Minggu, 06 Oktober 2013

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID “PASTA”

LAPORAN PRAKTIKUM
FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID
“PASTA”


Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam menempuh mata kuliah Formulasi dan Teknologi
 Sediaan Semi Solid


Disusun oleh

Selfia Mona Peggystia                  11.094





AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG
Juli 2013





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit.
Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut, para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat. Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.

1.2  Tujuan
·      Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan pasta yang baik dan tepat.
1.3  Manfaat
·      Dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan sediaan pasta.
·      Untuk dapat mengaplikasikan metode pembuatan pasta.
·      Untuk menambah wawasan dan ketrampilan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian luar/ topikal. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun. Pasta ini serupa dengan salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk), suatu salep tebal, karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diolesi. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit.
2.2 Bahan Dasar Pasta
            Bahan dasar pasta yang sering dipakai adalah vaselin, lanolin, adeps lanae, ungt. Simplex, minyak lemak dan paraffin liquidum yang sudah atau belum bercampur dengan sabun. Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air misalnya pasta Na-karboksimetilselulosa (Na-CMC). Kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya Zn-oksida, merupakan salep yang padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh, berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.
            Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pda selaput lendir agar memperoleh efek lokal (misal, pasta gigi triamsinolon asetonida). Pasta hamamelidis saponata atau hazeline snow (C. M. N) sebetulnya bukan termasuk pasta tetapi krim.
2.3 Karakteristik Pasta
Karakteristik dari sediaan pasta yaitu meliputi:
·      Daya absorbsi pasta lebih besar.
·      Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian.
·      Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
·      Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
·      Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
·      Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
·      Memiliki presentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu mengandung bahan serbuk (padat) antara 40%-50%.
2.4  Basis Pasta
1.    Basis hidrokarbon, karakteristik:
·      Tidak diabsorpsi oleh kulit
·      Inert
·      Tidak tercampur dengan air
·      Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air & meningkatkan hidrasi sehingga meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.
2.    Basis absorpsi
Karakteristik: bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah air dan larutan air.
3.    Larut air
Contoh: PEG
2.5  Kelebihan dan Kekurangan Pasta
Kelebihan pasta:
·      Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan tendensi mengeluarkan cairan.
·      Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja lokal.
·      Konsentrasi lebih kental dari salep.
·      Daya absorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep.
Kekurangan Pasta:
·      Tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
·      Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis.
·      Dapat menyebabkan iritasi kulit.
2.6 Evaluasi Sediaan Pasta
Untuk mengetahui kestabilan sediaan pasta, perlu dilakukan beberapa pengujian, yakni:
1.    Organoleptik, merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk mendiskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna (misalnya kuning, coklat) dan bau (misalnya aromatik, tidak berbau). (Anonim, 2000).
2.    pH, prinsip uji derajat keasaman (pH) yakni berdasarkan pengukuran aktivitas ion hidrogen secara potensiometri/ elektrometri dengan menggunakan pH meter (Anonim, 2004). Caranya pengujian klik.
3.    Viskositas, viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya (Martin et al., 1993). Caranya pengujian klik.
4.    Penghamburan/ daya sebar, uji penghamburan diartikan sebagai kemampuan untuk disebarkan pada kulit. Penentuannya dilakukan dengan Extensometer. Caranya yakni salep dengan volume tertentu dibawa ke pusat  antara dua lempeng gelas, lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani oleh peletakan dari anak timbang. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan menaiknya pembebanan menggambarkan suatu karakteristik untuk daya hambur (Voigt, 1994).
5.    Resitensi panas, uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu sediaan salep atau gel dalam daerah iklim dengan perubahan suhu (tropen) nyata dan terus menerus. Caranya yakni salap dalam wadah tertutup diulang dan ditempatkan dalam pertukaran kontinue suhu yang berbeda-beda (misalnya 20 jam pada 370C dan 4 jam pada 400C) dan ditentukan waktunya (Voigt, 1994).
2.7  Monografi Bahan
1. Gelatin, Gelatinum (FI III 265)
·      Pemerian: Lembaran, kepingan, serbuk atau butiran, tidak berwarna atau kekuningan pucat, bau dan rasa lemah.
·      Kelarutan: Jika direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak, berangsur-rangsur menyerap air 5 sampai 10 kali bobotnya. Larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk gudir, praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P dan dalam eter P, larut dalam campuran gliserol P dan air, jika dipanaskan lebih mudah larut, larut dalam asetat.
·      Identifikasi: Larutan encer membentuk endapan dengan larutan trinitrofenol P, dengan larutan tanin P dan dengan larutan kromtrioksida. Tidak membentuk endapan dengan asam lain, dengan larutan encer tawas, dengan timbal asetat P dan dengan larutan besi (III) klorida.
·      Khasiat: Zat tambahan.
2. Aqua, Aqua Destilata, Air Suling (FI III 96)
·      Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat higroskopik, jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah, dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai kurang lebih 20o.
·      Kelarutan: Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak menguap.
·      Identifikasi: Panaskan pada kalium bisulfat terjadi uap merangsang, jika dibakar dengan sedikit natrium tetra borat diatas nyala hijau.
·      Khasiat: Zat tambahan, antimikroba, kelembaban.
3. Gliserin, Gliserol, Glycerolum (FI III 271)
·      Pemerian: Cairan seperti sirop, jernih tidak berwarna tidak berbau, manis diikuti rasa hangat higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200.
·      Identifikasi: Panaskan dengan kalium bisulfat terjadi uap merangsang. Jika dibakar dengan sedikit natrium tetraborat di atas nyala api terjadi nyala hijau.
·      Khasiat: Zat tambahan, antimikroba, kelembapan.
4.    Klindamisin, Clindamycini (FI IV 234)
·      Pemerian: Serbuk hablur, putih, praktis putih, tidak berbau, stabil di udara dan cahaya.
·      Kelarutan: Mudah larut dalam air, dalam dimetilformamida, metanol.
·      Khasiat: Antibiotik.
5. Zincy Oxyd, Zink Oxyda (FI III 636)
·      Pemerian: Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, lambat laun menyerap CO2 dalam udara.
·      Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
·      Identifikasi: Panaskan dengan kuat zat akan berwarna kuning jika didinginkan hilang
·      Khasiat: Antiseptik lokal.
6. Acid Salicyl (FI III hal. 56 dan FI IV hal. 51)
·      Pemerian: Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus, atau serbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam dan stabil diudara. Bentuk sintesis berwarna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisil alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol.
·      Kelarutan: Sukar larut dalam air, benzena, mudah larut dalam etanol, eter, larut dalam air mendidih.
·      Khasiat: Antifungi, keratolitik.
7. Amy Tritici, Pati Gandum (FI IV 109)
·      Pemerian: Serbuk sangat halus, putih.
·      Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
·      Identifikasi: Panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspensi 1 gr dalam 50 ml air, dinginkan terbentuk larutan kanji ancer, campur 1 ml larutan kanji yang diperoleh pada identifikasi di atas dengan 0,05 iodium 0,005 M, terjadi warna biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul pada pendinginan.
·      Khasiat: Zat tambahan, penyekat.
7. Vaselin Flava, Vaselin Kuning (FI III 633)
·      Pemerian: Masa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat dilebur dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Tidak berbau hampir tidak berasa.
·      Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform, dalam eter, dan dalam eter minyak tanah.
·      Khasiat: Zat tambaahan, basis.

BAB III
METODOLOGI KERJA

3.1 Formula
3.1.1 Resep I

Dr. Selfia
SIP: 091/ KOD/ DU/ II/ 1998
Jln. Roro No. 01 Nganjuk
 Malang, 230513
   R/ Gelatin                             2 g      
       Aqua                                4 g      
       Gliserin                             2,5 g   
    Clindamisin                     1,5 g
                    s.u.e
Pro: Mona
Alamat: Jln. Progo No. 9


(Ilmu Resep Syamsuni, 78)
 R/  Gelatin                              20       
      Aqua                                 40       
      Gliserin                              25       
      Zinci Oxyd                        15
Modifikasi:
R/ Gelatin                                2 g      
    Aqua                                   4 g      
    Gliserin                                2,5 g   
 Clindamisin                        1,5 g


3.1.2 Resep II

Dr. Rendy
SIP: 08/ DU/ 2004
Jln. Bunga Merah No. 38
Malang, 230513

        R/ Acid Salicyl                     0,2 g
             Zinci Oxyd                      2,5 g
            Amy Tritici                      2,5 g
            Vas. Flava                           3 g
                             m.f pasta

Pro: Mona
Alamat: Jln. Progo No. 09

FMS hal. 113:
R/ Acid Salicyl               2
    ZnO                          25
    Amy Tritici               25
    Vas. Flava                100
             m.f pasta
3.2 Alat dan Bahan
·      Mortir + stamper.
·      Serbet + tisue.
·      Timbangan dan anak timbangan.
·      Gelas ukur.
·      Kertas perkamen.
·      Sendok tanduk.
·      Sudip.
·      Etiket.
·      Beaker glass.
3.3 Perhitungan Bahan
·      Resep I
1.    Gelatin                    = 2 g/ 100 x 10 = 0,2 g = 200 mg.
2.    Aqua                       = 4 g/ 100 x 10 = 0,4 g = 0,4 ml.
3.    Gliserin                   = 2,5 g/ 100 x 10 = 0,25 g = 250 mg.
4.    Clindamisin            = 1,5 g/ 100 x 10 = 0,15 g = 150 mg.
·      Resep II
1.    Acid Salicyl            = 2/100 x 10 g = 0,2 g = 200 mg.
2.    Zinci Oxyd             = 25/ 100 x 10 g = 2,5 g.
3.    Amilum Tritici        = 25/ 100 x 10 g = 2,5 g.
4.    Vas. Flava              = 10 g – (2+2,5+2,5) g.
= 10 g – 7 g = 3 g.

3.4 Prosedur Pembuatan
·      Resep I
1.    Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan .
2.    Ditimbang gelatin dan aqua di campur dan di biarkan hingga mengembang di dalam cawan, kemudian dipanaskan di atas penangas air hingga gelatin larut.
3.    Ditimbang clindamisin, dilarutkan dengan sedikit air, sisihkan.
4.    Ditimbang gliserin, masukkan ke no 3, aduk ad homogen.
5.    Hasil campuran no. 2 yang telah larut tambahkan ke campuran no 4, aduk ad homogen,
6.    Dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan dan diberi etiket.
·      Resep II
1.    Disiapkan alat dan bahan.
2.    Setarakan timbangan.
3.    Ditimbang acid salicyl ditetesi spiritus fortior, digerus sampai halus, sisihkan.
4.    Ditimbang vas. flava, kemudian digerus dalam mortir panas.
5.    Dimasukkan no. 2 ke dalam no. 3.
6.    Ditimbang amilum triciti, dimasukkan kedalam no.4, gerus ad homogen.
7.    Ditimbang ZnO, kemudian diayak dengan ayakan no. B40 digerus ad homogen ke dalam no. 5.
8.    Dimasukkan dalam wadah dan beri etiket.

3.5 Pembahasan
                 Dalam praktikum ini, dibuat sediaan pasta. Pada pembuatan pasta, pertama yang dilakukan adalah menimbang semua bahan. Acid salicyl  yang sudah ditimbang ditetesi dengan spiritus fortior, lalu digerus dan disisihkan. Diambil vaselin flava, gerus di mortir yang sudah dipanaskan terlebih dahulu. Masukkan acid salicyl kedalam mortir, dimasukkan juga amilum triciti, gerus ad homogen. ZnO yang sudah diayak dimasukkan kedalam mortir ad homogen, kemudian dimasukkan kedalam wadah. Sediaan pasta yang dibuat hasilnya keras sehingga tidak memenuhi syarat, dikarenakan kesalahan dalam perhitungan bahan pada acid salicyl sehingga sediaan menjadi keras.

2 komentar: