LAPORAN
PRAKTIKUM
FORMULASI
DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID
“KRIM”
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
dalam menempuh mata kuliah Formulasi
dan Teknologi
Sediaan Semi Solid
Disusun
oleh
Selfia
Mona Peggystia 11.094
AKADEMI
FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG
Juli 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring
dengan semakin berkembangnya sains dan tekhnologi, perkembangan di dunia
farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam
penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai
macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah
dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.
Ahli
farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang bertujuan
untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh
masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar
seperti krim, salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum.
Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah
dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan perlindungan
pengobatan terhadap kulit.
Berbagai
macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu diantaranya
yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut, para
ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat.
Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan
formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan
yang digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.
1.2 Tujuan
· Mengetahui
langkah-langkah cara pembuatan sediaan krim yang baik dan tepat.
1.3 Manfaat
· Dapat
memahami langkah-langkah dalam pembuatan sediaan krim.
· Untuk
dapat mengaplikasikan di dunia kerja.
· Untuk
menambah wawasan dan ketrampilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Krim
· Krim
adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari
60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (FI III)
· Krim
adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. (FI IV hal. 6)
· Krim
adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang
dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. (Formularium Nasional)
· Krim
adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
(mengandung air tidak kurang dari 60%). (Ilmu Resep hal. 74)
2.2 Penggolongan Krim
Krim terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam–asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan
untuk pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak
dalam air (M/A) dan krim tipe air dalam minyak (A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim
yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.
Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium
stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl
sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.
Kestabilan krim akan terganggu/ rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan
suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara
berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk, penandaan pada etiket harus juga tertera “obat luar”.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk, penandaan pada etiket harus juga tertera “obat luar”.
2.3 Cara Pembuatan Krim
Bagian
lemak dilebur diatas penangas air, kemudian ditambahkan bagian airnya dengan
zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Krim
Adapun kelebihan dari sediaan krim yaitu:
1
Mudah
menyebar rata.
2
Praktis.
3
Lebih mudah
dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A (minyak dalam air).
4
Cara kerja
langsung pada jaringan setempat.
5
Tidak
lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).
6
Bahan untuk
pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi
tidak cukup beracun, sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
7
Aman
digunakan dewasa maupun anak–anak.
8
Memberikan rasa
dingin, terutama pada tipe A/M (air dalam minyak).
9
Bisa
digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada fase
A/M (air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup tinggi.
10
Bisa
digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan
deodorant.
11
Bisa
meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit
berminyak.
Adapun kekurangan dari sediaan krim yaitu:
1
Mudah kering
dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak)
karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
2
Susah dalam
pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
3
Mudah
lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak).
4
Mudah pecah,
disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
5
Pembuatannya
harus secara aseptik.
2.5 Evaluasi Sediaan Krim
1. Evaluasi
Fisik
Homogenitas
diantara dua lapis film, secara makroskopis: alirkan diatas kaca. Konsistensi
tujuan: mudah dikeluarkan dari tube dan mudah di oleskan. Pengukuran
konsistensi dengan pnetrometer. Konsistensi atau rheologi dipengaruhi suhu:
sediaan non-newton dipengaruhi oleh waktu istirahat, oleh karena itu harus
dilakukan pada keadaan yang identik. Bau dan warna untuk melihat terjadinya
perubahan fase. pH berhubungan dengan stabilitas zat aktif, efektivitas
pengawet dan keadaan kulit.
2. Evaluasi
Kimia
Kadar dan
stabilitas zat aktif dan lain-lain.
3. Evaluasi
Biologi
·
Kontaminasi Mikroba
Salep mata
harus steril untuk salep luka bakar, luka terbuka dan penyakit kulit yang parah
juga harus steril.
·
Potensi Zat Aktif
Pengukuran
potensi beberapa zat antibiotik yang dipakai secara topikal.
2.6 Monografi Bahan
1.
Vanishing Cream
· Acidum
Stearicum/ Asam Stearat (FI III hal. 57)
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan
susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut
dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian
eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan
kulit dengan konsentrasi 1-20%.
· Glycerin/
Glycerolum (FI IV hal. 413)
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak
berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak.
Higroskopis, netral terhadap lakmus).
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan
etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam
minyak menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Pemanis, pembasah, dan pengental.
Kadar 5-10%.
· Triaethanolamin
(FI IV hal. 1203)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berbau kuat
amoniak.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur
dengan etanol, dengan eter dan dengan air dingin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Surfaktan, emulgator. Kadar 2-4%.
· Nipagin/
Methylis Parabenum (FI IV hal. 551)
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau
serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit
rasa terbakar.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena
dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Preservatif atau pengawet. Kadar
0,12-0,18%.
2.
Cold Cream
· Cerae
Flava/ Malam Kuning (FI IV hal. 186)
Pemerian : Padatan berwarna kuning sampai coklat
keabuan, berbau enak seperti madu. Agak rapuh bila dingin, bila patah membentuk
granul.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar
larut dalam etanol dingin. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam
minyak lemak dan dalam minyak atsiri.
Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan
kulit.
· Cetacei/
Cetaceum (FI III hal. 141)
Pemerian : Massa hablur, bening, licin, putih
mutiara, bau dan rasa lemah.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan
dalam etanol (95%) P dingin, larut dalam 20 bagian etanol (95%) P mendidih,
dalam kloroform P, dalam eter P, dalam karbondisulfida P, dalam minyak lemak
dan minyak atsiri.
Khasiat : Zat tambahan yang membentuk
lapisan emulien kulit.
· Adeps
Lanae/ Lemak Bulu Domba/ Lanolin (FI IV hal. 57)
Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna
kuning, bau khas.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur
dengan air kurang lebih 2x beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin,
lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan kloroform.
Khasiat : Basis krim.
· Oleum
Sesami/ Minyak Wijen (FI III hal. 459)
Pemerian : Cairan, kuning pucat, bau lemah, rasa
tawar, tidak membeku pada suhu 60o.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P,
mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Khasiat : Humektan.
3.
Cleansing Cream
· Acid
Stearin (FI III hal. 57)
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan
susunan hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut
dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian
eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan
kulit dengan konsentrasi 1-20%.
· Triaethanolamin
(FI IV hal.1203)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berbau kuat
amoniak.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur
dengan etanol, dengan eter dan dengan air dingin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Surfaktan, emulgator. Kadar 2-4%.
· Adeps
Lanae (FI IV hal. 57-58)
Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna
kuning, bau khas.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur
dengan air kurang lebih 2x beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin,
lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan kloroform.
Khasiat : Basis krim.
· Paraffin
Liquidum (FI III hal. 474)
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak
berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan
dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Khasiat : Penggunaan laksativum.
· Nipagin/
Methylis Parabenum (FI IV hal. 551)
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau
serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit
rasa terbakar.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena
dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Preservatif atau pengawet. Kadar
0,12-0,18%
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1 Formulasi Resep
1
Vanishing Cream (A/M)
Dr.
Joko Widodo S. Farm, Apt
Praktek:
07.30-10.00 WIB
Jln:
Mangkubuwono 5 Malang
SID:
131/ DU/ 131
SIK:
1101/ PDUD/ 01
|
No. 1 26/0313
R/
Acid Stearin 142
Glycerin 100
TEA 10
Nipagin 0,1%
Aq. dest ad
10 ml
m.f cream
SUE
Pro:
Reyna (21 thn)
|
Formula
Standar (FMS hal. 111)
R/
Acid Stearin 142
Glycerin 100
Natrium Biborat 2,5
Triatehanolamin 10
Nipagin q.s
Aquadest ad
750
m.f cream
SUE
2.
Cold Cream
Dr.
Farida
Praktek:
07.00-10.00
Jln:
Ciliwung 12 Malang
SID:
133/ DU/ 133
SIK:
1103/ PDUD/ 03
|
No. 2
04/0413
R/ Cold Cream 10 g
m.f unguentum
SUE
Pro: Reyna (25 thn)
|
Formula
Standar (FMS hal. 110)
Unguentum
Leniens Rosatum (Cold Cream)
R/
Cerae Flava 2500
Cetacei 5
Adeps Lanae 5
Oleum Sesami 25
Aq. Rosarum 12500
m.f unguentum
SUE
3.
Cleansing Cream
Dr.
Farida
SIP:
08/ 777/ 99/ UP/ 2010
Jln.
Bango No. 5 Malang
|
No. 3 26/0313
R/ Cleansing
Cream 10 g
m.f cream
SUE
Pro: Reyna (21 thn)
|
Formula
Standart (FMS hal. 111)
R/
Acid Stearin 145
Triaethanolamin 15
Adeps Lanae 30
Paraffin. Liquid 250
Aquadest 550
Nipagin q.s
m.f cream
SUE
3.2 Perhitungan Bahan
1.
Vanishing Cream
· Acid
Stearat = 142/ 750 ml x 10 =
1,89 g + 10% = 2,07 g.
· Glycerin = 100/ 750 ml x 10 = 1,33 g +
10% = 1,46 g.
· Triaethanolamin = 10 g/ 750 ml x 10 = 0,13 g + 10% = 0,143
g.
· Nipagin = 0,1/ 100 x 10 ml = 0,01 x
20 = 0,2 air untuk nipagin.
Yang
dibutuhkan 10/ 50 x 20 = 4 ml.
· Aquadest = 750/ 1004,5 x 10 = 7,4 ml.
2.
Cold Cream
· Cerae
Flava = 2,5/ 50 x
10 g = 0,5 g + 10% = 0,55 g = 550 mg.
· Cetacei = 5/ 50 x 10 g = 1 g + 10% =
1,1 g.
· Adeps
Lanae = 5/ 50 x 10 g = 1 g + 10%
= 1,1 g.
· Oleum
Sesami = 25/ 50 x 10 g = 5g + 10% =
5,5 g.
· Aq.
Rosarum ad = 12,5/ 50 x 10 = 2.5 ml.
3.
Cleansing Cream
· Acid
Stearin = 145/ 990 x 10 = 1,46 g
+ 10% = 1,606 g = 1600 mg.
· Triaethanolamin = 15/ 990 x 10 = 0,15 g + 10% = 0,165 g =
165 mg.
· Adeps
Lanae = 30/ 990 x 10 = 0,30 g +
10% = 0,33 g = 330 mg.
· Paraffin
Liquidum = 250/ 990 x 10 = 2,5 g + 10% =
2,75 g = 2,700 mg.
· Nipagin = 0,1/ 100 x 10 = 0,01 x 20 =
0,2 air untuk nipagin.
10/50 x 20 = 4
ml.
· Aquadest = 550/990 x 10 = 5,55 - 4ml =
1,55 ml.
3.3 Prosedur Kerja
1.
Vanishing Cream
· Siapkan
alat dan bahan.
· Setarakan
timbangan.
· Ditimbang
acid stearin 2 g dengan kertas perkamen, glycerin 1,5 g, TEA 143 mg, nipagin 50
mg.
· Diambil
acid stearin, masukkan kedalam cawan penguap yang dilapisi kain kasa.
· Diambil
TEA digelas arloji, masukkan dalam cawan penguap.
· Bahan
no. 4 dan 5 dilebur diatas penangas sampai melebur. Diserkai, masukkan kedalam
mortir yang sudah dipanaskan terlebih dahulu.
· Sambil
menunggu bahan no. 6, dilarutkan nipagin dalam 20 ml air mendidih.
· Dilarutkan
glycerin 1,5 g.
· Campuran
no. 6 ditambahkan dengan nipagin dan gliserin sedikit demi sedikit ad homogen.
· Ditambahkan
sisa akuades sedikit demi sedikit, aduk ad homogen.
· Dimasukkan
dalam wadah dan beri etiket biru.
2.
Cold Cream
· Siapkan
alat dan bahan.
· Setarakan
timbangan
· Ditimbang
cerae flava 550 mg, cetacei 1,1 g, adeps lanae 1,1 mg dengan kertas perkamen.
· Ditimbang
oleum sesami 5,5 g digelas arloji, sisihkan.
· Bahan
no. 3 dan 4 dilebur bersama-sama didalam cawan dengan dilapisi kain kasa untuk
menyaring sisa-sisa kotoran dari bahan, tunggu sampai melebur, diserkai.
· Setelah
bahan no. 5 melebur, dituang dalam mortir panas, aduk ad homogen sampai hangat.
· Ditambahkan
aq. rosarum sedikit demi sedikit, aduk ad homogen.
· Dimasukkan
dalam wadah, beri etiket biru.
3.
Cleansing Cream
· Siapkan
alat dan bahan
· Setarakan
timbangan.
· Ditimbang
TEA 165 mg dilarutkan dengan air panas didalam beaker glass, aduk ad homogen.
· Ditimbang
nipagin 50 mg dilarutkan dalam 20 ml air mendidih, aduk dan diambil 4 ml.
· Diambil
acid stearat 1600 mg, adeps lanae 330 mg, paraffin 2.700 mg dimasukkan kedalam
cawan penguap yang telah dilapisi kain kasa. Dileburkan diatas penangas air.
Setelah melebur diserkai dan dipindahkan ke mortir hangat.
· Dicampur
n0. 3, 4 kedalam no. 5, aduk ad homogen dalam mortir hangat.
· Ditambahkan
sisa air, aduk ad homogen.
· Dimasukkan
dalam wadah, beri etiket biru.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1.
Vanishing Cream
· Organoleptis : Warna putih, tidak berbau,
teksturnya encer.
· pH : 7
· Homogenitas : Tidak homogen.
2.
Cold Cream
· Organoleptis : Warna putih kekuningan, bau aq.
rosarum, teksturnya tidak memenuhi.
· pH : 5
· Homogenitas : Tidak homogen
3.
Cleansing Cream
· Organoleptis : Warna putih, bau seperti lilin,
sediaan memenuhi syarat.
· pH : 8
· Homogenitas : Homogen.
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini, dibuat sediaan
krim. Dalam pembuatan sediaan krim dibuat dengan metode yang sama. Adapun krim
yang dibuat antara lain, vanishing cream, cold cream, cleansing cream. Pada pembuatan
vanishing cream, yang pertama dilakukan adalah menimbang bahan, untuk acid
stearin dimasukkan dalam cawan penguap yang dilapisi kain kasa. Untuk TEA
digelas arloji, kemudian masukkan dalam cawan penguap. Bahan dalam penangas
dilebur diatas penangas sampai melebur, diserkai kemudian masukkan dalam mortir
panas. Dilarutkan nipagin dalam 20 air mendidih, dilarutkan pula gliserin.
Bahan yang ada dalam mortir ditambahkan dengan nipagin dan gliserin. Kemudian
ditambahkan sisa akuades, namun pada saat menggunakan akuades, penuangannya
terlalu banyak, pengadukannya juga terlalu cepat sehingga sediaan vanishing
menjadi rusak dan tidak memenuhi.
Pada pembuatan cleansing cream, cara
pembuatannya sama dengan vanishing. Namun ada beberapa bahan yang berbeda seperti
adeps lanae dan paraffin. Pada pembuatan ini, acid stearin, adeps lanae,
paraffin yang sudah ditimbang terlebih dahulu, dimasukkan kedalam cawan penguap
yang dilapisi kain kasa. Kemudian dileburkan, diserkai dan dipindahkan dalam
mortir hangat. Semua bahan dicampur dalam mortir hangat, lalu ditambahkan sisa
air. Dan hasil praktikum kedua memenuhi dari hasil evaluasi.
Untuk pembuatan cold cream, semua
bahan ditimbang terlebih dahulu. Kemudian dilebur bersama-sama dalam cawan
penguap dengan dilapisi kain kasa, kemudian ditunggu sampai melebur. Setelah
bahan melebur, dituang dimortir panas, aduk ad homogen, lalu ditambahkan aq.
rosarum sedikit demi sedikit, aduk ad homogen. Pembuatan cold cream ini hasilnya tidak homogen, karena pada saat
pengadukan tidak terlalu homogen sehingga sediaan ini tidak memenuhi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.
Jakarta: UI press
2. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
3. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
4. Pharmacopee Ned edisi V
5. Soetopo dkk. 2002. Ilmu Resep Teori. Jakarta:
Departemen Kesehatan
6. Voigt. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.
Yogyakarta: UGM Press
7. Lachman dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri.
Jakarta: UI Press
8. Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional edisi II.
Jakarta
9. Van Duin. 1947. Ilmu Resep. Jakarta: Soeroengan
10. Anonim.
Farmakope Herbal
11. Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM
Pres
10% itu angka apa?
BalasHapus10 % dari alam ghoib apa gimana itu?
BalasHapus10% dari peraturan salep van duin dmn bahan yg jalan mencampur dgn meleburkn di tambah 10%
HapusItu yg dia mksd mungkin penambahan 10% untuk.. jika bhan2 yg tertinggal atau menempel pada alat saat proses pembuatan krimnya.
BalasHapusItu yg dia mksd mungkin penambahan 10% untuk.. jika bhan2 yg tertinggal atau menempel pada alat saat proses pembuatan krimnya.
BalasHapustau ngga cara metode menentukan tipe krim
BalasHapustau ngga cara metode menentukan tipe krim
BalasHapusItu /50,/750,/990
BalasHapus.
Maksudnya apa? Dapet dri mana ya
Miconazole nitrate cream di buku FMS halaman berapa
BalasHapusitu yg perhitungan cold cream cera : 2,5 / 50 ,50 nya dapet darimana
BalasHapusDari jumlah semua bahan (2,5+ 5+5+25+12,5 : hasilnya 50)
Hapus2,500 itu berupa mg ke gram jadinya 2,5 (2,500 ÷ 100 '1 mg ke 1 gram')
begitu juga yang 12,500
Paham? Maaf jelasinnya panjang
Vanishing cream yg dikali 10 darimana min?
BalasHapus