LAPORAN
PRAKTIKUM
FORMULASI
DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID
“PASTA”
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam menempuh mata kuliah Formulasi
dan Teknologi
Sediaan Semi Solid
Disusun
oleh
Selfia
Mona Peggystia 11.094
AKADEMI
FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG
Juli 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring
dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di dunia
farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam
penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai
macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah
dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.
Ahli
farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang bertujuan
untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh
masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar
seperti krim, salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum.
Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah
dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan perlindungan
pengobatan terhadap kulit.
Berbagai
macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu diantaranya
yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut, para
ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat.
Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan
formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan
yang digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.
1.2 Tujuan
· Mengetahui
langkah-langkah cara pembuatan sediaan pasta yang baik dan tepat.
1.3 Manfaat
· Dapat
memahami langkah-langkah dalam pembuatan sediaan pasta.
· Untuk
dapat mengaplikasikan metode pembuatan pasta.
· Untuk
menambah wawasan dan ketrampilan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Definisi
Pasta merupakan sediaan
semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian luar/ topikal. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang
berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau
dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau
sabun. Pasta ini serupa dengan salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk), suatu salep tebal, karena merupakan penutup atau pelindung bagian
kulit yang diolesi. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit.
2.2
Bahan Dasar Pasta
Bahan
dasar pasta yang sering dipakai adalah vaselin, lanolin, adeps lanae, ungt.
Simplex, minyak lemak dan paraffin liquidum yang sudah atau belum bercampur
dengan sabun. Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air
misalnya pasta Na-karboksimetilselulosa (Na-CMC). Kelompok lain adalah pasta
berlemak misalnya Zn-oksida, merupakan salep yang padat, kaku, tidak meleleh
pada suhu tubuh, berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.
Pasta
gigi digunakan untuk pelekatan pda selaput lendir agar memperoleh efek lokal
(misal, pasta gigi triamsinolon asetonida). Pasta hamamelidis saponata atau
hazeline snow (C. M. N) sebetulnya bukan termasuk pasta tetapi krim.
2.3
Karakteristik Pasta
Karakteristik dari sediaan pasta yaitu meliputi:
· Daya
absorbsi pasta lebih besar.
· Sering
digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian.
· Tidak
sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
· Mengandung
satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
· Konsistensi
lebih kenyal dari unguentum.
· Tidak
memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
· Memiliki
presentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu mengandung bahan serbuk
(padat) antara 40%-50%.
2.4 Basis Pasta
1. Basis
hidrokarbon, karakteristik:
· Tidak
diabsorpsi oleh kulit
· Inert
· Tidak
tercampur dengan air
· Menghambat
kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air & meningkatkan
hidrasi sehingga meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.
2. Basis
absorpsi
Karakteristik:
bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah air dan larutan air.
3. Larut
air
Contoh: PEG
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pasta
Kelebihan pasta:
· Pasta
mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan
tendensi mengeluarkan cairan.
· Bahan
obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja
lokal.
· Konsentrasi
lebih kental dari salep.
· Daya
absorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan
sediaan salep.
Kekurangan
Pasta:
· Tidak
sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
· Dapat
mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis.
· Dapat
menyebabkan iritasi kulit.
2.6
Evaluasi Sediaan Pasta
Untuk mengetahui kestabilan sediaan pasta, perlu dilakukan
beberapa pengujian, yakni:
1. Organoleptik, merupakan pengujian
sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk mendiskripsikan bentuk atau
konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna (misalnya kuning,
coklat) dan bau (misalnya aromatik, tidak berbau). (Anonim, 2000).
2. pH, prinsip uji derajat keasaman
(pH) yakni berdasarkan pengukuran aktivitas ion hidrogen secara potensiometri/ elektrometri
dengan menggunakan pH meter (Anonim, 2004). Caranya pengujian klik.
3. Viskositas, viskositas adalah suatu
pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas,
akan makin besar tahanannya (Martin et al., 1993). Caranya pengujian
klik.
4. Penghamburan/ daya sebar, uji
penghamburan diartikan sebagai kemampuan untuk disebarkan pada kulit.
Penentuannya dilakukan dengan Extensometer. Caranya yakni salep dengan
volume tertentu dibawa ke pusat antara dua lempeng gelas, lempeng sebelah
atas dalam interval waktu tertentu dibebani oleh peletakan dari anak timbang.
Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menaiknya pembebanan menggambarkan
suatu karakteristik untuk daya hambur (Voigt, 1994).
5. Resitensi panas, uji ini untuk
mempertimbangkan daya simpan suatu sediaan salep atau gel dalam daerah iklim
dengan perubahan suhu (tropen) nyata dan terus menerus. Caranya yakni salap
dalam wadah tertutup diulang dan ditempatkan dalam pertukaran kontinue suhu
yang berbeda-beda (misalnya 20 jam pada 370C dan 4 jam pada 400C)
dan ditentukan waktunya (Voigt, 1994).
2.7 Monografi
Bahan
1. Gelatin, Gelatinum
(FI III 265)
·
Pemerian: Lembaran,
kepingan, serbuk atau butiran, tidak berwarna atau kekuningan pucat, bau dan
rasa lemah.
·
Kelarutan: Jika
direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak, berangsur-rangsur menyerap air
5 sampai 10 kali bobotnya. Larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk
gudir, praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P dan dalam
eter P, larut dalam campuran gliserol P dan air, jika dipanaskan lebih mudah
larut, larut dalam asetat.
·
Identifikasi: Larutan
encer membentuk endapan dengan larutan trinitrofenol P, dengan larutan tanin P
dan dengan larutan kromtrioksida. Tidak membentuk endapan dengan asam lain,
dengan larutan encer tawas, dengan timbal asetat P dan dengan larutan besi
(III) klorida.
·
Khasiat: Zat tambahan.
2. Aqua, Aqua
Destilata, Air Suling (FI III 96)
·
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat higroskopik,
jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah, dapat memadat membentuk massa
hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai kurang lebih 20o.
·
Kelarutan: Dapat
bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam
eter, dalam minyak lemak menguap.
·
Identifikasi: Panaskan
pada kalium bisulfat terjadi uap merangsang, jika dibakar dengan sedikit
natrium tetra borat diatas nyala hijau.
·
Khasiat: Zat tambahan,
antimikroba, kelembaban.
3. Gliserin, Gliserol,
Glycerolum (FI III 271)
·
Pemerian: Cairan
seperti sirop, jernih tidak berwarna tidak berbau, manis diikuti rasa hangat
higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna tidak melebur hingga suhu mencapai lebih
kurang 200.
·
Identifikasi: Panaskan
dengan kalium bisulfat terjadi uap merangsang. Jika dibakar dengan sedikit
natrium tetraborat di atas nyala api terjadi nyala hijau.
·
Khasiat: Zat tambahan,
antimikroba, kelembapan.
4.
Klindamisin, Clindamycini
(FI IV 234)
·
Pemerian: Serbuk
hablur, putih, praktis putih, tidak berbau, stabil di udara dan cahaya.
·
Kelarutan: Mudah larut
dalam air, dalam dimetilformamida, metanol.
·
Khasiat: Antibiotik.
5. Zincy Oxyd, Zink Oxyda
(FI III 636)
·
Pemerian: Serbuk amorf,
sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, lambat
laun menyerap CO2 dalam udara.
·
Kelarutan: Praktis
tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam mineral encer dan
dalam larutan alkali hidroksida.
·
Identifikasi: Panaskan
dengan kuat zat akan berwarna kuning jika didinginkan hilang
·
Khasiat: Antiseptik
lokal.
6. Acid Salicyl (FI III hal. 56 dan FI IV hal. 51)
·
Pemerian: Hablur putih,
biasanya berbentuk jarum halus, atau serbuk hablur halus putih, rasa agak
manis, tajam dan stabil diudara. Bentuk sintesis berwarna putih dan tidak
berbau. Jika dibuat dari metil salisil alami dapat berwarna kekuningan atau
merah jambu dan berbau lemah mirip mentol.
·
Kelarutan: Sukar larut
dalam air, benzena, mudah larut dalam etanol, eter, larut dalam air mendidih.
·
Khasiat: Antifungi,
keratolitik.
7. Amy Tritici, Pati Gandum
(FI IV 109)
·
Pemerian: Serbuk sangat
halus, putih.
·
Kelarutan: Praktis
tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
·
Identifikasi: Panaskan
sampai mendidih selama 1 menit suspensi 1 gr dalam 50 ml air, dinginkan
terbentuk larutan kanji ancer, campur 1 ml larutan kanji yang diperoleh pada
identifikasi di atas dengan 0,05 iodium 0,005 M, terjadi warna biru tua yang
hilang pada pemanasan dan timbul pada pendinginan.
·
Khasiat: Zat tambahan,
penyekat.
7. Vaselin Flava,
Vaselin Kuning (FI III 633)
·
Pemerian: Masa lunak,
lengket, bening, kuning muda sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat dilebur
dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Tidak berbau hampir tidak berasa.
·
Kelarutan: Praktis
tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform, dalam eter, dan
dalam eter minyak tanah.
·
Khasiat: Zat tambaahan,
basis.
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1 Formula
3.1.1 Resep I
Dr. Selfia
SIP: 091/ KOD/ DU/ II/ 1998
Jln. Roro No. 01 Nganjuk
|
Malang, 230513
R/ Gelatin 2
g
Aqua 4 g
Gliserin 2,5 g
Clindamisin 1,5 g
s.u.e
Pro: Mona
Alamat: Jln. Progo No. 9
|
(Ilmu Resep Syamsuni,
78)
R/
Gelatin 20
Aqua 40
Gliserin 25
Zinci Oxyd 15
Modifikasi:
R/ Gelatin 2 g
Aqua 4 g
Gliserin 2,5 g
Clindamisin 1,5 g
3.1.2 Resep II
Dr. Rendy
SIP: 08/ DU/ 2004
Jln. Bunga Merah No. 38
|
Malang, 230513
R/ Acid Salicyl 0,2 g
Zinci Oxyd 2,5 g
Amy Tritici 2,5 g
Vas. Flava 3 g
m.f pasta
Pro: Mona
Alamat: Jln. Progo No. 09 |
FMS hal. 113:
R/ Acid Salicyl 2
ZnO 25
Amy Tritici 25
Vas. Flava 100
m.f pasta
3.2 Alat dan Bahan
·
Mortir + stamper.
·
Serbet + tisue.
·
Timbangan dan anak timbangan.
·
Gelas ukur.
·
Kertas perkamen.
·
Sendok tanduk.
·
Sudip.
·
Etiket.
·
Beaker glass.
3.3 Perhitungan Bahan
·
Resep I
1.
Gelatin = 2 g/
100 x 10 = 0,2 g = 200 mg.
2.
Aqua = 4 g/
100 x 10 = 0,4 g = 0,4 ml.
3.
Gliserin = 2,5 g/
100 x 10 = 0,25 g = 250 mg.
4.
Clindamisin = 1,5 g/ 100
x 10 = 0,15 g = 150 mg.
·
Resep II
1.
Acid Salicyl = 2/100 x 10
g = 0,2 g = 200 mg.
2.
Zinci Oxyd = 25/ 100 x
10 g = 2,5 g.
3.
Amilum Tritici = 25/ 100 x 10
g = 2,5 g.
4.
Vas. Flava = 10 g –
(2+2,5+2,5) g.
= 10 g – 7 g = 3 g.
3.4 Prosedur Pembuatan
·
Resep I
1.
Disiapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan .
2.
Ditimbang gelatin dan
aqua di campur dan di biarkan hingga mengembang di dalam cawan, kemudian
dipanaskan di atas penangas air hingga gelatin larut.
3.
Ditimbang clindamisin,
dilarutkan dengan sedikit air, sisihkan.
4.
Ditimbang gliserin,
masukkan ke no 3, aduk ad homogen.
5.
Hasil campuran no. 2
yang telah larut tambahkan ke campuran no 4, aduk ad homogen,
6.
Dimasukkan ke dalam
wadah yang telah disiapkan dan diberi etiket.
·
Resep II
1.
Disiapkan alat dan
bahan.
2.
Setarakan timbangan.
3.
Ditimbang acid salicyl
ditetesi spiritus fortior, digerus sampai halus, sisihkan.
4.
Ditimbang vas. flava,
kemudian digerus dalam mortir panas.
5.
Dimasukkan no. 2 ke
dalam no. 3.
6.
Ditimbang amilum
triciti, dimasukkan kedalam no.4, gerus ad homogen.
7.
Ditimbang ZnO, kemudian
diayak dengan ayakan no. B40 digerus ad homogen ke dalam no. 5.
8.
Dimasukkan dalam wadah
dan beri etiket.
3.5 Pembahasan
Dalam
praktikum ini, dibuat sediaan pasta. Pada pembuatan pasta, pertama yang
dilakukan adalah menimbang semua bahan. Acid salicyl yang sudah ditimbang ditetesi dengan spiritus
fortior, lalu digerus dan disisihkan. Diambil vaselin flava, gerus di mortir
yang sudah dipanaskan terlebih dahulu. Masukkan acid salicyl kedalam mortir,
dimasukkan juga amilum triciti, gerus ad homogen. ZnO yang sudah diayak
dimasukkan kedalam mortir ad homogen, kemudian dimasukkan kedalam wadah. Sediaan
pasta yang dibuat hasilnya keras sehingga tidak memenuhi syarat, dikarenakan
kesalahan dalam perhitungan bahan pada acid salicyl sehingga sediaan menjadi
keras.
terima kasih sangat membantu
BalasHapusthank ya mbak mona membantu banget
BalasHapusngerjain tugasnya