Minggu, 06 Oktober 2013

SIMULASI APOTEK “PELAYANAN KONSULTASI OBAT”

PORTOFOLIO
“PELAYANAN KONSULTASI OBAT”


Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam menempuh mata kuliah Simulasi Apotek



Disusun oleh

Selfia Mona Peggystia                  11.094



AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG
Juli 2013




Hipertensi (Tekanan Darah)

Hipertensi (Tekanan Darah)

Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh diam-diam) yang secara luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Dengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi merupakan suatu kelainan, suatu gejala dari gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah. Tekanan darah sistolis adalah tekanan pada dinding arteri oleh sewaktu jantung menguncup (sistole) dan tekanan darah diastolis bila jantung sudah mengendur kembali (diastole).

Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa

Klasifikasi
Sistolis
Diastolis

mm/ Hg
mm/ Hg
Normal
<120
dan <80
Normal Tinggi
120-139
atau 80-89
Hipertensi Tingkat 1
140-159
atau 90-99
Hipertensi Tingkat II
≥160
atau ≥100

Hipertensi Esensial. Hipertensi esensial atau hipertensi primer atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas, dan lain-lain.
Hipertensi Sekunder. Yang termasuk dalam hipertensi sekunder dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan dan lain-lain. Hipertensi renal dapat berupa hipertensi renovaskular, misalnya pada stenosis arteri renalis, vaskulitis intrarenal, dan hipertensi akibat lesi parenkim ginjal. Yang termasuk hipertensi endokrin antara lain akibat kelainan korteks adrenal, tumor medulla adrenal, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, dan lain-lain.
Regulasi Tekanan Darah
            Tubuh memiliki suatu sistim untuk mengatur tingginya tensi, yakni Sistim Renin-Angiotensin-Aldosteron, singkatnya RAAS. Sel-sel tertentu dari ginjal dapat membentuk hormon renin, yang dilepaskannya bilamana TD diglomeruli menurun. Hal ini terjadi bila jumlah darah yang mengalir melalui ginjal berkurang, misalnya karena menurunnya volume darah atau karena penyempitan setempat dari arteri ginjal. Dalam plasma renin bergabung dengan zat protein tertentu menjadi angiotensin I, yang oleh enzim ACE (Angiotensin Converting Enzyme) diubah menjadi zat aktif angiotensin II. Zai ini antara lain berdaya vasokonstriktif kuat secara langsung dan tak langsung, dan menstimulir sekresi hormon aldosteron dengan sifat retensi garam dan air, sehingga volume darah dan TD meningkat.
Faktor Fisiologi yang dapat mempengaruhi Tekanan Darah, yakni:
·      Volume pukulan jantung yaitu jumlah darah yang pada setiap kontraksi dipompa ke luar jantung. Semakin besar volume ini, semakin tinggi TD. Beberapa zat, misalnya garam dapur (NaCl) dapat menahan air, sehingga volume darah seluruhnya meningkat. Tekanan atas dinding-dinding arteri meningkat pula dan jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume-darah yang bertambah, hasilnya tekanan darah akan naik.
·      Kekenyalan-kekenyalan dinding arteri. Pembuluh-pembuluh yang dinding-dindingnya sudah mengeras karena endapan-endapan kolesterol dan lemak (atherosclerosis) menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada dinding-dinding yang masih elastis.
·      Pelepasan neurohormon-neurohormon, antara lain adrenalin dan noradrenalin yang berkhasiat menciutkan pembuluh-pembuluh perifer hingga TD naik. Terutama pada waktu emosi-emosi hebat seperti gelisah, takut, dan sebagainya, atau selama olahraga bertenaga, sistem saraf adrenergik terangsang dan melepaskan neurohormon-neurohormon tersebut. Juga situasi-situasi stress dan mengisap rokok menyebabkan peningkatan NA.
Faktor Peningkatan Tekanan Darah
a.    Garam. Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambah dan menyebabkan daya-tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokonstriksi noradrenalin. Secara statistis bahwa pada kelompok penduduk yang mengonsumsi terlalu banyak garam terdapat lebih banyak hipertensi daripada orang-orang yang memakan hanya sedikit garam.
b.    Merokok. Nikotin dalam rokok berkhasiat vasokonstriksi dan meningkatkan tekana darah. Merokok memperkuat efek buruk dari hipertensi terhadap sistem pembuluh.
c.    Pil Antihamil mengandung hormon wanita estrogen, yang juga bersifat retensi garam dan air.
d.   Stress (ketegangan emosional) dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara akibat pelepasan adrenalin dan noradrenalin (hormon stress), yang bersifat vasokonstriktif. Tekanan darah meningkat pula pada waktu ketegangan fisik (pengeluaran tenaga, olahraga). Bila stress hilang, tekanan darah turun lagi.
e.    Drop (liquorice), sejenis gula-gula yang dibuat dari succus liquiritiae mengandung asam glizirinat dengan khasiat retensi air pula, yang dapat meningkatkan tekanan darah bila dimakan dalam jumlah besar.
f.     Hormon pria dan kortikosteroida juga berkhasiat retensi air.
g.    Kehamilan. Yang terkenal adalah kenaikan tekanan darah yang dapat terjadi selama kehamilan. Mekanisme hipertensi serupa dengan proses di ginjal, bila uterus di regangkan terlampau banyak (oleh janin) dan menerima kurang darah, maka dilepaskannya zat-zat yang meningkatkan tekanan darah.
Gejala Hipertensi
Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun adakalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya hilang setelah bangun. Gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi dan adakalanya melalui pemeriksaan tambahan terhadap ginjal dan pembuluh.
Pencegahan
Tidak makan makanan yang berlebihan dengan terlalu banyak lemak serta garam (dan gula), terlampau sedikit gerak badan dan merokok, dapat mendorong terjadinya hipertensi.
·      Kontrol teratur, misalnya setiap 1 atau 2 tahun sekali, terlebih-lebih pula bagi mereka diatas usia 45 tahun atau yang memiliki orang tua atau saudara yang menderita hipertensi.
Tindakan Umum
a.    Menguruskan badan. Berat badan berlebihan (kegemukan) menyebabkan bertambahnya volume-darah dan perluasan sistem sirkulasi.
b.    Mengurangi garam dalam diet, konsumsi garam harus dibatasi sampai < 6 gram sehari.
c.    Membatasi kolesterol berguna untuk membatasi risiko atherosclerosis dengan mengurangi/ menghindari asupan lemak jenuh. Konsumsi serat-serat nabati diperbanyak, karena serat tersebut dalam makanan dapat membantu menurunkan tekanan darah.
d.   Berhenti merokok. Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah dan tekanan darah meningkat.
e.    Membatasi minum kopi sampai maksimal 3 cangkir sehari. Kofein dalam kopi berkhasiat menciutkan pembuluh yang secara akut dapat meningkatkan tekanan darah dengan terjadinya gangguan ritme (sementara).
f.     Membatasi minum alkohol sampai 2-3 konsumsi (bir, anggur) sehari. Alkohol memiliki banyak khasiat, antara lain vasodilatasi, peningkatan HDL-kolesterol, fibrinolistis dan mengurangi kecondongan beku darah.
g.    Cukup istirahat dan tidur adalah penting, karena selama periode itu tekanan darah menurun. Juga mengurangi stress dan latihan relaksasi mental (yoga) berguna untuk menurunkan tekanan darah.
h.    Gerak badan yang cukup bertenaga. Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah yang tinggi.
Pengobatan dan Pilihan Obat
1.    Penghambat Adrenoseptor Beta (β-bloker)
Mekanisme antihipertensi. Beberapa mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian β-bloker antar lain: (1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung, (2) hambatan sekresi renin di sel-sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan produksi angiostensin II, (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosintesis prostasiklin.
Penurunan tekanan darah oleh β-bloker yang diberikan per oral berlangsung lambat. Efek ini terlihat dalam 24 jam sampai 1 minggu setelah terapi dimulai, dan tidak diperoleh penurunan tekanan darah lebih lanjut setelah 2 minggu bila dosisnya tetap. Penggunaan. Β-bloker digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner (khususnya sesudah infark miokard akut).
Berbagai β-bloker, atenolol merupakan obat yang sering dipilih. Obat ini bersifat kardioselektif dan penetrasinya ke SSP minimal, sehingga kurang menimbulkan efek samping sentral dan cukup diberikan sekali sehari sehingga diharapkan akan meningkatkan kepatuhan pasien. Dosis lazim adalah 50-100 mg per oral sekali sehari. Metoprolol perlu diberikan dua kali sehari dan kurang kardio selektif dibanding dengan atenolol. Dosisnya adalah 50-100 mg dua kali sehari. Labetalol dan karvedilol memiliki efek vasodilatasi karena selain menghambat reseptor β, obat ini juga menghambat reseptor α. Secara teoritis sifat ini akan memperkuat efek antihipertensi dan mengurangi efek samping seperti rasa dingin diekstremitas.
Efek samping, perhatian dan kontraindikasi. Β-bloker dapat menyebabkan bradikardia, blokade AV, hambatan nodus SA dan menurunkan kekuatan kontraksi miokard. Obat golongan ini dikontraindikasikan pada keadaan bradikardia, blokade AV derajad 2 dan 3, sick sinus syndrome dan gagal jantung yang belum stabil.
2.    Penghambat ACE-Inhibitor
Kaptopril merupakan ACE-inhibitor yang digunakan untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung. Secara umun ACE-inhibitor dibedakan atas dua kelompok: (1) yang bekerja langsung, contohnya kaptopril dan lisinopril. (2) prodrug, contohnya enalapril, kuinapril, perindopril, ramipril, silazapril, benazepril, fasinopril, dan lain-lain. ACE-inhibitor menghambat perubahan AI menjadi AII sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron.
Efek samping. Hipotensi, dapat terjadi pada awal pemberian ACE-inhibitor, terutama pada hipertensi dengan aktivitas renin yang tinggi. Pemberian harus berhati-hati pada  pasien dengan deplesi cairan dan natrium, gagal jantung atau yang mendapat kombinasi beberapa antihipertensi. Efek sampingnya seperti batuk kering yang paling sering terjadi dengan insidens 5-20%, lebih sering pada wanita dan lebih sering terjadi pada malam hari. Dapat terjadi segera atau setelah beberapa lama pengobatan. Efek samping ini bergantung pada besarnya dosis dan reversibel bila obat dihentikan.
Farmakokinetik. Kaotopril diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral dengan bioavabilitas 70-75%. Pemberian bersama makanan akan mengurangi absorpsi sekitar 30%, oleh karena itu obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan. Sebagian besar ACE-inhibitor mengalami metabolisme dihati, kecuali lisinopril yang tidak dimetabolisme. Eliminasi umumnya melalui ginjal kecuali fasinopril yang mengalami eliminasi di ginjal dan bilier.
Perhatian dan kontraindikasi. ACE-inhibitor dikontraindikasikan pada wanita hamil karena bersifat teratogenik. Pemberian pada ibu menyusui juga dikontraindikasikan karena ACE-inhibitor diekskresi melalui ASI dan berakibat buruk terhadap fungsi ginjal bayi.

Anak Ginjal dan Hormon-Hormonnya
            Anak ginjal atau kelenjar adrenal adalah organ kecil yang letaknya berdampingan dengan ginjal pada bagian atas-dalamnya (Lat. Ad = dekat, ren = ginjal). Organ ini terdiri dari bagian sumsum dan bagian kulit.
1.    Medulla (= sumsum) adalah bagian dalam yang membentuk neurohormon adrenalin.
2.    Cortex (= kulit) adalah bagian luar yang menghasilkan tiga jenis hormon steroida, yaitu:
a.    Glukokortikoida: kortisol (hidrokortison), yang terutama berkhasiat terhadap metabolisme karbohidrat, juga memengaruhi banyak efek lain, termasuk pertukaran zat protein, pembagian lemak dan reaksi peradangan. Sekresi ACHT (dan kortisol), yang memperlihatkan ritme siang malam (circadian) fisiologis, naik diwaktu pagi disusul oleh memuncaknya sekresi kortisol, yang sepanjang hari menurun lagi. Produksi kortisol total berjumlah 20-30 mg sehari. Pada situasi stress produksinya meningkat sampai 100-200 mg. Efek mineralokortikoidanya jauh lebih ringan daripada aldosteron.
b.    Mineralokortikoida: aldosteron serta dua precursornya, yaitu kortikosteron dan desoksikorton. Hormon-hormon ini terutama memengaruhi metabolisme garam dan air. Kedua precursornya hanya ringan kegiatannya, masing-masing 0,5 dan 3% daripada efek aldosteron. Aldosteron dan kortikosteron juga memiliki efek glukokortikoida, lebih kurang 30% dibandingkan dengan kortisol. Pada penggunaan garam dari 5-10 g sehari, produksi hormon ini berjumlah 0,1-0,2 mg sehari.
c.    Hormon kelamin: produksi rendah dari testosteron dan DHEA (= dehidro-epiandrosteron), juga estrogen dan progesteron.

Khasiat Farmakologi
Kortisol memiliki banyak kegiatan farmakologi, yang baru menjadi nyata pada dosis besar dan dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu khasiat glukokortikoida dan khasiat mineralokortikoid.
1.    Efek glukokortikoid meliputi antara lain:
a.    Efek antiradang (anti-inflammatoir), misalnya akibat trauma, alergi dan infeksi, yang berdasarkan efek vasokonstriksi. Juga berkhasiat merintangi atau mengurangi terbentuknya cairan-peradangan dan udema setempat, misalnya selama radiasi sinar-X didaerah kepala dan tulang punggung.
b.    Daya imunosupresif dan antialergi, yang mungkin ada hubungannya dengan kerja anti radangnya. Reaksi imun dihambat, sedangkan migrasi dan aktivitas limfosit T/B dan makrofag dikurangi.
c.    Peningkatan glukoneognesis, artinya pembentukan hidratarang dari protein dinaikkan dengan kehilangan nitrogen. Pembentukan glukosa distimulir, utilisasinya di jaringan perifer dikurangi dan penyimpanannya sebagai glikogen ditingkatkan.
d.   Efek katabol, yakni merintangi pembentukan protein dari asam-asam amino, sedangkan pengubahannya ke glukosa dipercepat. Sebagai akibat dapat terjadi osteoporosis (tulang menjadi rapuh karena massa dan kepadatannya berkurang), atrofia otot dan kulit dengan terjadinya striae (garis-garis). Anak-anak dihambat pertumbuhannya, sedangkan penyembuhan borok (lambung) dipersukar.
e.    Pengubahan pembagian lemak. Yang terkenal adalah penumpukan lemak diatas tulang selangka dan muka, yang menjadi bundar (“moon face”), juga diperut dan dibelakang tengkuk (“buffalo hump”). Gejala ini mirip sindroma cushing, yang disebabkan oleh hiperfungsi hipofisis atau adrenal, atau juga karena penggunaan kortikosteroida terlampau lama.
2.    Efek mineralokortikoid terdiri dari retensi natrium dan air oleh tubuh ginjal, sedangkan kalium justru ditingkatkan ekskresinya.

DIALOG

Prolog:
            Pagi yang indah, ditambah dengan senyuman matahari yang begitu bersinar, dan semilir angin yang berhembus menambah keindahan pagi itu. Diantara hiruk-pikuk kendaraan di sepanjang jalan, terlihatlah seorang ibu 40 tahun berdiri di depan Apotek Putra Indonesia Malang. Langkahan kaki ibu itu terlihat pelan memasuki Apotek. Dalam kesehariannya ibu ini adalah seorang ibu rumah tangga yang sedang mengikuti KB hormonal dan tiba-tiba saja tekanan darahnya naik. Ibu ini datang ke Apotek untuk berkonsultasi mengenai obat yang diberikan oleh dokter.
Ketika sedang di Apotek
AA      : Selamat pagi ibu.
Ibu       : Selamat pagi juga mba.
AA      : Mari ibu, silahkan duduk dulu.
Ibu       : Iya mba, terimakasih.
AA      : Ooh iya ibu, dengan ibu siapa, umurnya juga berapa bu ?
Ibu       : Saya Aminah mba, umur saya 40 tahun.
AA      : Alamatnya dimana bu ?
Ibu       : Di jalan arut no. 12.
AA      : Baik ibu, ada yang bisa saya bantu ?
Ibu       : Begini mba, saya kan mengkonsumsi pil KB terus tekanan darah saya kok naik padahal saya mengkonsumsinya teratur. Saya juga sudah periksa ke dokter, tapi saya kurang paham dengan obat yang diberikan oleh dokter ini mba (sambil memperlihatkan obat).
AA      : Memangnya apa yang dikatakan dokter tentang obat ini bu ?
Ibu       : Dokter mengatakan tentang aturan pakai saja mba.
AA      : Bagaimana dokter menerangkan cara pakainya bu ?
Ibu       : Untuk obat ini (kaptopril) diminum 2-3x sehari, dan obat ini (atenolol) 1x sehari. Begitu mba.
AA      : Apa yang diharapkan dokter tentang pengobatan ini bu ?
Ibu       : Supaya saya minumnya teratur saja mba.
AA      : Selain keluhan tentang pil KB tadi, apa ibu merasakan gejala lain seperti pusing misalnya bu ?
Ibu       : Ooh iya sih mba, kadang saya merasakan nyeri di kepala sebelum bangun tidur, biasanya pagi hari gitu mba.
AA      : Ooh jadi begitu yaa bu. Baik ibu saya akan menjelaskan tentang keluhan dan obat yang diberikan oleh dokter. Sebelumnya saya boleh meminta waktu ibu 15 menit untuk menjelaskan tentang keluhan dan obat-obat ibu ini ?
Ibu       : Iya mba.
AA      : Jadi begini ya ibu, obat ini adalah obat kaptopril dari golongan ACE Inhibitor dan atenolol yang merupakan golongan dari β-Bloker. Kaptopril ini digunakan untuk pengobatan hipertensi yang bekerja langsung pada daerah setempat, sedangkan untuk atenolol juga merupakan pengobatan untuk hipertensi yang bersifat kardioselektif dan penetrasinya langsung ke SSP. Untuk tekanan darah ibu tadi kenapa bisa naik, dikarenakan efek overproduksi hormon-hormon yang berkhasiat meningkatkan tensi. Nahh... jadi pil KB tadi yang menyebabkan tekanan darah ibu naik. Untuk pusing yang dirasakan ibu, itu merupakan salah satu gejala dari hipertensi atau tekanan darah tinggi bu.
Ibu       : Ooh jadi begitu ya mba. Lalu bagaimana solusinya supaya tekanan darah saya kembali normal ?
AA      :  Ibu bisa mengurangi konsumsi garam, menghindari makanan yang berlemak, cukup istirahat dan tidur adalah penting yaa ibu. Gerak badan dan latihan relaksasi seperti (yoga) itu juga berguna untuk menurunkan tekanan darah bu. Perbanyak konsumsi serat-serat nabati seperti sayur dan buah yaa ibu. Ooh iya bu, apa ibu sering minum kopi ?
Ibu       : Sering mba, saya malah gak bisa kalau gak minum kopi. Tiada hari tanpa kopi gitulah mba. Yaa maklumlah mba, memangnya kenapa ?
AA      : Nahh ibu, mulai sekarang harus membatasi minum kopinya yaa bu, minimal 2 cangkir sehari. Karena kopi sendiri dapat meningkatkan tekanan darah.
Ibu       : Walaah begitu ya mba, baiklah mba (dengan nada datar).
AA      : Jadi gimana bu, apakah ibu sudah jelas dengan penjelasan saya ?
Ibu       : Iya mba jelas.
AA      : Baiklah ibu, untuk obatnya diminum teratur yaa bu, benar... apa yang dikatakan dokter kalau obat (kaptopril) ini diminum 2-3x sehari, dan obat ini (atenolol) 1x sehari. Obat ini diminum sebelum makan yaa bu.
Ibu       : Baiklah mba, terimakasih atas informasinya.
AA      : Iya ibu sama-sama, jika ada informasi atau hal yang mau di tanyakan, silahkan ibu datang ke Apotek kami lagi. Dan jika penyakit ibu bertambah parah langsung hubungi dokter yaa bu supaya tidak berkelanjutan.
Ibu       : Iya mba, terimakasih sekali lagi.
AA      : Iya ibu sama-sama, semoga lekas sembuh yaa bu.

Pertanyaan dari Audien

1.    Bagaimana mekanisme kofein sehingga meningkatkan tekanan darah ? (Muhammad Taufik).
2.    Apa hubungan KB dengan hipertensi dan kenapa garam bisa mempengaruhi terjadinya hipertensi ? (Zaira Ri Apriarti).
Jawaban:
1.    Kofein itu sendiri dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah pada perangsangan pusat vasomotor medulla. Mekanisme kerja terhadap SSP kafein dapat meningkatkan kesadaran dan mengurangi kelelahan.
2.    Hubungan KB dengan hipertensi yaitu karena dalam KB hormonal tersebut terdapat hormon-hormon yang bisa meningkatkan tekanan darah. Jadi, jika KB hormonal terus-menerus digunakan akan meningkatkan tekanan darah. Kemudian untuk garam kenapa bisa mempengaruhi terjadinya hipertensi itu,  karena didalam hormon-hormon ada dua efek yaitu efek glukokortikoida dan efek mineralokortikoida. Efek mineralokortikoida ini yang bisa meningkatkan retensi natrium dan air oleh tubuh ginjal, sedangkan kalium justru ditingkatkan ekskresinya sehingga bisa mempengaruhi terjadinya hipertensi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar