiliki bibir berwarna coklat tua, coklat muda, pink muda, atau bahkan ada juga yang memiliki bibir pink kemerahan. Biasanya warna bibir yang berbeda setiap orang disebabkan oleh pigmen kulit ataupun gen keturunan. Untuk itu, wanita tak canggung-canggung untuk membeli produk lipstik yang di tawarkan oleh produsen untuk menjaga keindahan bibir mereka.
Lipstik pewarna bibir yang terbuat dari sejenis lilin, berbentuk batang, pejal licin, bewarna-warni sangat digemari oleh kaum hawa. Lipstik memiliki ujung bentuk yang berbeda. Ada lipstik yang ujungnya tajam, rata, bulat maupun cekung. Juga memiliki berbagai warna seperti, merah, pink, coklat, orange muda dan lain-lain. Oleh karena itu, produsen mempunyai ide kreatif untuk membuat, mengaplikasikan, serta mengembangkan berbagai bentuk lipstik dan warna yang disukai oleh konsumen. Agar para konsumen selalu dan terpancing oleh produk lipstik yang di tawarkan produsen.
Salah satu bahan alami yang sejak dulu digunakan dalam produk kecantikan, terutama lipstik adalah madu. Salah satu sifat yang unik dari madu adalah kandungan gulanya, yang memberikan rasa manis terhadap kulit bibir sehingga jika konsumen mengecapnya tidak timbul efek samping melainkan rasa manis yang dirasa. Glukosa didalam madu akan membuat madu berkristal, oleh karenanya jika dalam penggunaan lipstik dari madu ini bisa memberikan warna yang berkristal atau berkilau di kulit bibir. Juga memberikan aroma yang khas pada bibir karena beberapa senyawa pembentuk aroma madu. Apalagi dengan manfaatnya yang bisa mengikat kelembaban, menyejukkan kulit, serta memberikan warna merah alami pada kulit bibir.
Madu merupakan produk alami yang lebih aman digunakan dan mengandung komponen yang bermanfaat untuk kesehatan kulit seperti gula, beberapa mineral, protein dan anti bakteri. Madu dihasilkan oleh lebah madu dengan jalan inverse enzimatis nektar bunga atau cairan manis hasil sekresi cairan floem tanaman lain selain bunga. Madu dengan rasa spesifik tidak terhitung banyaknya, variasi penyebab rasa tersebut disebabkan oleh berbagai glukosida dan alkaloid yang khas bagi tumbuhan sumber nektar. Banyak senyawa pembentuk aroma madu antara lain, formaldehida, asetaldehida, aseton, isobutiraldehida, dan diasetil. Disamping dapat melembabkan kulit dapat pula memberikan gizi pada kulit. Madu mempunyai sifat higroskopis, yaitu mudah menyerap air dari udara, karena itu dapat digunakan sebagai humektan. Sifat madu yang sangat higroskopis menyebabkan madu dapat menyerap sekresi lemak dari kulit, sehingga sangat cocok digunakan dalam produk kosmetik terutama lipstik.

1.2  Rumusan Masalah
·      Bagaimana mutu fisik sediaan lipstik dari madu ?
1.3  Tujuan Penelitian
·      Untuk mengetahui mutu fisik sediaan lipstik dari madu.
1.4  Manfaat Penelitian
·      Dapat mengetahui mutu fisik sediaan lipstik dari madu yang baik sesuai dengan kriteria.
·      Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang lipstik yang terbuat dari madu untuk melembabkan kulit bibir.
1.5  Asumsi Penelitian
·      Madu mengandung zat antibiotik yang aktif melawan dan menghambat bakteri. (Asumsi bersifat substantif).
·      Uji sterilitas sampel madu dinyatakan steril karena tidak terdapat pertumbuhan kuman setelah madu dikultur pada media BAP dengan inkubasi 37ᵒC selama 24 jam. (Asumsi bersifat metodologis).
1.6  Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Adapun pengujian untuk mutu fisik sediaan lipstik, antara lain:
·      Organoleptis           : Cara pengujian dengan menggunakan alat indera, dimana kita bisa mengetahui bentuk, bau, warna, tekstur, kilap, dan daya oles suatu sediaan.
·      Homogenitas          : Pengujian ini untuk mengetahui suatu sediaan tercampur merata antara bahan aktif dan bahan tambahan pada kaca preparat.
·      pH Indikator          : Pengujian ini untuk mengetahui derajat keasaman atau kebasaan suatu sediaan, dengan cara mengoleskan sediaan pada pH indikator, kemudian dilihat hasilnya.
·      Kekerasan               : Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekerasan lipstik dengan cara mencelupkan jarum pada sediaan, kemudian dirasakan tingkat kekerasannya.
·      Titik Leleh              : Titik leleh lipstik yang ideal mendekati suhu bibir antara 36-38oC. Dilakukan dengan mengambil suatu sediaan dalam jumlah sedikit, dibakar pipa kapiler dibagian tengahnya dan ditarik pada bagian tengahnya menjadi dua. Dimasukkan sediaan lipstik di pipa kapiler dan dimasukkan kedalam Melting Point. Diamati dari pertama sampai sediaan melebur, kemudian di catat hasilnya.
1.7  Definisi Istilah
Madu mengandung zat antibiotik yang aktif melawan dan menghambat bakteri patogen penyebab infeksi dengan mengkonsumsinya secara teratur. Ada 4 faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada madu yaitu kadar gula madu dan tingkat keasaman madu yang tinggi (pH 3,65), senyawa radikal hidrogen peroksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen dan adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri seperti flavonoid.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Kosmetik
2.1.1 Pengertian Kosmetik
Kosmetik adalah sediaan/ paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan, untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. (SK. MENKES No. 140/ 1991). Dan atau,
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada  bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
2.1.2 Penggolongan Kosmetik
Berdasarkan bahan, penggunaannya &  maksud untuk evaluasi:
1). Kosmetik golongan I adalah:
a)                  Kosmetik yang digunakan untuk bayi.
b)                  Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosa lainnya.
c)                  Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan penandaan.
d)                 Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
2). Kosmetik golongan II adalah:
     Kosmetik yang tidak termasuk golongan I dan atau,
ü    Penggolongan kosmetik menurut cara pembuatan
Penggolongan kosmetik menurut cara pembuatan (Tranggono, 2004) sebagai berikut:
·                     Kosmetik Modern
Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern (termasuk di antaranya adalah cosmedic).
·                     Kosmetik tradisional 
1.                  Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun. 
2.                  Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar tradisional dan diberi warna yang menyerupai bahan tradisional.
ü    Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya
Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit:
·                     Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya:
1.                  Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener). 
2.                  Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya mosturizer cream, night cream, anti wrinkel cream. 
3.                  Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion. 
4.                  Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya scrub ceram yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas (abrasiver).
·                     Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar.
ü    Kosmetik dekoratif terbagi menjadi 2 golongan (Tranggono, 2004), yaitu:
1.                  Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eyes shadow, dan lain-lain. 
2.                  Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam baru lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.
ü    Penggolongan kosmetik bahan dan penggunaannya
Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta maksud evaluasi produk kosmetik dibagi menjadi 2 golongan (Ditjen POM, 2004):
·                     Kosmetik golongan I adalah: 
1.                  Kosmetik yang digunakan untuk bayi 
2.                  Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosa lainnya 
3.                  Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan penandaan 
4.                  Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
·                     Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk ke dalam golongan I.
2.2 Tinjauan tentang Bibir
2.2.1 Pengertian Bibir
            Bibir yang merona merupakan salah satu pendukung kecantikan. Mempunyai bibir merah merona adalah dambaan setiap wanita. Warna bibir biasanya bermacam-macam, ada yang berwarna coklat tua, coklat muda, pink muda, pink kemerahan. Warna bibir yang berbeda pada setiap orang disebabkan pigmen kulit atau gen keturunan. Bibir merupakan bagian terluar yang biasanya dihiasi dengan pewarna bibir atau biasa dikenal dengan lipstik. Biasanya wanitalah yang sering menghiasi bibir mereka agar tampilan mereka terlihat berkesan.
2.3 Tinjauan tentang Lipstik
2.3.1 Pengertian Lipstik
Lipstik adalah bagian dari kosmetik yang digunakan untuk rias bibir agar terlihat lebih menarik dan juga disertai bahan yang dapat melindungi bibir dari lingkungan yang merusak misalnya sinar ultraviolet. (Wasitaatmadja, 1997).
2.3.2 Persyaratan Lipstik
Persyaratan dalam pembuatan lipstik adalah:
1.      Melapisi bibir secara mencukupi.
2.      Dapat bertahan di bibir selama mungkin.
3.      Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket.
4.      Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.
5.      Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya.
6.      Memberikan warna yang merata pada bibir.       
7.      Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya.
8.      Tidak meneteskan minyak, prmukaan halus, tidak bopeng atau berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik.
2.3.3 Bentuk-bentuk Lipstik
Bantuk- bentuk lipstik dapat berupa:
1.        Krim
2.        Cair
3.        Crayon
2.3.4 Macam-macam Lipstik
a.       Liquid
Berbentuk cair, mengkilap, dan pekat. Lipstik dalam bentuk cair sudah dilengkapi dengan spoon atau kuas sehingga mudah dioles. Biasanya, lipstik cair juga berfungsi sebagai pengkilap/pengilap dan pelembab.
a.    Palette
Dalam satu wadah palette terdapat beberapa warna. Bentuknya bisa krim padat atau balm yang berfungsi melembabkan bibir. Gunakan lipstik palette dengan kuas.
a.    Pen lip polish
Lipstik jenis ini berbentuk cair dalam kemasan seperti pena dengan ujung yang dilengkapi kuas. Lipstik dapat memberikan efek mengkilap di bibir dengan cara aplikasi yang sama dengan lipstik biasa.

Berbentuk gel padat dan dikemas dalam bentuk tube, jenis ini aplikasinya sama dengan lipstik pen polish atau liquid.
a.    Gloss
Bentuk cair dan mengkilap. Bisa mengandung glitter untuk memberikan efek berkilau keperakan atau bening untuk kesan natural. Lip gloss mengkilat bisa memberi efek bibir lebih menonjol, jadi tidak disarankan untuk bibir tebal.
b.    Stick
Jenis ini biasanya tidak mengilap dan sedikit lembab. Agar tahan lama, oleskan seperti biasa lalu hapus dengan tisu. Setelah itu, oleskan kembali.
a.    Mate
Dikenal memiliki ribuan warna indah, lipstik matte ini menyerupai warna alami bibir. Dinamakan matte karena memang bahan penyusunnya tidak mengandung banyak moisturizer, dan minyak, sehingga tidak mengkilat dan memberikan kesan doff alami. Warnanya cenderung warna yang terang dan berani.

a.    Krim
Lipstik jenis ini memiliki kandungan wax lebih banyak dari jenis lipstik lainnya, melindungi bibir dari sinar matahari, udara dan debu, namun sama seperti matte, menyebabkan bibir kering. Karena ada kandungan wax, lipstik jenis ini memberikan sedikit kesan basah. Lipstik krim ini juga cocok digunakan oleh mereka yang memiliki bibir tipis dan tampil penuh secara sempurna.
a.    Fros/ pearly
Lipstik ini pas digunakan pada malam hari, karena akan memberikan kesan menyala dan mewah. Efek glitternya membuat bibir tampak berkilau. Pas jika digunakan pada pesta atau sekedar hang out dengan sahabat di malam hari.
a.    Long lasting
Senada dengan lipstik lainnya, lipstik jenis ini sebenarnya merupakan hasil dari pengembangan lipstik matte, hanya saja ia dapat bertahan beberapa jam lebih lama. Sayangnya, lipstik jenis ini juga mengancam kekeringan pada bibir. Dan tentunya pelembab sangat dibutuhkan untuk menjaga bibir dari kekeringan dan pecah-pecah.
2.3.5 Bahan Utama Lipstik
Bahan bahan utama lipstik adalah:
1)                  Lilin
            Misalnya carnauba wax, paraffin waxes, beeswax, candellila wax, spermaceti, ceresine.Semuanya berperan pada kekerasan lipstik.
2)                  Minyak
            Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-zat warna eosin.  Misalnya, minyak castor, tetrahydrofurfuryl alcohol, fatty acid alkylolmides, dihydric alcohol beserta monoethers dan monofatty acid esternya, isopropyl myrsitate, isopropyl palmitate, butyl stearate, paraffin oil.
3)                  Lemak
            Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi (misalnnya hydrogenatet castor oil), cetyl alcohol, oleyl alcohol, lanolin
4)                  Acetoglycerides
            Direkomendasikan untuk memperbaiki sifat thixotropik batang lipstik sehingga meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik konstan.
5)                  Zat-zat pewarna (coloring agents)
            Zat pewarna yang digunakan secara universal dalam lipstik adalah zat warna eosin yang memenuhi 2 persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pad kulit dan kelarutannya pada minyak.Pelarut terbaik untuk eosin adalah castor oil.Tetapi furfuryl alcohol beserta ester-esternya, terutama stearad dan ricinolead, memiliki daya melarutkan eosin yang lebih besar. Fatty acid alkylomides, jika dipakai sebagai pelarut eosin, akan memberikan warna intensif pada bibir.
6)                  Surfaktan
            Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk memudahkan pembasahan dan dispersi partikel-partikel pigmen warna yang padat.
7)                  Antioksidan
8)                  Bahan pengawet
9)                  Bahan pewangi (fragance)
            Atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar (flavoring), harus menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan.

2.4 Mutu Fisik dari Madu
2.4.1 Pengertian Madu
Madu dihasilkan oleh lebah madu dengan jalan inverse enzimatis nektar bunga atau cairan manis hasil sekresi cairan floem tanaman lain selain bunga (Winarno, 1982). Menurut Sihombing (1997) madu mengandung: air 17,2 %, energi 304 kal/100g, protein 0,3 %, karbohidrat 82,3 %, lemak 0,0 % dan abu 0,2 %. Madu dengan rasa spesifik tidak terhitung banyaknya, variasi penyebab rasa tersebut disebabkan oleh berbagai glukosida dan alkaloid yang khas bagi tumbuhan sumber nektar. Banyak senyawa pembentuk aroma madu antara lain; formaldehida, asetaldehida, aseton, isobutiraldehida, dan diasetil. Zat pewarna madu sebagian besar belum diketahui, namun ada yang menduga terdiri dari fraksi yang larut air dan larut lemak. Madu yang berwarna cerah, warna zat larut air lebih sedikit dari pada yang larut lemak. Ada juga yang menduga oleh senyawa polipenol, terutama pada madu berwarna pekat. Oksidasi yang berlangsung pada zat-zat ini akan semakin menimbulkan warna (Sihombing, 1997).

Madu adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah  yang berasal dari bahan baku nectar bunga. Zat yang terkandung dalam madu adalah glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, karbohidrat, enzim diatase, enzim invertase, dan zat warna yang bervariasi, bergantung nektar bunga. Glukosa dalam madu berkhasiat mengembalikan cairan tubuh dengan cepat. Fruktosanya dapat mengurangi kerusakan hati. Enzim diatase dan invertase mengurangi pati, protein dan glikosida yang berlebihan dalam tubuh. Dalam penyembuhan dan pencegahan kanker, madu meningkatkan daya tahan dan sistem kekebalan tubuh. Madu juga mempercepat penyembuhan luka, baik luka kanker atau luka bekas operasi pengangkatan kanker.
Madu adalah makanan yang mengandung aneka zat gizi seperti karbohidrat, protein, asam amino, vitamin, mineral, dekstrin, pigmen tumbuhan dan komponen aromatik. Bahkan dari hasil penelitian ahli gizi dan pangan, madu mengandung karbohidrat yang paling tinggi diantara produk ternak lainnya susu, telur, daging, keju dan menterga sekitar (82,3% lebih tinggi). Setiap 100 gram madu murni bernilai 294 kalori atau perbandingan 1000 gram madu murni setara dengan 50 butir telur ayam atau 5,675 liter susu atau 1680 gram daging.
2.4.2 Kadar Madu
Madu yang telah matang dan tua, mengandung kadar air 17,4 % atau lebih rendah, pada kadar air tersebut madu aman terhadap serangan ragi dan terjadinya fermentasi (Winarno, 1982). Kadar air madu sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi dan fermentasi. Madu berkadar air diatas 20 % akan rentan terhadap fermentasi (White, 1992). Air yang rendah akan menjaga madu dari kerusakan untuk jangka waktu yang relatif lama (Sihombing, 1997).
2.4.3 Manfaat Madu
Manfaat Madu bagi Kulit:
1. Madu bisa melembutkan dan melembapkan kulit wajah normal (madu murni).
2. Madu bisa dijadikan bahan masker untuk kulit kering.
3. Madu bisa menghaluskan kulit kaki yang kering dan pecah-pecah.
4. Madu bisa dibuat lotion alami untuk perawatan kulit sehari-hari. Lotion ini bermanfaat dalam menjaga kehalusan kulit.
5. Madu bisa dibuat pembersih kulit dan wajah. Pembersih ini bermanfaat menjaga kebersihan dengan cara mengangkat sel-sel kulit mati dan kotoran.
6. Madu bisa membersihkan kulit tubuh, kulit kepala, dan rambut.
7. Madu bisa dibuat sebagai penyegar kulit untuk kulit normal.
8. Madu bisa digunakan sebagai eksfolian (pembersih sel-sel kulit mati dan kotoran).
9. Madu bisa digunakan sebagai obat jerawat dan penghilang noda bekas jerawat.
Manfaat Madu secara Umum:
1. Anti bakteri/ anti kuman
2. Anti
inflamasi (peradangan)
3. Anti Oksidan yang menghalangi radikal bebas
4. Anti
mikroba (bakteri, jamur, protozoa)
5. Sumber energi terbaik bagi tubuh
6. Memperbaiki dan melindungi sistem pencernaan
7. Membantu penyerapan kalsium
8. Aman bagi penderita diabetes
9. Mempercepat penyembuhan luka
10. Meningkatkan nafsu makan
11. Mengandung factor pertumbuhan
12. Sebagai alternative pencegahan dan pengobatan kanker
13. Dapat merawat penyakit mata
14. Mengobati penyakit saluran pernafasan (bronchitis, sinusitis, dan asma)
15. Untuk perawatan kecantikan dan awet muda
Manfaat Madu untuk Lipstik:
1.    Memiliki rasa yang manis, karena kandungan gula yang dimiliki sehingga ketika konsumen mengaplikasikan lipstik dari madu dan tidak sengaja mengecapnya akan merasakan rasa yang manis.
2.    Membuat bibir berkristal dan berkilau, karena kandungan glukosa yang ada didalam madu.
3.    Memberikan aroma yang khas pada bibir, karena beberapa senyawa pembentuk aroma yang dimiliki oleh madu.
4.    Mengikat kelembaban pada kulit bibir.
5.    Menyejukkan kulit bibir.
6.    Memberikan warna merah alami pada kulit bibir.
2.5 Monografi Bahan
1. Stearil Alkohol
·      Sifat Fisika dan Kimia:
    Titik didih 210,5 ᵒC kPa (15 mmHg). Larut dalam kloroform, etanol (95%), eter, heksana,
    propilen glikol, dan minyak nabati praktis tidak larut dalam air.
·      Efek Samping
    Tidak menimbulkan toksik.
·      Kompatibilitas
    Stabil dengan adanya asam, larut bila dilelehkan dengan lemak, paraffin cair dan padat,
    dan isopropil miristat.
·      Inkompatibilitas
    Kompatibel dengan oksidator kuat dan asam kuat.
·      Fungsi Bahan dalam Formula
    Sebagai emolien yang digunakan untuk memperbaiki tekstur.

2. Malam Putih (Cera Alba)
·      Sifat Fisika dan Kimia
    Lilin putih atau agak kuning berwarna lembaran atau butiran halus dengan beberapa
    penembusan. Bau yang mirip dengan lilin kuning tetapi kurang intens. Kepadatan 0,95
    0,96 g/ cm3. Titik nyala 245-2588 ᵒC, titik lebur 61-658 ᵒC. Kelarutan: larut dalam
    kloroform, eter, minyak tetap, minyak volatile, dan karbon disulfida hangat. Sedikit larut
    dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam air. Pada suhu yang relatif rendah atau
    dingin, berbentuk padatan yang keras namun mudah pecah.
·      Efek Samping
    Dapat mengekskresi lilin melalui pori-pori.
·      Kompatibilitas
    Kompatibel dengan bahan yang mengandung lemak dan minyak atsiri.
·      Inkompatibilitas
    Tidak kompatibel dengan oksidator.
·      Fungsi Bahan dalam Formula
    Perekat dan zat pengikat.
3. Asam Stearat
·      Sifat Fisika dan Kimia
    Bau seperti tallow, mempunyai berat molekul 284,48 gram/ moul, berwarna putih
    kekuningan, titik didih 35ᵒC, titik lebur 69,4 ᵒC.
·      Inkompatibilitas
    Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida.
·      Fungsi Bahan dalam Formula
    Sebagai penambah kekerasan dalam suatu sediaan.
4. Paraffin Padat
·      Sifat Fisika dan Kimia
    Kepadatan 0,84-0,89 g/ cm3 at 20ᵒC. Titik leleh bervariasi, tidak larut dalam kloroform,
    minyak atsiri, sedikit larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95% dan
    air. Titik lebur 50-57 ᵒC, bobot jenis 0,870 g-0,890 g.
·      Efek Samping
    Efek samping dari paraffin yaitu iritasi mata menyebabkan terasa gatal, asap bensin
    dermatitis (radang kulit) dengan iritasi ruam.
·      Kompatibilitas
    Mudah terurai dengan adanya cahaya dan udara dari luar. Disimpan pada temperature
    kering dan dalam suhu dingin, kohesif.
·      Inkompatibilitas
     Ketidakcampuran terurai dengan zat pengoksidasi kuat, dermatological medicament.
     Parafin stabil, walaupun dilakukan pengulangan pelelehan dan pendingnan yang dapat
     mengubah karakteristik fisik.
·      Fungsi Bahan dalam Formula
    Sebagai emolien. Basis, agen pengkaku/ pengental.
5.Lemak Bulu Domba (Lanolin)
·      Sifat Fisika dan Kimia
    Dapat bercampur dengan air lebih kurang 2x beratnya, agak sukar larut dalam etanol
    dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan dalam kloroform.
    Memiliki jarak lebur antara 38ᵒ dan 44ᵒ.
·      Kompatibilitas
    Mengandung air tidak lebih dari 0,25%. Boleh mengandung antioksidan yang sesuai tidak
    lebih dari 0,2%.
·      Fungsi Bahan dalam Formula
     Sebagai zat yang memiliki kemampuan daya serap bagi bahan yang lain.
6.Beeswax
·      Sifat Fisika dan Kimia
    Lilin lebah ester yang terbentuk dari asam lemak dengan alkohol monohidrat rantai
    panjang oleh karena iut produk yang dihasilkan merupakan bahan padat yang mempunyai
    titik lebur agak tinggi (35-100ᵒ) lilin lebah sebagian besar tersusun atas ester steril miristat
    yang mempunyai rumus molekul C13H27CO2C26H53. Titik leleh 61-69 ᵒC, indeks bias
    1,44 konstantadielektrik. Bensitas 2,9 dan 0,96 pada suhu 20 ᵒC lilin lebih tidak larut
    dalam air tetapi sedikit larut dalam alkohol dingin, benzena, kloroform, karbondisulfida,
    eter dan beberapa minyak yang folatil dapat melarutkan lilin lebah dengan lebih baik.
·      Fungsi Bahan dalam Formula
    Sebagai perekat dalam sediaan.
7.Colouring Agent (Eosin)
·      Sifat Fisika dan Kimia
    BJ 536,85. Larut dalam 30 bagian kloroform, praktis tidak larut dalam etanol, gliserin, dan
    air.
·      Inkompatibilitas
    Umumnya tidak kompatibel dengan pengoksidasi, dekolorisasi akan berlangsung.
·      Fungsi Bahan dalam Formula
    Memberikan warna sehingga menarik.
8.Nipasol
·      Sifat Fisika dan Kimia
    Titik didih 297-298 ᵒC, titik lebur 115-118 ᵒC. BM 180,21. Kelarutannya sangat sukar larut
    dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (9,5%) P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam
    40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam alkali hidroksida.
·      Pemerian: serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.
·      Kelarutan: sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan dalam eter; sukar larut dalam air mendidih. (FI IV hal 713)
9.Castrol Oil (Oleum Ricini)
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus communis L. yang telah dikupas.
·      Pemerian: cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna; bau lemah; rasa manis kemudian agak pedas, umumnya memualkan.
·      Kelarutan: larut dalam 2,5 bagian etanol (90 %) P, mudah larut dalam etanol mutlak P dan dalam asam asetat glacial P. (FI III hal 459).
10.Parfume
·      Pewangi dalam sediaan dan menutupi bau dari bahan lain.
2.6 Hipotesis Penelitian
            Hipotesis dalam penelitian ini adalah madu asli yang dapat diformulasikan menjadi sediaan lipstik dan memenuhi persyaratan uji mutu fisik berdasarkan literature yang meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH indikator, uji kekerasan dan uji titik leleh.
2.7 Kerangka Pikir

Rounded Rectangle: Madu dinyatakan steril karena tidak ada pertumbuhan kuman.
Rounded Rectangle: Madu diambil  sebanyak 20 ml.
Rounded Rectangle: Lipstik
 























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian
            Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian ini meliputi pembuatan sediaan lipstik dari madu alami.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
            Populasinya adalah madu alami.
3.2.2 Sampel
            Sampelnya adalah madu alami yang digunakan dalam sediaan lipstik.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi
            Penelitian uji kesterilan madu alami yang digunakan dalam sediaan lipstik, dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Untuk pengujian mutu fisik sediaan lipstik dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang.
3.3.2 Waktu
            Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni 2013.
3.4 Variabel Penelitian
Mutu fisik sediaan lipstik dari madu.
3.5 Ruang Lingkup Penelitian
            Untuk mengetahui mutu fisik sediaan lipstik dari madu, ada beberapa pengujian yang dilakukan seperti:
1.        Uji organoleptis.
2.        Uji homogenitas.
3.        Uji pH indikator.
4.        Uji kekerasan.
5.        Uji titik leleh.

3.6 Definisi Operasional Variabel
Variabel
Sub Variabel
Definisi Operasional Variabel
Indikator/ Hasil Ukur
Alat Ukur
Jenis Data
Mutu fisik sediaan lipstik dari madu.
Uji Organoleptis.
Pengujian dimana kita bisa mengetahui bentuk, bau, warna, tekstur, kilap, dan daya oles suatu sediaan.

Bentuk, bau, warna, tekstur, kilap, dan daya oles.
Alat indera.
Data Ordinal.

Uji Homogenitas.
Pengujian ini untuk mengetahui suatu sediaan tercampur merata antara bahan aktif dan bahan tambahan pada kaca preparat.

Homogen atau tidak homogen.
Objek glass dan mikroskop.
Data Ordinal

Uji pH Indikator.
Pengujian ini untuk mengetahui derajat keasaman atau kebasaan suatu sediaan, dengan cara mengoleskan sediaan pada pH indikator, kemudian dilihat hasilnya.

Warna pada indikator.
pH indikator.
Data Interval.

Uji Kekerasan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekerasan lipstik dengan cara mencelupkan jarum pada sediaan, kemudian dirasakan tingkat kekerasannya.

Keras atau tidak bahan yang diuji.
Dicelupkan jarum pada sediaan, dirasakan tingkat kekerasannya.
Data Ordinal.

Uji Titik Leleh
Titik leleh lipstik yang ideal mendekati suhu bibir antara 36-38oC. Dilakukan dengan mengambil suatu sediaan dalam jumlah sedikit, dibakar pipa kapiler dibagian tengahnya dan ditarik pada bagian tengahnya menjadi dua. Dimasukkan sediaan lipstik di pipa kapiler dan dimasukkan kedalam Melting Point. Diamati dari pertama sampai sediaan melebur, kemudian di catat hasilnya.

Tingkat melebur atau meleleh suatu sediaan.
Melting Point.
Data Interval.

3.7 Pengumpulan Data
3.7.1 Instrumen Penelitian
            Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti didalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
3.7.2   Alat
Mortir + stamper, serbet + tisue, timbangan dan anak timbangan, gelas ukur, kertas perkamen, sendok tanduk, sudip, beaker glass, autoclave, petridish, tabung reaksi + rak tabung reaksi, laminary flow, oven, inkubator, mata ose, pengaduk, bunsen, bulp, erlenmeyer, karet, kertas koran, kapas berlemak, corong, spidol permanen, tissue.
3.7.3   Bahan
a.    Cethyl Alkohol.
b.    Malam Putih.                                             
c.    Asam Stearat.                                            
d.   Paraffin Padat.                                          
e.    Lanolin.                                                     
f.     Beeswax.                                                   
g.    Oleum Ricini.                                
h.    Asam Bromo.                                            
i.      Nipasol.                                                     
j.      Zat pengawet parfum.
k.    Madu.





3.7.4 Formulasi

R/ Cetyl Alkohol                                             5,00
     Malam Putih                                               7,00
     Asam Stearat                                              1,75
     Paraffin Padat                                            12,25
     Lanolin                                                       2,8
     Beeswax                                                     2,80
     Oleum Ricini                                              20
     Asam Bromo                                              1,50
     Nipasol                                                       0,4
     Madu                                                          20
     Zat pengawet parfum                                 q.s


3.7.5 Perhitungan Bahan
1.    Cethyl alkohol =  .
2.    Malam putih =  g.
3.    Asam stearat =  g.
4.    Parafin padat =  → 1 g.
5.    Lanolin =  g.
6.    Bees wax = .
7.    Oleum ricini = .
8.    Asam bromo =  g.
9.    Nipasol =g.
10.              Madu = .



3.7.6 Prosedur Penelitian Madu
Rounded Rectangle: Metode BAPRounded Rectangle: Madu Alami 
Rounded Rectangle: Uji Sterilitas
 

Rounded Rectangle: Madu dinyatakan steril karena tidak ada pertumbuhan kuman.
Rounded Rectangle: Madu diambil  sebanyak 20 ml.
Rounded Rectangle: Lipstik
 







3.7.7 Prosedur Kerja Pembuatan Sediaan Lipstik
1.    Disiapkan alat dan bahan.
2.    Ditimbang asam bromo 1,5 g.
3.    Dipipet ol. ricini sebanyak 20 ml.
4.    Dipipet madu sebanyak 20 ml.
5.    Dilarutkan asam bromo didalam oleum ricini dan madu diatas penangas air bersuhu 950C (cawan 1).
6.    Dilumerkan lemak bulu domba,  cera alba  dan beeswax (cawan 2).
7.    Dicampurkan cawan 1 ke dalam cawan 2 sambil di aduk terus menerus.
8.    Dimasukkan paraffin padat, cethyl alkohol, asam stearat dan nipasol sambil diaduk terus.
9.    Jika suhu turun hingga 350C dan sudah homogen, ditambahkan parfum dan cetak selagi cair.
3.7.8 Prosedur Kerja Pengujian
·      Uji Organoleptik
a. Sediaan lipstik dilakukan uji organoleptik yang meliputi:
ü Tekstur
1.    Diambil bahan yang akan diamati.
2.    Dipegang sediaan yang sudah jadi.
3.    Dirasakan tekstur (kepadatannya).
4.    Dicatat hasilnya.
ü    Kilap
1.    Disiapkan sediaan yang akan diuji.
2.    Diambil bahan lipstik.
3.    Dioleskan disekitar bibir.
4.    Dilihat kilapannya.
5.    Dicatat hasilnya.
ü     Bau
1.    Disiapkan sediaan yang akan diuji.
2.    Dicium bau sediaan.
3.    Dicatat hasilnya.
ü     Warna
1.    Disiapkan sediaan yang akan diuji.
2.    Dilihat warnanya.
3.    Dicatat hasilnya.
ü Daya oles
1.    Disiapkan sediaan yang akan diuji.
2.    Diambil sediaan yang sudah jadi.
3.    Dioleskan pada permukaan kulit.
4.    Dicatat hasilnya.
·      Organoleptis
1. Disiapkan sediaan yang akan diuji.
2. Diambil sediaan yang sudah jadi.
3. Dioleskan di kaca preparat.
4. Dilihat dan dicatat hasilnya.
·      pH Indikator
1.    Disiapkan alat dan bahan.
2.    Dilarutkan sediaan lipstik dalam cawan.
3.    Dipanaskan diatas penangas.
4.    Dimasukkan pH indikator kedalam cawan.
5.    Dilihat hasilnya dan dicatat.
·      Kekerasan Lipstik
1.    Disiapkan bahan yang akan diuji.
2.    Diambil jarum yang diperlukan.
3.    Dicelupkan jarum pada sediaan.
4.    Dirasakan tingkat kekerasan sediaan.
5.    Dicatat hasilnya.
·      Titik Leleh
1.    Disiapkan alat dan bahan.
2.    Diambil sedikit lipstik.
3.    Dibakar pipa kapiler dibagian tengahnya, kemudian ditarik menjadi dua bagian.
4.    Dimasukkan sediaan lipstik kedalam masing–masing tiga pipa kapiler.
5.    Dimasukkan pipa kapiler tersebut kedalam Melting Point.
6.    Diamati mulai dari pertama bahan tersebut melebur sampai melebur semuanya.
7.    Dicatat hasilnya.
3.8 Analisa Data
            Pada bagian ini peneliti menguraikan secara jelas mengenai cara pengolahan data dan teknik analisis yang digunakan dan alasan penggunaan teknik tersebut serta bagaimana cara interpretasi hasil analisisnya.
Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan analisis variansi (ANAVA) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan mutu fisik sediaan lipstik yang terbuat dari madu dengan konsentrasi yang sudah ditentukan.












DAFTAR PUSTAKA

1. Steenis, Dr. C. G. G. J. Van, dkk (2009). Flora. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
2. Tjitrosoepomo, Gembong (1985). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
3. Notoadmodjo, Dr. Soekidjo (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
4. Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta Selatan: Ghalia Indonesia
5. Riwidikdo, S. Kp, Handoko (2009). Statistik Penelitian Kesehatan. Jakarta: Pustaka Rihama
6. Djoko, Leanidha Erywiyatno. dkk. 2012. Pengaruh Madu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes. Nama Jurnal: vol 01 No. 01


1 komentar: