Jumat, 29 Maret 2013

Surat Cinta Versi Fisika dan Kimia


Surat Cinta Versi Fisika


                Saat pertama melihatmu, perasaanku seperti gelombang stasioner. Yang datang secara tiba-tiba dan memantul pada dirimu. Cantik nan anggun, kaulah dambaan hatiku. Sungguh nada hati yang harmonik yang setiap saat selalu bergelombang dalam kalbuku.
            Di setiap gerak dan semua tingkahmu merefleks mataku untuk terus memandang dirimu, setiap saat dan setiap waktu. Aku ingin mengatakan tiga hal padamu yang berasal dari dalam hatiku:
Nada dasar hati yang pertama: kau cantik nan anggun, kaulah bidadari hatiku.
Nada dasar hati yang kedua: aku ingin menjaga dan melindungimu, karena aku mencintaimu.
Nada dasar hati yang ketiga: yaitu seperti rumus cinta (A+B2+C=K) – aku+benar2+cinta sama kamu.
            Mungkin itu saja yang bisa aku ungkapkan kepadamu, aku harap kau mengerti perasaanku dan membalasnya.




Surat Cinta Versi Kimia


                Ku terpaut oleh dara cantikmu nan anggun, yang membiusku sampai ku tak bisa lagi mengucapkan kata-kata. Sungguh sempurna di mataku. Inilah yang tersebut di hatiku suatu gugus fungsi alkena C-C (Cinta dan Cinta). Entah kapan datangnya, aku tak mengerti namun perasaan ini mulai tumbuh di hatiku.
            Cinta hanyalah satu kesatuan perasaan ke seseorang yang berasal dari bahasa yunani “atomos” yang berarti tidak dapat di bagi lagi. Mencintai bukanlah sekedar mencintai tapi jua memahami dan saling mengerti. Kata cinta memang indah tapi setelah menjalaninya akan paham arti cinta sebenarnya. Terkadang terasa menyenangkan, terkadang pula terasa menyakitkan. Asam manis cinta selalu menerka dalam sebuah kisah cinta yang mengelektrolit kuatnya perasaan kasih dan sayang. Dan kadang meredup dengan sendirinya.
            Semua kata-kata itu ku tulis hanya untukmu agar kau tahu banyak perandaian tentang cinta yang ku dapat, tak sekedar pengalaman saja tapi jua pelajaran kimiaku di sekolah. Melihatmu adalah pengobat rinduku sekaligus pengobat mataku akibat belajar kimia yang membuat kepalaku pusing. Senyummu bagaikan dunia indahku dan memilikimu adalah suatu harapanku. Aku mencintaimu lebih dari mencintai.


Oleh: Selfia Mona Peggystia

Berhiasnya Seragam Putih Abu-abu


Berhiasnya Seragam Putih Abu-abu
Oleh
Selfia Mona Peggystia



                Tak berucap katapun, semua terbayang dalam setiap pikirku, namun ku tahu, tiada kisah yang sangat mengindahkan selain kisah masa-masa esemaku. Masa yang ku pikir paling indah dalam hidupku, cuma sekali saja dan tak akan pernah terulang. Dari pertamaku menginjakkan kaki di esemaku yang sangat ku bangga-banggakan, bertemu teman baru dan mengubah seragamku yang dulu putih biru menjadi putih abu-abu. Sangat bermakna seragam yang ku pakai saat itu, berhias dasi abu dan topi lengkap, akupun terlihat cantik memakainya. Sebuah kelas yang kompak dan kekeluargaan, seiring perpisahan itu, aku bersama kalian semua memaknai hari-hari yang sangat singkat itu dengan kebersamaan di esema. Duduk berbarengan dan mulai memainkan senar gitar yang kedengarannya sangat indah untuk kenangan masa esemaku.
            Canda, tawa, duka, dan hiruk-pikuk pada waktu itu menjadi dilema dalam kalbuku di masa esema. Terbayang-bayang ketika menghadapi ujian bersama, memberi sebuah kunci jawaban dengan jemari tangan, menggaruk-garuk kepala walau tak terasa gatal, mengangkat telunjuk dan jari tengah yang berarti kunci jawaban B. Tak pernah terlupakan, berkasih dan saling memberi demi pejuangan masa-masa esema. Melihat teman duduk berdua di seputaran kelas, wajah-wajah imut berlenggak-lenggok menuju kamar kecil hanya untuk merapikan penampilannya. Duduk di atas perapian rerumputan hanya sekedar menikmati jam istirahat, melihat bayanganku duduk bersama teman-teman saling bercanda dan bercerita tentang waktu itu, terbersit dalam benakku akan selalu merindukan masa-masa esemaku.
            Berlari-lari kecil melewati kelas hanya ingin bersembunyi dari guru yang selalu memakai kacamata itu. Rambutnya yang terurai dan bayangan ceplas-ceplosnya yang tak henti-henti, kujuluki dia mak lampir. Aku takut tapi aku sangat berani, keluar kelas menuju kantin di saat jam pelajaran. Memang kadang aku tak menaati peraturan tapi itulah masa-masa esemaku. Masa pertengahan dari kehidupanku yang akan berlanjut ke tahapan yang lebih dewasa. Sering terlintas pikiran ketika melihat mahasiswi, apakah kuliah itu juga indah seperti esema? Apa orang lebih memilih penampilan bebas yang terbatas sambil menjalani pendidikan? Entahlah.. aku tah paham karena aku masih memakai seragam putih abu-abu. Jarak yang sangat dekat untuk melangkah menjadi seorang mahasiswi. Hanya berbekal pribadi dan tampilan yang baik semua akan terlaksana dengan baik.
            Masa esemaku.. akan kujadikan sebuah kisah dalam satu sampul buku kehidupan yang tak akan pernah terlupa dan selalu terbayang-bayang dalam benakku. Masa yang sungguh mengindahkan bisa mengenal semua yang telah ku kenal dan satu hal yang ingin ku ucapkan dalam tulisanku ini, “teman.. aku sangat bahagia mengenal kalian, jangan saling melupakan karena kalian semua ada dalam hatiku, tersenyumlah kalian.. aku sangat menyayangi kalian.” Tak lama lagi perpisahan itu akan datang, dan waktu yang sangat singkat ini akan ku warnai bersama kalian. Sebelum berpisah dengan kalian semua, aku ingin kisah esema kita menjadi kenangan abadi di hati masing-masing. Dan jangan anggap perpisahan ini akhir dari pertemanan, perpisahan bukanlah perpisahan tetapi berpisah sementara untuk berjumpa kembali. Aku akan selalu mengenang masa esema ini. Pelajaran yang sangat berarti bagiku, masa esemaku yang penuh dengan kisah-kisah yang tiada akhir.

Pelangi di Putih Abu-abuku


Pelangi di Putih Abu-abuku
Oleh
Selfia Mona Peggystia



                16 Mei 2011. Ya, senyum bahagia itupun datang menghampiriku, mulai bersiap-siap untuk mengambil sekertas amplop yang sangat berarti di hari itu. Harapan dan do'a menjadi bekal yang tertanam di hatiku.
            Pagi itu kulihat motor-motor berjajaran di toko depan esemaku, teriakan dari teman-temanku yang tak henti.. "lulus 100 %..." Dengan perasaan yang belum puas akupun berlari merampas sebuah koran milik temanku, perlahan ku mencari dan mencari sebuah nama, dengan perasaan bahagia air matakupun menetes, lalu tersenyum sembari memeluk ketiga sahabatku. "Teman, kita lulus…. J"
            Pagi yang sangat indah dan tak terlupakan. Rasanya tak seru tanpa ada pelangi yang mewarnai baju putih abu-abuku. Tak lengkap bila semua terlewatkan begitu saja. Apalagi berulang tahun di hari kelulusan, mungkin hadiah pertama yang membuat  kita tersenyum, kado yang sangat spesial yang di tunggu. Suara itupun terdengar dari salah satu temanku, hari itu hari kelulusanku, sekaligus hari ulang tahun temanku. Berbondong-bondong ucapan ulang tahun menghampirinya, tanpa pikr panjang dan berdiri lama-lama aku dan teman-temanku langsung bergegas ke rumah teman yang berulang tahun di hari itu.
            Sesampai di sana bukannya masuk lalu duduk sebagaimana biasanya orang bertamu, melainkan mengambil spidol lalu mencorat-coret seragam putih abu-abu. Memang hari itu terlalu banyak artis dadakan yang menyerbu seragamku sampai aku pusing sepuluh keliling memberi tanda tangan untuk para fansku…. :D
"Sabar-sabar pasti kebagian semua kok… :D". Ucapku sambil tertawa. Serbuan pilokpun mewarnai putih abu-abuku sampai kepalaku terasa agak pusing mencium bau-bauan pilok, tapi tak apalah yang penting aku lulus bersama teman-temanku. Hal yang paling wajib dan bukan sunah lagi adalah aksi pemotretan artis dadakan alias berfoto bareng teman sekelas, hahahaha….
Dengan gaya sumerellah, pemotretanpun berlangsung lama dan "HAPPY ENDING". Perutpun mulai protes dan bersedih karena lapar. Oo ooo?????
Tenang, sudah di siapakan sama yang punya rumah… J Makan kenyang dengan ronda pertama sekaligus ronda kedua, iiishhh aku kenyang sangat sampai tak menghabiskan bakso yang begitu nikmat itu, mm.. yummiiiii….
            Setelah semua kenyang dan perut sudah bisa di ajak kompromi, aku bersama teman-temanku kompoi bareng. Ini nich yang di tunggu-tungu, klakson yang tiada henti terpencet oleh ibu jariku. Semua orang yang melihat girang, menyeruakan kata selamat kepada kami dan ikut gembira ria melihat kami yang lulus.
            Mmm, tak terasa melelahkan bisa bertemu dia di hari kelulusanku. Terasa lengkap, moment yang begitu bahagia, senyuman yang tiada henti dan bukan sebuah perpisahan melainkan perpisahan sementara untuk bertemu kembali. Selama tiga tahun kita menjalani masa-masa esema banyak pelajaran yang kita dapat. Kisah yang akan menjadi cerita nantinya, datang pagi untuk bersekolah dan pulang bersama ke rumah masing-masing. Pelajaran yang kita takuti, yang membuat perut tiba-tiba mules. Sekarang, kita tak bisa lagi seperti itu berjumpa dengan kesibukan kita sebagai anak IPA. Mungkin tanpa ada pengalaman seperti itu tak ada yang akan menjadi kenangan indah masa esema kita. Ingat teman, aku selalu untuk kalian, meskipun kita berpisah nantinya kenanglah masa esema bersama aku. All for one, one for all, aku bahagia bisa mengenal kalian semua.
            Perpisahan ini bukan semata untuk saling tidak melihat tetapi kita belajar untuk saling mengenal dan tak melupakan satu sama lain, "bergegaslah kawan, mari kita berjuang untuk masa depan…!!!". Kenanglah masa indah esema kita…. J

Twescie In Memoriam


Twescie In Memoriam
Oleh
Selfia Mona Peggystia



            Mm.. mulai darimana dulu ya, bingung akuh, hahaa....
Dulu semasih aku esema, banyak ceritaku yang tiada berujung. Dari dateng kesekolah sampe pulang sekolahpun masih teringat dalam bayangku. Bangun pagi lalu siap-siap menuju sekolah, panasin motor dan start jam 7, kadang lebih hingga aku telat nyampe sekolah. Jrjrjrjrjrrr.. keliatan batang idungnya pak Suitre, mulai degdegan dan langsung memarkirkan motor yang menurutku sembarang parkir karena tak karuan rapinya. Bodo, ketimbang di panggil pak Suitre mending cepetan kabur aja, jiahhh...!!! (begitu pikirku saat itu) =.=
            Baah mulai lagi deh, ketangkep sama mr. Ridwan Helmi, mesti kepontang-panting nyari alesan yang akan membuatku bebas nantinya. Begitu babibu, akupun mulai terbebaskan dan langsung duduk di sebelah Widya (sahabatku), haii Widya salam cupcupmuah buatmu, hehee kamu pasti baca kan.... Setelah lama duduk di bangku ku, yang selalu always nyengnyeng (Eka dan Datin), waooww gosipnya tiada henti, sampe kedua kupingku panas dengerinnya. Mm tapi tak apalah, tak ada mereka berdua terasa sepi deretan bangku ku. Apalagi salah satu dari mereka ga masuk, aduhhhh ga ga ga, ga kuat sepinya ga ada yang rame lagi deh. Ooiya si pampam kelupaan Adim Kan Toegimin yang selalu setia menemani dan membantu Eka dan Datin. Pam.... haii, apa khabar kamu?? Kamu baca juga kan, hehee.... Sesolit-solitnya persahabatan cuma di kelas IPA2 aja, TWESCIE NOW and FOREVER, miss u.... ~.^
Suasana di kelas XII IPA2
            Menggiurkan, asyiik, seruuuuuuuu, gokil tiada banding, nomer satu terdepan dan terpercaya persahabatannya. Ini nih aku ceritain sedikit yah, mulai dari jam pertama jam 07.15 udah kudu start di dalem kelas tapi kadang ada juga yang suka telat.
Nama siswa/siswi yang suka telat:
1. Monaa, hehee ilaq aku batur-batur....
2. Julian
3. Chindy, kadang telat juga kamu Chiin, hhe....
4. Rachyan
5. Nah sama sapa lagi ya, lupa akuh....
            Itu dah siswa/siswi yang suka telat di kelas, maklum loteng jauh tapi itu tuh yang di lembuak sungguh terlalu kok bisa telat ya, ape bae gaweq leq balen, ckckckck....
Sambung dulu geh yang tadi jam pertama di kelas itu, semua di kelas selalu semangat kalo jam pertama, maklum pikiran masih jernih dan bersih. Apalagi yang masih pagi gitu, ada aja yang suka fban, wahwah yang penting ga ketauan guru aja dah, lanjutkan...!!! Hahaa
Jam istirahat
            Wara-wiri bel bunyi langsung pada kabur dan nyerbu kantin, dari sebelum-sebelum juga uda pada rapiin buku buat istirahat. Di kantinpun udah rame di padati siswa/siswi yang pada kelaperan, mau masuk kantin aja udah desak-desakan sampe ga bisa nafas tapi harus tetep berjuang buat dapetin sepiring nasi dan lauk, hahaa.... Seperti biasa di bawah pohon manggis deket berugak adalah tempet tongkrongan sebagian cewek-cewek TWESCIE. Banyak kenangan di sana, mulai dari makan bareng ngerumpi bareng, ketawa bareng dan menikmati semuanya yang telah lewat. Begitu bel masuk, perut mulai mules tak karuan kenapa dan kenapanya, eh ternyata dan ternyata bukan karna mau buang air tapi karena pelajaran KIMIA, wahadupzz...!!!
Pelajaran yang paling hot (KIMIA)
Oleh pak Sumardianto

            Orang yang cerdas, bijaksana, dan tak pelit nilai tapi kalo udah denger namanya, iiiiiii waooww ngeriiiiiii.... Bukan wajahnya yang mengerikan tapi suka nunjuk tiba-tiba, kan jadi salah tingkah, mana soal udah nungguin di depan, aduhhhhhhhhhh....
Mm, untung aja di kasi kesempatan nyari jawaban dulu baru maju ke depan, oalaaah syukur Tuhan membantu. Main lempar ke temen dah trus, suruh ajarin ato nda suruh jawabin soal yang di kasi tu, dan keberuntungan datang lagi, temen-temen ga pelit masalah jawaban tapi ada juga sih yang ga bisa bantuin. Yah.. yang penting terselamatkan saja, udah bersyukur....
Kadang suka ngebosenin juga denger penjelasan pak guru tapi mau tak mau harus merhatiin bener, kalo ngga bisa di introgasi. Parahnya neh, kalo lagi setengah jam pelajaran pak guru suka ngasi soal dadakan, jawabannya juga dadakan, semua di kelas jadi satu kalo udah di kasi soal ga ada yang terpisah sedikitpun, karena kalo terpisahkan tak bisa menjawab, ya jadi harus ikut-ikutan nimbrung ngerjain meskipun sebenernya ga ikut ngerjain. Daripada ga jadi-jadi, ya harus usaha, “NYONTEK.”
Itulah indahnya kebersamaan di kelas IPA2 TWESCIE. Meskipun sedang bersusah-susah saling ngebantu ga hanya pas bahagia aja, semua untuk satu untuk keluarga besar TWESCIE.
Pelajaran yang terbilang sedang-sedang saja (BAHASA ARAB)
Ahlan wasahlan...!!!
            Jujur aja dari kelas satu belajar bahasa arab ga bisa ngerti-ngerti cuma beberapa aja yang aku bisa termasuk “ahlan wasahlan saja.” Mm mending di suruh bahasa sasak aja deh, lebih praktis, hahaa....
 Aneh banget, kalo lagi mau ulangan ga pernah namanya belajar tapi selalu dapet nilai bagus, delapan ato nda angka sembilan komaan, weiiz.. tetep bingung aku, kok bisa dapetnya segitu ya....
Mau tau jawabannya?? Ya tanya si ustadz Hartadi, jamaah... oo jamaah..... hahaa
Pasti deh dapet nilai bagus, makasi ya buat ustadz buat temen-temen yang lain juga udah pada ngebantu, makasi-makasi.... ^^.^^
Pelajaran yang paling bersantai ria (MULOK PARIWISATA)
            Tau kenapa, itu karena dari kelas 2 gurunya bongoh-bongoh saja, mau muridnya ngegosip maen di kelas sampe ada yang ketiduranpun masih tetep ga bertindak sama sekali, wadooh pak guru sampean kenapa iki, coba aku jadi guru udah taq marah-marahin tu si murid. Hahaa
TERKECUALI tapi neh si pak Tuste yang ngajar pas kelas 3, kadang suka berleeeeeebihan caranya ngomong, ono ae iki pak. Kadang juga ngerayu anak muridnya bilang cantik ato apalah kaya Regina Ayu Gazela. Duuhhhhh Egi kaya ga bisa diem gitu tingkahnya, pak guru juga inget istri di rumah dong masak suka sama Egi sih.... hahaa
Suasana menjelang pulang sekolah
            15 menit lagi, ada yang udah ngeberesin buku bolpoin dll. Mulai ngambil bedak buat yang suka bawa bedak, sisiran biar keliatan rapi dan ga lupa kacaan. Itulah si cewek TWESCIE tapi yang sebagian aja seh.... hmmm
Belpun berbunyi. Aneh, yang kelas tiga aja di suruh nyanyi lagu kebangsaan sebelum pulang. Mitosnya seh “agar tetap mengingat lagu kebangsaan dan tak lupa,” gitu katanya tap cuma denger-denger aja seh....
At parking area...!!!
            Rame, macet pula. Di parkiran juga bisa macet ternyata, yang kelas dua tiga mau pulang yang kelas satu baru dateng, jadi ya macet total. Mesti bersabar aja padahal perut uda protes. Tapi ya itulah pengalaman dan cerita masa-masa esemaku, “tiada kisah paling indah kisah kasih di sekolah.”  Andai aja waktu bisa keputer, mungkin bisa ngerasain masa esema lagi tapi sekarang harus menjadi lebih baik dari sebelumnya, mikir ke depannya, sukses trus buat keluarga besar TWESCIE. ( ^.^)
 Itu beberapa dari cerita kita bersama, masih banyak bergudang-gudang cerita kita yang belum bisa ku tulis. Di ingat dan di kenang untuk selamanya, persahabatan tak hanya sampai kita tamat sekolah saja, sekarang dan selamanya persahabatan itu akan ada. JAYA SMAN 1 Narmada, JAYA PULA buat TWESCIE....



The Accidents Of Birthday


The Accidents Of Birthday
Oleh
Selfia Mona Peggystia


Annyeoug...!!!
Kembali lagi dengan saya yang akan menceritakan sejuta cerita kocak yang pernah kita lalui bersama, ketika kita mengenakan seragam putih abu-abu. Kalian semua pasti terbayang dengan judul cerita yang saya buat. Maka dari itu, baca dan simak baik-baik cerita kita semua. Salam terhangat buat kalian semua “my lovely class, TWESCIE”.
            Hari itu, entahlah aku lupa hari itu hari apa. Terang teringat dalam bayangku ketika mengenakan baju khusus yang setiap hari rabu dan kamis kita kenakan bersama. Pikiran yang entah dari mana datang, yang sejujurnya pada awal aku tak menyukai niat kalian semua. Bagai nasi yang jadi bubur, begitulah yang aku alami kala waktu itu. Berapa macam tepung, berapa pula telur yang nantinya menjadi hidangan lezat tuk yang berulang tahun. Sedari pagi memang tak ada gembar-gembor mengenai kejutan yang tak pernah terpikir olehku. Merencanakan semuanya tanpa sepengetahuanku.
            Hari itu, tepatnya jam terakhir yang beruntung buat kelasku ga ada guru dan engga belajar. Si kapten kelas yang lagi asyik bercanda gurau dengan para cowok TWESCIE lainnya, tak pernah terpikir akan mendapatkan kejutan yang begitu spesial. Lain halnya dengan cewek-cewek TWESCIE yang lebih memilih berdialog di dalam kelas, duduk di perapian pinggir kolam bawah pohon mangga. Sayup-sayup angin menyapa jika hendak duduk di perapian rumput yang hijau itu. Satu jam lagi bel akan terdengar bunyi uniknya, sementara para cowok sudah mempersiapkan semuanya tanpa ada yang terlupakan.
Randa, begitu di sapa oleh semua teman yang mengenalnya. Berusaha berlari sekuat tenaga dari tekanan cowok-cowok TWESCIE yang akan membuat ia berlumuran tepung dan telur. Kemanapun arah ia berlari akan masuk perangkap jua, jelas saja setelah bermandikan tepung dan telur, iapun terbuang dengan ringan oleh beberapa tangan yang menceburkan ia ke kolam. Cuuuurrrrrrrrrr kedubrak.... kedengaran hempasan tubuh cowok yang berulang tahun itu. Beberapa pasang mata mengalihkan perhatian ke pusat kejadian, gelak tawapun tak habis-habisnya keluar dari bibir semua yang melihatnya. Merasa iri dengan apa yang telah dialaminya, si cowok yang telah basah kuyup itu meminta agar aku di perlakukan sama halnya dengan dia.
            Oo.. oo.. ooww------- ku mulai menyelinap pergi dari keramaian, menyembunyikan diriku dari pusat keramaian. Kopsis, tempat yang menurutku tepat untuk bersembunyi. Berbisik pada mba yun agar tak berucap sepatah katapun bila ada yang mencariku. Iapun mengangguk sambil melayani pembeli yang cukup ramai. Gugup menemaniku saat itu, berharap tak ada yang mencariku. Beberapa menit kemudian, suara itu tak asing kudengarkan, menanyakan keberadaanku. Terkaget bukan main, mba yun tak bisa lagi menyelamatkan aku dari segerombolan cowok-cowok yang layaknya bagai penjahat kakap atas itu. Menggobrak pintu menarik-narikku sangat keras. Teriakan dari mulutku yang begitu keras meminta pertolongan. Berharap sang pangeran akan datang menolongku dengan kuda putih yang berhiasan, yang layaknya permaisuri. Uwaha.. cuma hayalku saja, tanpa menunggu lama setelah si doraemon tasku dan juga sepatu imut berwarna coklatku terlepas, aku yang layaknya duyung mendapati diriku telah mengapung di kolam ikan yang berukuran kecil tepat berada depan kopsis. Wajah memerah mulai terpancar, rasa malu yang menghiasiku. Telah mendapati diriku basah kuyup, semua yang melihatku menyorakkan dengan gelak tawanya. Betapa malunya aku saat itu, bergegas menuju musholla merapikan diriku yang berantakan, lumpur yang menempel di rokku membuat aku jijik melihat diriku. Iisshhh!!!
”Ooh Tuhan, inikah hadiah yang Kau berikan untukku. Kejutan yang membuatku malu, lumpur yang berserakan di sebagian seragamku. Benar-benar hadiah yang tak pernah terlupakan di umurku yang ke 18”-----terucap dalam hati.
            Usai membersihkan diriku, sebelum bel menandakan untuk pulang, aku sudah bersiap dengan penampilanku yang begitu konyol, karena hadiah yang tak pernah di sangka-sangka dari teman sekelasku. Lekas saja ku bergegas mengambil si imut hitamku yang terparkir begitu rapinya. Mengegas dengan lembutnya tanganku, seakan memberi perlindungan dari terik siang yang menguras keringat. Beberapa siswa yang keluar kelas mulai menertawakanku, dengan wajah memaluku lantas kumengegas dengan kilat si imut hitamku meninggalkan sekolah. Haahhhhhh...........!!!

Beda dengan Utami Oktaviana Kusuma Wardani yang berulang tahun menjelang les tiba. Inilah cerita selengkapnya, mohon di simak dengan seksama!!!
            Usai jam pelajaran, beranjak menuju WB yang terkenal dengan makanan khasnya pecel  tuk mengisi beberapa perut yang sedari tadi mengeluarkan bunyi karena lapar yang tertahan. Memang warung yang dijuluki inaq gecin ini sangatlah laris buat kantong anak esema. Kami sekelas bebondong-bondong mendemo naq gecin tuk mendapatkan sepiring pecel+es kelapa hijau segar. Tamilah yang mentraktir saat itu, karena hari itu adalah ulang tahunnya. Berbagi dengan teman-teman tak akan terlupakan. Gomawo Tamii...!!! Hehehee J
Perut sudah berisi saatnya kembali ke sekolah untuk menuai pelajaran tambahan yang akan diisi oleh wali kelas kami. Dua jam telah lalu, tak tik jitu telah di rancang beberapa cowok TWESCIE, yang selalu bermodalkan tepung dan telur. Seusai pelajaran tambahan berakhir, Tami yang baru saja keluar kelas langsung di sambut dengan beberapa tepung yang membuat wajahnya terlihat mengenakan bedak. Telurpun menghiasi dirinya yang kelihatan seperti kue belum matang. Hehee peacee...!!!
            Tak lupa dirinya menyuruh salah satu teman menjepret dirinya sedang berlumuran tepung dan telur. Sebagai kenangan yang hingga sekarang kita akan mengingatnya. Sebandel-bandel anak TWESCIE bila hendak berulang tahun tak pernah mau mendengarkan ucapan guru yang memberi peringatan “jangan rayakan ulang tahun dalam sekolah”, tak jua di hiraukan.

Yoniq’s Birthday (19 mei) yang bersamaan dengan Widya....

Begini cerita seingatku. Mohon untuk di simak baik-baik ya, karena ini cerita terkhir yang ku ingat. Hehee selamat membaca kawan!!!
            Pulang sekolah ato engga pulang les, aku sedikit lupa. Kejadiannya tepat depan ruang perpus, telur vs tepung dilemparkan ke muka Yoniq. Jerit teriakannya girang terdengar sepasang telinga. Sampai pada akhirnya petugas perpus keluar dari kandangnya, wajah masam sinis sekaligus omelannya tak kunjung reda. Yang tadinya ramai karena gelak tawa, kini diam bungkam tanpa kata. Menyadari akan kesalahan, secepat mungkin membersihkan kotoran bekas tepung dan telur hingga terlihat bersih. Takut pak kepsek memarahi kami semua tapi dasar apesnya, ketika upacara berlangsung di minggu berikutnya, pak kepsek mulai mengumbar kesalahan kami. Setelah mendengar, bukan kami saja yang menjadi subyek bersalah, kelas tiga yang lainpun ikut bersalah karena sama-sama membuat kesalahan berulang tahun di sekolah. Pembacaan do’a menjadi akhir dari berlangsungnya upacara senin itu. Terkaget bukan kepalang, kelas kami di panggil dan harus patuh atas perintah yang menyuruh kami untuk diam di lapangan. Sementara yang lain masuk kelas masing-masing. Berdiri di hadapan kami sesosok pria bertubuh agak tegap (pak Suitre). Memberi peringatan pada kami untuk tidak mengulangi apa yang sudah terjadi. Sebagai hukuman, kami semua membersihkan lapangan yang tak begitu kotor keliatannya itu.
            Namun dasar kuping apa yang di miliki anak TWESCIE, mengiyakan ketika di beri peringatan saja dan berlalu mengabaikan tanpa mengingat sedikitpun gertakan pak Suitre. Hebat bener emang kelasku, salut dengan kenakalan yang membawa sedih maupun senang bersama. Kebersamaanlah yang membuat kita semua nyaman, persahabatan yang tak akan perna sirna oleh senyum-senyum kalian. TWESCIE untuk satu, satu untuk TWESCIE. Jaya kelasku tercinta, miss u TWESCIE.
Sekian ceritaku, kapan-kapan di sambung lagi ya, makasi atas perhatiannya sudah membaca. Gomawoooooooooo!!!

The End

Ajaibnya Mimpi Ini


Ajaibnya Mimpi Ini
Oleh
Selfia Mona Peggystia


                Pagi nan indah, seperti biasa mentari datang kembali kehariban ibu pertiwi. Hangat sinarnya seolah menandakan ini hari di musim semi. Hari ini kan pertama hari libur, mesti ngerencanain bakalan liburan kemana. Bundaaaaa.... begitu panggilku dengan manja lalu mendapatkan bunda di dapur sedang memasak untukku. Sambil mencicipi masakan bunda, perlahan aku mulai mengutarakan niatku untuk pergi berlibur. Bun, pergi liburan kemana kita ni, masak cuman di rumah aja, tanyaku. Bundapun menjawab, iya sayang besok kita liburan ke pantai. Asyiiiik, liburan kali ini ke pantai. Makasih ya bunda sambil tersenyum manis.
            Malamnyapun aku membereskan baju dan barang apa saja yang akan kubawa esok pagi. Rasanya pengen cepet pagi, pengen sepuasnya main pasir dan berenang di pantai, hayalku. Tenggorokan yang terasa kering ingin segera meredakannya, akupun langsung menuju dapur lalu mengambil air dan meminumnya. Segarrrrrrrrrr!!! Di ruang tengah langkahkupun terhenti. Aku melihat lukisan tua di dinding itu terpajang yang sudah lama sekali. Peninggalan kakek yang hobi sekali melukis. Menatap sambil meraba-raba lukisan tersebut. Indahnya, kakek emang jago, bathinku. Mulai berhayal seperti yang ada di lukisan itu, berapa detik buyar karena bunda mengagetkanku. Ah bunda ganggu aja, sergahku. Udah kamu tidur aja, udah malam ni, besok kan mau ke pantai, biar cepet bangun ya harus tidur cepet, pinta bundanya.
            Akupun menuju kamar dan berbaring sambil mengingat lukisan itu. Perlahan aku memejamkan mata indahku, tak berapa lama akupun tertidur. Dalam nyamanannya aku tidur, bidadari mimpipun muncul. Aku berada di tengah desa yang indah seperti dalam lukisan milik kakekku. Terdengar dari kejauhan, suara itu memanggil namaku. “Kakek, langsung memeluk kakek”. Akupun di ajak ke sebuah pondok desa tempat tinggal kakek bersama nenekku. Suasana di desa itu nyaman dan tenteram, jauh dari riuhnya keramaian. Ketika aku masuk dalam sebuah kamar yang tak lain kamar itu adalah milikku. Lalu aku memandang sekeliling kamar dan membuka jendela, aku melihat pemandangan yang tak pernah aku lihat selama ini. Asri, sawah membentang, padi-padi menguning serta kicauan burung menambah keindahan berada di desa itu. Tak lama kemudian nenek mengajakku berkebun untuk memetik sayur dan buah-buahan. Sesampai di kebun, aku tercengang akan kebun nenek, begitu lebat buah dan sayur, pertama aku melihat dan pertama aku akan memetik. Ga seperti biasanya aku cuma bisa mengambil di supermarket saja tapi kini bukanlah supermarket melainkan aku melihat secara langsung. Dengan riang aku memetik buah stroberry, sesekali aku mencicipi rasanya, manis dan segar. Tak pernah terbayang bisa langsung memetik dan mencicipinya. Hijaunya anggur yang begitu segar tak akan terlupa untuk memetiknya. Hingga tiba saatnya aku dan nenek bergegas pulang.
            Sementara pagi telah datang, bunda berusaha membangunkan dari tidurku tapi bukan kepalang, aku tertidur lelap karena masih bermimpi berada dalam lukisan milik kakek. Pulas sekali ia tidur, tak akan ku bangunkan lagi, ucap bunda.
Setelah beberapa hari terasa dalam mimpiku, aku banyak melihat apa yang tak pernah aku lihat. Seperti surgawi berada dalam mimpi, berjalan-jalan di desa yang panoramanya sangat indah. Mencicipi buah segar dan masih banyak lagi yang menyenangkan hatiku. Dan satu yang paling aku senangi bertemu teman baru yang sangat baik, yang suka mengajakku berjalan-jalan keliling desa. Ada satu tempat yang indah, di mana di sana ada sebuah danau indah dengan perahu yang bisa dinikmati. Berdayung-dayung di atas perahu sedang, angsa putihpun menambah keromantisan suasana sore itu. Tak tersadar, keadaan berubah sekejap, dia menatapku tajam dan aku berusaha tak terbawa dengan tatapannya. Aku terus mendayung agar cepat kembali kerumah kakek karena hari sudah gelap. Diapun mengantarku pulang. Sebelum aku masuk rumah, aku sempat mengatakan esok pagi aku akan pulang. Diapun melihat dengan tatapan yang sangat beda.
Keesokan harinya
            Semua sudah terkemas dengan baik, akupun berpamitan pada kakek nenek. Begitu melangkah untuk pulang, dia datang menghampiriku lalu mengucapkan salam perpisahan, dia memberiku sebuah kalung kenangan. Aku tersenyum sekaligus berterimakasih padanya. Diapun tersenyum padaku.
Di rumah sudah menunjukkan jam 11, bunda kembali membangunkanku. “Sayang, bangun uda siang ni”. Mm bunda.... uda jam berapa ini?? kita jadi liburan hari ini, tanyaku. Udah jam 11 sayang, besok aja kita perginya, sekarang mandi dulu sana, bunda udah siepin makanan untukmu. Akupun tersenyum dan mencium kening bunda. Ga ke pantai juga tak apa, lebih menyenangkan liburan bersama kakek-nenek, meskipun semuanya hanya mimpi. Tersenyum sembari mengingat mimpiku yang sungguh ajaib. Ajaibnya bisa tinggal seperti dalam lukisan hingga aku bangun kesiangan. Hahaha.... dan ternyata setelah membersihkan tempat tidurku, aku menemukan kalung kenangan yang terselip di bawah bantalku. Yah, teringat kembali dengan mimpiku. Sungguh ajaib mimpi ini, tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala.


Aku Ingin Pulang


Aku Ingin Pulang
Oleh
Selfia Mona Peggystia


                Sejak kecil aku di asuh oleh ibu angkatku yang tidak lain adalah saudara dari ayahku. Waktu itu aku di ambil dari pelukan ayahku, aku merengek menangis karena berpisah dari ayahku. Ayahku tak bisa membiayaiku karena keadaan ekonomi, walau begitu aku tau ayah sangat menyayangiku. Ayahku tak ingin melihatku menjadi orang yang tidak berpendidikan, dia ingin melihat aku menjadi orang sukses. Orang yang nantinya bisa membantu dia, ibu angkatku serta keluarga lainnya dan mereka semua akan tersenyum bangga karena melihat buah hatinya menjadi orang sukses. Dari kecil semasih aku dalam gendongan, aku dirawat dan dijaga dengan baik oleh ibuku. Walau dia bukan ibu kandungku tetapi dia merawatku dengan baik, membiayai semua kebutuhanku hingga sekarang aku SMA. Tak terasa berapa tahun sudah aku tinggal dengan ibuku, jarang aku bisa bertemu dengan ayahku, apalagi ibu kandungku yang sejak kecil tak pernah kulihatnya. Dia meninggal karena penyakit kanker yang di deritanya. Bayang-bayang wajah ibuku yang sebenarnya cuma bisa kulihat dalam mimpi. Seorang ibu yang ingin sekali aku menatap wajahnya, memeluknya dalam kehangatan kasih sayang antara ibu dan anak.
            Tetesan air mataku mulai mengalir di sudut mataku, aku tak bisa menahannya. “Ayah.. ibu, aku ingin bertemu kalian. Aku kangen kalian, sepi hati ini tanpa ada kalian. Aku sayang kalian”.. suaraku pelan sambil menangis. Di rumah ibu angkatku, aku dijaga dengan ketat. Keluar kemana-mana aku tak dikasi kecuali untuk kesekolah. Aku hanya bisa patuh kepada mereka yang merawatku karena ingin melihat ayahku tersenyum bangga memiliki putri sepertiku menjadi orang yang sukses nantinya. Kakak kandungkupun aku jarang bertemu dengannya, tapi aku tahu dia sekarang sudah berumah tangga. Terlintaskah dalam pikirannya seorang adik yang dulu sering di gendongnya. Ku inginkan seorang kakak yang menjagaku, tapi inilah nasib. Kita terpisah jauh karena keadaan ekonomi keluargaku. Aku ingin sekali bertemu dengan kakakku, hmm.. untung saja aku mempunyai tiga sahabat yang baik dan mengerti dengan keadaanku. Mereka mengantarku kerumah kakakku dan akupun bertemu dengan kakak. Kakak yang selama ini tak pernah kulihat, dia memelukku dengan erat dan memperlakukanku dengan begitu perhatiannya. Istrinyapun menyambut kedatanganku dengan baik, takku sangka aku mempunyai seorang keponakan. Lucu imut dan cantik, yahh.. seperti aku ini. Hehehehe
            Aku tak bisa berlama-lama dirumah kakakku karena aku takut ibu angkatku memarahiku jika dia tahu aku menemui kakakku. Ibu angkatku tak mengizinkan aku bertemu dengan ayah maupun kakak kandungku. Aku tak tahu apa yang membuat dia tidak mau melihatku bertemu dengan orang-orang yang aku sayang. Karena itu aku jarang bertemu mereka dan hanya diam di rumah saja dengan seorang kakak yang tidak begitu menyukaiku kecuali kakakku Marina yang sekarang menjadi guru. Sifat kak Marina sama dengan sifat kakak kandungku yaitu Teo. Memperlakukanku dengan penuh perhatiannya, untung ada kak Marina seperti ada kak Teo di sampingku. Malampun datang, takbiran di mana-mana terdengar ditelingaku. Ayah, Ibu, kak Teo.. aku ingin kalian disini bersama melihat malam kemenangan yang indah. Aku ingin bertemu mereka Tuhan.. “menetaskan air mata dengan perasaan hampa tanpa kasih sayang dari kedua orang tua kandungku”. Aku hanya bisa berdo’a dan berdo’a dapat kembali merangkul kepelukan ayahku. Aku ingin pulang.....
            Desahan angin yang membuat malam kemenangan itu perlahan menenangkan hatiku. Air mata yang tak pernah kering dan selalu membasahi pipiku dengan mata yang membengkak. Aku ingin pulang, aku ingin bertemu ayahku, aku ingin melihat kak Teo lagi. Ibu.. aku hanya bisa berdo’a disini untuk tempat terindah untukmu disana, aku sayang kalian semua. “Kata-kata itu sering terucap dari bibirku”. Di ujung malam, perlahan aku memejamkan mataku dan berharap esok menjadi lebih baik. “Allah hu akbar, Allah hu akbar...”. Akupun mulai terbangun dari mimpi itu, mimpi bertemu dengan ibu kandungku. Aku langsung bersiap-siap menyambut hari kemenangan yang indah nan suci, meskipun tiada orang-orang yang kuharapkan di sisiku. Aku selalu menyayangi kalian, aku berdo’a bisa bertemu kalian entah kapan akan terjadi. Tapi aku yakin itu, nasib akan mengubah kehidupanku.
            Setelah melaksanakan shalat idul fitri, sanak keluargapun berdatangan wajah itupun tak asing lagi aku melihatnya. “Ayah.. ayah datang, akupun langsung menghampirinya dan memeluknya dengan eratnya tanganku, tak mau aku lepaskan. Rasa rinduku terobati pada hari kemenangan itu, elusan tangannya di rambutku dan ciuman di keningku ia berikan. Kasih sayang antara ayah dan anak memang tak heran, bertahun-tahun tak pernah bertemu dan sekarangpun aku bisa sedekat itu dengan ayahku. Hari itupun juga menjadi hari yang tak pernah kulupakan, memori indah bersama orang-orang yang kusayangi. Kedatangan kak Teopun meramaikan hari itu, hari itu memang aku benar-benar merasakan pelukan dari seorang ayah dan kakak kandungku. Sangat mengharukan karena tak pernah bertemu saking lamanya terpisah. Tuhan, terima kasih Kau telah menjawab do’aku selama ini...
5 TAHUN
            Kini diumurku yang ke 23, aku merasakan betapa beratnya mencari sekertas uang. Yaah.. sekarang aku bekerja menjadi guru di salah satu SMP yaitu SMP Nusa Bakti. Sekolah tempat aku menginjakkan kaki pertama kali, sekolah tempat aku bisa mencari sekertas uang. Hmm.. gaji pertamaku aku berikan kepada ayahku dan ibu angkatku, meskipun tak seberapa aku puas dengan apa yang aku berikan kepada mereka. Mungkin belum cukup aku membalas budi mereka, aku akan selalu menjadi apa yang kalian mau (ayah dan ibu). Senyuman yang kalian berikan untukku adalah senyuman masa depan, senyuman itu sangat berarti bagiku. Hingga sekarang aku masih tinggal dengan ibu angkatku, dia bersi keras tidak mengizinkanku bertemu dengan ayah maupun kakakkku. Tapi diam-diam aku sering menemui mereka dengan alasan lembur mengajar disekolah, untung ibu angkatku percaya. Eumm.. ada sedikit perubahan bisa bertemu dengan orang-orang yang aku sayangi. Ketika waktu itu aku pulang dari rumah ayahku, aku tak sengaja berpapasan dengan seorang lelaki, lelaki itu tampan dan gaya menyapaku sangat lembut. Senyumnya membuat wajahku tertekuk malu dan buku yang aku bawa berjatuhan dengan berisiknya hingga aku terbangun dari pandangan itu. Uupssss jatuh.. lelaki itupun membantuku, dia mulai bicara dan menyebut namaku. Heran kurasa seorang lelaki itu bisa tahu namaku hingga hari perkenalan itupun terjadi. Di tempat itu kami berdua sering ketemuan dan lama adanya sekitar 2 bulanan, aku resmi pacaran dengannya. Dia memeberiku kasih sayang yang begitu besar, dia selalu ada di saat aku sedih dan membutuhkan dia. Dia juga mengerti dengan keadaanku sekarang. Lelaki itu berjanji kepadaku suatu saat dia akan membawaku pulang bersamanya. Dia akan menepatinya.
            Tiga tahun sudah hubungan kami berjalan dan dia melamarku. Hari itu adalah hari kebebasanku, hari dimana aku bisa keluar dari rumah ibu angkatku. Tak ada larangan lagi karena aku mempunyai suami yang akan selalu menjagaku. Dia menepatinya, aku ingin pulang?? Sekarang jawaban dari harapanku terkabulkan karena memiliki seorang suami yang sangat mengerti dan selalu menepatkan janjinya. Akupun pulang bersamanya kerumah ayah kandungku, tinggal bersama ayah dan suami tercinta. Kak Teopun sering main-main sambil mengajak keponakanku yang sekarang sudah menjadi ABG. Dari situlah aku mengerti apa itu cinta, cinta yang kuharapkan sejak kecil. Cinta yang bisa merubah kehidupanku, membawaku pulang bersama seorang suami yang sangat kucintai. Terima kasih Tuhan, Kau yang telah menciptakan zat cinta yang begitu indah dan adil bagiku. Terima kasih Tuhan.. sekarang aku bahagia berada di samping orang-orang yang kusayangi dan kucintai. Love you all...

THE END

Antara Dia dan Suara


Antara Dia dan Suara
Oleh
Selfia Mona Peggystia


                Aungan itu terulang kembali saat ku mencoba memejamkan mata indahku, tak terasa jam dindingku berputar di angka tepat pada jam 2 malam. Ku gosok-gosok mataku dengan genggaman kedua tanganku, whaat?? Jam 2, haah..!!! sambil melototi jam dindingku, hmm fokus sama tulisan yang aku buat sendiri jadi ngga liat waktu saking jernihnya aku berfikir. Malam itupun aku langsung tidur tapi aneh kok tumben-tumbennya anjing mengaung di samping rumahku, ada apa ini?? tanyaku bingung, tapi yaa udahlah mungkin cuma perasaanku aja. Mencoba memejamkan mata sembariku memeluk boneka beruangku dan di tambah hangatnya selimutku. Aku mulai tertidur, tak lama kemudian terdengar berisik tikus-tikus yang sedang berkejar-kejaran. Aku tetap tertidur tapi stop aku terengah dengan suara tikus itu, dia mulai mengucapakan kata-kata kepadaku.. “awas-awas dia datang” sampai tiga kali tikus itu mengucapkan kata-kata itu. Tapi aku tak menghiraukannya.
            Aku tetap dengan posisiku, berbaring sambil memeluk boneka beruangku. Tiba-tiba saja tangan itu menarik erat tubuhku ingin membawaku ke suatu tempat yang entah tak aku ketahui. Dia terus menarikku hingga suaraku memanggil umi tak bisa keluar karena tarikannya sungguh erat kepadaku. Kaki dan semua anggota tubuhku kaku tak berdaya seperti orang lumpuh, ingin rasanya aku berteriak sekerasnya minta tolong tapi suaraku tak bisa keluar seperti orang bisu malam itu. Di posisiku yang masih berbaring aku membaca ayat-ayat al-qur’an, mengulang dan mengulang sampai orang yang menarikku itu pergi jauh dariku. Tak mempan jua, aku langsung menggerakkan kepalaku dan yaah.. alhamdulillah aku terbangun dengan dag dig dug di dadaku, kencang sekencang angin topan. Akupun duduk lalu memandang di sekitar kamarku, tak ada yang aneh tak ada yang beda tetap dalam keadaan semula. Al-qur’an, yaah langsung memeluk al-qur’an lalu membacanya. Tenang terasa, huuaaaffff.
            Paginya aku terbangun dengan suara adzan berkumandang, langsung saja aku menuju kamar mandi lalu menunaikan sholat subuh. Mulai terpikir olehku ketika suara dari tikus itu berbicara kepadaku, menandakan seseorang itu datang. Perasaanku bingung tak tau apa yang akan terjadi malam berikutnya. Hmm.. udahlah cuma perasaanku aja mungkin, tapi dalam hatiku aku merasa ada seseorang yang ingin mengajakku ke suatu tempat dan suara tikus itu menandakan kepadaku seseorang itu datang. Kenapa jadi begini?? Tak lama kemudian jam dindingku menunjukkan pukul 06.00 pagi, langsung ku bersiap-siap untuk ke sekolah. Semoga hal itu tidak terjadi kembali.
            Malam jumat tepatnya, seperti biasa di temani dengan lagu-lagu melo sambil sedikit membaca-baca buku. Sampai pada jam 22.00 malam akupun masih dengan kebiasaan memencet-mencet hp menjadi kebiasaanku. Lama-lama mataku tak bisa terkontrol lagi, tinggal 5 watt. Kantukku tak bisa tertahan lagi hingga aku tertidur dengan tenang. Jam 2 malam seperti malam sebelumnya suara itu mengagetkanku karena mengganggu tidur lelapku. Aku bingung tiba-tiba rambutku berubah terurai panjang. Masak iya sich aku punya rambut panjang?? tapi ku tengok rambutku masih tetap setengah bahu, lalu siapa yang berambut panjang tadi?? Perasaan mulai dag dig dug lagi, dia mencoba mendekatiku lalu menarikku kembali. Bajunya yang putih berbunga-bunga persis terlihat menarikku didepan mataku tapi aneh mukanya tak pernah bisa ku lihat. Dia terus menarikku ingin membawaku ke suatu tempat, tapi aku berusaha untuk lepas dari tarikannya itu. Lagi-lagi suaraku tak bisa jua keluar, seperti orang lumpuh dan juga bisu. Sepatah katapun tak bisa keluar dari bibirku, terjerat dalam tarikan kerasnya orang itu. Tangannya semakin kulihat putih dan pucat, rambut itu mengenai sedikit kulitku. Dingin terasa, tangan sebelahnya menarik keras tubuhku sambil melawan dengan do’a-do’a yang aku ucapkan. Menggeleng-gelengkan kepalaku dengan keras seperti yang umi katakan kepadaku. Terus ku coba dan mencoba dan lama akhirnya terbebaslah aku dari orang itu. Langsung mengambil air minum dan menceritakan semua yang terjadi kepada umiku, lalu tertidur di samping umiku. Takut hal itu terulang lagi jika aku masih di kamarku. Sungguh aku tak mengerti dengan apa yang telah terjadi, masak iya sich aku bisa melihat yang orang ngga bisa liat?? Aku ngga mau, aku ngga mau itu terjadi. Dalam hatiku aku ingin menjadi orang yang biasa-biasa saja tanpa melihat orang dan mendengar suara itu lagi. Aku tak mau, Tuhan.. semoga itu tak terjadi lagi, antara dia dan suara itu. Aku masih bertanya-tanya sampai sekarang apa yang terjadi kepada diriku, masih bingung dan rasa penasarankupun semakin berlanjut ingin mengetahui apa itu dan mengapa semua terjadi kepadaku. Hhfft.. yaa sudah suatu saat pasti terjawab, biarkan waktu yang menjawab apa yang telah terjadi kepadaku dengan orang itu. Semoga tak akan terjadi kembali, amiin...


Catatan Hitam


Catatan Hitam
Oleh
Selfia Mona Peggystia


            Gak seperti biasanya, entah kenapa pagi itu, aku bangun kesiangan. Rasa panik menghinggapiku. Saat mataku setengah redup menerawang angka pada jam yang nempel dinding kamarku, samar-samar jarum menunjukkan pukul tujuh pagi. Lantas ku tengok ke luar jendela kamar, matahari sudah begitu tinggi. “Aku pasti telat,” pikirku. Tanpa pikir panjang, lekas ku bergegas ke belakang rumah. Ku starter paksa pespa bututku segera meluncur.
Pespa yang selalu menemaniku ke mana pun aku hendak pergi itu, yang biasanya bermanja-manja dalam elus lembut jemariku, yang selalu minta kehangatan di tiap pagi menjelang, kali ini harus meraung dalam gertak kasar tanganku, hanya agar aku segera sampai sekolah tepat waktu. Aku tidak sempat sedikit pun berpikir untuk membersihkan tubuh mungilmu, seperti biasa, di tiap pagi tiba. “Piket dah menantiku,” tegas hatiku.
Hari itu hari Kamis. Vira –nama depanku dan begitu biasa aku di panggil—  terpampang di daftar nama-nama piket pada hari itu. Ya, jadwal piket kelas yang mengharuskanku tiba 30 menit lebih awal sebelum jam pelajaran sekolah dimulai. Alih-alih datang lebih awal, bahkan untuk jadwal pelajaran pertama saja tidak bisa ku ikuti karena aku sampai lebih dari setengah jam setelah pelajaran pertama dimulai.
Aku mengegas pespaku lebih cepat lagi, takut dihukum gara-gara tidak melaksanakan piket di sekolah. Sesuai prediksi, sesampai di sekolah, sosok wanita tinggi ceking yang tidak kenal kompromi, berambut agak kriwul dan bermuka tirus putih kepucat-pucatan, sudah berdiri di depanku dengan wajah tegasnya yang, kali ini tampak semakin seram saja bagiku. Dia lah Bu Sandra, guru BP, yang selalu coba dijauhi hampir sebagian besar siswa di sekolahku. Si Mak Lampir, begitu kami menjulukinya diam-diam, tiap pagi melenggang kangkung keliling kelas untuk memeriksa “keganjilan-keganjilan” yang ada, termasuk keterlambatanku pagi itu. Hari yang apes.
“Berhenti!!!,” teriaknya, menghadangku, membuat gendang telingaku sedikit berdengung. Tanpa ba-bi-bu, langsung saja aku di introgasi dengan beribu pertanyaan yang membuat ciut nyaliku. Aku yang bertubuh kecil, bagaikan David di hadapan Goliat, yang hanya bisa tertunduk lesu mengikuti perintah Guru BP yang masih melajang ini. “Dah tau hari ni jadwal piketmu, pake acara telat segala!!! Mau lari dari tanggung jawab ya???!!!”, hardiknya. Jantungku berdegup kencang, sementara suaraku seperti ditelan bumi dan terbata-bata menjawabnya. “Sss.. sa.. sa.. saya telat bangun bu. Semalam begadang gara-gara nonton Argentina lawan Jerman”. Tapi dasar maniak bola dan kebetulan tim favoritku bantai Messi dkk. Dengan skor 0-4, ditambah pemain idolaku Miroslav Klose, nyumbang gol, sekejap saja, penyakit cerewetku kambuh dan bercerita dengan lancar, tanpa memperhatikan mimik wajah si Mak Lampir yang makin merah padam seperti habis kena cipratan “bom” gas elpiji 3 kg. “Bu guru tau gak, tadi malem tuh pemain bola yang aku idolain, itu loh si Klose, udah ganteng, berhasil nyetak gol lagi. Gak sia-sia aku tongkrongin TV sampe pagi. Hebat kan Bu?!”. Dia yang sedari tadi menyimak celotehanku akhirnya semakin kehilangan kontrol, langsung mendapratku habis-habisan. “Stop.. Stop... stop !!! Cukup basa-basimu. Kamu ini bener-bener keterlaluan. Udah tau salah, gak punya tatakrama lagi. Siswa macam apa kamu ini.”
Aku tersadar. Tubuhku mendadak menggigil beku, serasa seperti tersiram air es mendengar “auman” keras guru yang terkenal galak ini. Aku diam seribu bahasa, hanya bisa pasrah atas ketololan yang baru saja aku lakukan.
“Sekarang juga, kamu lari keliling lapangan sekolah 10 putaran. Setelah itu, pungut sampah di lapangan sampai bersih. Sekarang!!!, teriaknya marah seraya menunjuk ke arah lapangan sekolah. Aku benar-benar tertunduk malu menyesali apa yang telah aku perbuat. “Baik bu”, ucapku lirih.
Dua pelanggaran telah aku lakukan hari ini. Kecewa, marah, sekaligus menyesal. Nasi sudah menjadi bubur. Sebuah konsekuensi logis atas jejak-jejak tindakan yang sudah terjadi, mungkin, bisa jadi cermin untukku ke depan. Entahlah.
            Sementara aku masih menjadi yang terhukum, teman-teman yang lain belajar seperti biasanya. Sampai akhirnya, dua jam yang melelahkan itu lunas terbayar. Aku langsung masuk kelas disambut teriakan-teriakan bernada mengolok-olok dari teman-teman sekelasku. Aku hanya bisa tersenyum malu. Beruntung, suara-suara itu segera menghilang setelah pak guru IPA yang baik hati itu membelaku.
Aku langsung mengambil tempat duduk yang biasa aku tempati seraya membuka buku pelajaran. Secara seksama ku coba mengikuti arah penjelasan yang sedang disampaikan pak guru untuk mengalihkan perhatian teman-teman kelas yang sempat ramai gara-gara keterlambatan dan kesalahanku sebelumnya. Nafas lega dan sumringah rasa sedikit menyembul dalam benakku setelah keadaan ruang kelas mulai terkendali. Namun, upayaku ternyata tidak cukup berhasil mengelabui sikap kalem    pak guru yang murah senyum itu. Dengan langkah perlahan dia  menghampiri mejaku lalu menanyakan soal pekerjaan rumah (PR) yang dia berikan seminggu yang lalu.
“Baah, mati aku, lupa lagi. Duh gimana nich masak kena hukuman yang kedua kalinya”, keluhku dalam hati. Aku coba menguatkan pikiran dan hatiku. Perlahan ku coba menjelaskan sebaik mungkin, agar kejadian tolol terhadap Ibu BP tidak terulang lagi. “Sebelumnya, saya minta maaf pak, saya benar-benar lupa kalau ada tugas dari bapak. Sekali lagi maaf”, jelasku mengiba. Tetap saja usahaku tidak menuai hasil. Pak guru yang tadinya sempat membuatku tersenyum menang atas pembelaannya, kini, seakan-akan tidak peduli. Kerut kening dan tarikan nafasnya tampak jelas menunjukkan tanda-tanda tidak baik buatku. Aku menunduk, terdiam.
 “Kamu ini sudah telat, lupa pula mengerjakan tugas dari bapak. Keluar kamu dari kelas ini jangan ikut pelajaran bapak”, tegas suaranya menggelegar memarahiku. Wajah imutku memerah malu. Aku keraskan hati menahan tangis yang mau keluar. Dengan kepala tertunduk seakan menyentuh tanah perlahan aku bangkit dan beringsut meninggalkan kelas diringi kicau ejekan teman-teman seperti saat aku memasuki kelas. Taman rindang di halaman depan sekolah, tempat biasanya aku melepas keluh kesah, tempat favoritku berbagi suka-duka dengan alam, di situlah aku melepas tubuhku, menyesali dan merenungi sejumlah kejadian beruntun yang menimpaku tiga jam terakhir pagi ini. Aku sadar aku salah.
            Lamunanku tiba-tiba buyar oleh gangguan suara keras bel sekolah yang berdentang cukup panjang. “Pertanda pulang sekolah kah?,” tanyaku heran. Ku amati jam tanganku, waktu baru menunjukkan pukul 10 WITA. Masih terlalu pagi. “Inikan waktunya keluar main?,” tanyaku lagi. Seperti biasa, di waktu yang sama pada hari-hari lain, seharusnya bel berbunyi tiga kali sebagai isyarat keluar main.
Sontak mataku mengitari setiap ruang kelas. Tampak siswa-siswi berhamburan keluar membawa semua perlengkapan sekolahnya yang berarti mata pelajaran hari ini sudah selesai semua. Beberapa saat kemudian, dari kejauhan seorang teman kelasku menenteng tas milkku yang ku tinggal di kelas seraya menghampiriku dan menceritakan kalau hari ini kita pulang lebih awal karena seluruh guru akan melaksanakan rapat untuk mempersiapkan agenda UAN kelas 3 yang empat hari lagi berlangsung. “pantes aja belnya panjang,” sahutku pada Eva, sahabat karibku ini.
Mulai jum’at besok, selama seminggu ke depan, kilah Eva, menjadi hari tenang sekaligus sekolah diliburkan untuk persiapan ujian kakak-kakak kelas kami. Beruntung bagiku punya sahabat sebaik Eva yang selalu hadir di kala susah maupun senang. Dia satu-satunya sahabat yang paling setia menemaniku meski kadang aku terlampui cuek di hadapan dia dan teman-teman yang lain. Sejurus kemudian, lembut aku menarik tangannya, mengajak ke tempat pespa butut kesayanganku ku parkir. Kami pun pulang bareng.
Ku geber pespaku keluar dari area sekolah. Belum terlalu jauh jarak yang kami tempuh, pespaku melenggak-lenggok tidak karuan, membuatku hampir terjatuh. Sial. Ternyata ban depan kuda besi imutku kempes. Dua buah paku nancap di dua bagian ban. “huhh, sial, sapa yang tega-teganya buang paku di tengah jalan begini,” gerutuku.
            Refleks kepalaku tertuju ke bengkel tambal ban. Mataku melirik kanan-kiri, sejauh mata memandang, yang tampak hanya deretan pohon-pohon kecil di pinggir jalan yang sepertinya baru ditanam. Sepi. Tidak ada tanda-tanda lokasi jasa pelayanan perbaikan motor yang biasanya ada di pinggir jalan. Ini berarti aku harus menuntun “si imut”. Sementara Eva juga harus menjadi “korban” dari nasib sialku sedari pagi tadi.   “Udah, ayo jalan, ntar kita gantian tuntun pespamu,” sontak Eva mengingatkan.
Hati ku serasa ingin berteriak dan menangis sekeras-kerasnya. Beruntung Eva yang melihat perubahan di wajahku segera menenangkan hatiku yang lagi berkecamuk dengan kata-kata lembut dan welas-asihnya. “yang sabar yach, semuanya ada hikmahnya,” ucapnya tulus. Kami akhirnya melanjutkan perjalanan di siang menyengat itu berbalut peluh yang membanjiri tubuh dan pakaian seragam sekolahku. Langkah kaki makin terasa berat dan tubuh mulai sempoyongan. Sampai akhirnya, 30 menit kemudian, di saat nafas semakin kembang-kempis dan semangat sudah hampir habis, kami menemukan bengkel yang kami cari. “Alhamdulillah,” celetuk kami berbarengan.
Setengah jam kemudian ban vespa bututku kembali normal. Aku langsung menungganginya menuju rumah Eva, terus melanjutkan perjalanan pulang. Di sepanjang jalan aku coba berdamai dengan nasib sial yang ku alami dengan bernyanyi-nyanyi melantunkan lagu “Bukan Permainan” milik Gita Gutawa.
            Setengah jam kemudian, akupun tiba di rumahku setelah memarkirkan motor di bagasi samping rumahku. Aku langsung masuk kamar dan mulai membaringkan tubuhku di atas kasur yang empuk dan nyaman. Rasa kantuk tidak tertahan lagi setelah sudah cukup lama menderita setengah hari dan akhirnya akupun tertidur pulas sampai lupa lepas sepatu dan makan siang. Tiga jam kemudian suara gedoran di pintu kamarku terdengar sangat berisik dan mengganggu. Ternyata mamaku berusaha untuk membangunkanku. “Aduh, Vira tidur kok malah pake’ sepatu sich sayang..,” ucap mamaku penuh kasih sayang. Lantas aku menceritakan kejadian-kejadian buruk yang menipaku hari itu. “Vira di hukum di sekolah gara-gara telat, gara-gara lupa ngerjain tugas, terus parahnya lagi, tadi pas pulang di tengah jalan ban motor Vira pecah ma,” nadaku menjelaskan. Mamaku terbahak-bahak mendengar keluh manjaku. “Hahaha, sapa suruh begadang sampe tengah malem. Udah sana mandi dulu gieh, abis itu makan. Mama udah siapin makanan di meja makan,” pinta mamaku penuh. Aku mengangguk mengiyakan. 
            Keesokan harinya, aku mulai bangun lebih awal meski aku tau hari itu masih libur tenang. Kejadian kemarin membangkitkan semangatku untuk coba berbenah memperbaiki hal-hal yang tidak baik. dan siap-siap untuk berangkat sekolah. Semua sudah siap, sarapan uda, motor jugaq uda dipanasin. Tinggal jalan aja sekarang, ehhehee... Hmm semoga hari ini tidak terjadi kesialan seperti kemarin, amiin.. Akupun langsung menstater pespaku seperti biasanya. Beberapa menit kemudian, aku tiba disekolah. Senengnya gag telat lagi kaya kemarin, hmm aku langsung menuju kelasku. Hari ini proses belajar mengajar di tiadakan, di ganti dengan bersih-bersih ruang kelas masing-masing. Setelah semua siswa/siswi membersihkan kelasnya masing-masing, mulailah aku beristirahat sejenak. Sahabat-sahabatku menghampiriku dan mengajakku ke toko milik sahabatku. Yaah kebetulan lagi gag belajar jadi enak keluar masuk sekolah. Dan ternyata di toko milik sahabatku banyak banget dijual pernak-pernik cewek, mulai dari gelang, kalung, bandana pokoknya semua-semuanya dech. Saking senengnya milih gelang-gelang sampe lupa waktu. Pak Suitre selaku kepala sekolah melihat kami di toko milik sahabatku dan adik-adik kelas yang lagi melihat pak Suitre langsung melaporkan hal-hal yang gag jelas tentang aku dan sahabat-sahabatku. Aku dan sahabat-sahabataku langsung di panggil, satu persatu nama kami di tulis di selembar kertas. Lalu kami di suruh membersihkan 3 ruangan yang masih kotor. Ckckck, gag nyangka sial yang kemarin datang lagi. Huhuhuu, gerutuku. Tapi agak lumayanlah dihukum bareng sahabat jadi gag terasa capek, hhe.. Ketika kami melihat  adik-adik kelas yang melaporkan kami tadi, kami langsung memasang wajah masam dan sinis ke mereka. Awas kalian semua, kami akan membalas kalian, kata sahabatku sambil mengeluarkan ekspresi marah.
            Tekadku bulat. Kesialan yang aku alami seharian kemarin, akan ku jadikan pelajaran dalam hidupku. Aku percaya, setiap tindakan selalu meninggalkan jejaknya. Jejak adalah cermin sejarah yang selalu berharga sebagai bekal untuk hari esok yang lebih cerah. Jejak sialku itu satu dari sekian catatan hitam yang akan selalu tercatat dalam memori otakku. Ya, aku menyebut kesialan itu sebagai “Catatan Hitam” yang tersimpan rapi dalam diary ku. Sebuah catatan sederhana tapi begitu berharga. Mulai dari tidak melaksanakan piket, tidak mengerjakan tugas, keluar dari lingkungan dan lain- lain, aku block dengan tinta hitam besar kehidupanku.
Kesalahan, sekecil apapun, adalah catatan warna hitam yang berusaha untuk ku hapus perlahan-lahan dalam hidupku. Aku bertekad, mulai sekarang tak ada lagi Catatan Hitam dalam diaryku, karena aku akan mengisi hari-hariku dengan Catatan Putih yang lebih baik. Semua hal yang aku alami, akan aku jadikan pelajaran dalam hidupku dan berjanji tak akan mengulanginya kembali. 

The End

Kado Terindah


Cerpen
Kado Terindah
Oleh
Selfia Mona Peggystia

            Heningnya malam, ku tatap langit-langit di kamarku. Bayangan dirinya slalu menghantuiku di saat aku ingin kehadirannya di sisi. Tak tersadar aku membuka jendela kamarku, lalu melihat sinar bintang dan bulan yang bertaburan menerangi dunia. Aku hanya wanita biasa yang mempunyai cinta, cinta yang tergores luka. Waauuww.. puitis banget sich kata-kataku, emmmm.. kenalin namaku Megami Kira. Aku akrab di panggil Kira oleh keluargaku dan juga teman-temanku. Tak lama kemudian the song of Justin Bieber terdengar dari ponselku. “Baby 3x oohh.. Like baby 3x oohh..”. Ternyata si Laksmi yang mengcalling aku.

Laksmi: Happy birthday Kira, happy birthday happy birthday.. Happy birthday Kira... Sob met ultah yang ke 17 iya, moga-moga kamu panjang umur sehat selalu en yang pasti slalu dalam lindungan_Nya.
Kira: Amiin, thanks iya sob. Kamu emang sahabatku yang paling baek, kamu juga yang pertama ngucapin selamet ultah ke aku. Sekali lagi, thanks iy...
Laksmi: Iya iyaa.. ngantuk banget nich Ra, aku tinggal bobok duluan iya. Tadi sebenernya uda bobok tapi aku paksaen ajja buat bangun. Hmm buat ngucapin selametan ke kamu.
Kira: Baek banget sich kamu. Iya uda nice dreams iya sob.
Laksmi: Okay, see you.
Kira: See you juga.

            Setelah lepas dari genggaman ponselku, aku langsung beranjak mengambil diaryku. Aku ingin malam ini menjadi saksi luka di hatiku. Secercah kata demi kata aku tuangkan ke dalam diaryku. Akupun menulis dan menulis semua yang ada dalam pikiranku.

            Dear diary..
Malam ini memang begitu indah tapi tak seindah yang ku alami. Di umurku yang ke 17 ini, aku bingung.. kesal dan penuh amarah. Seharusnya yang pertama ngucapin selametan cuma dia dan hanya dia. Hubunganku dengan dia memang masih status berpacaran, aku tak tau dia ingat atau nggak dengan ultahku yang ke 17 ini. Meski mungkin dia lupa akan diriku, tapi rasa ini akan terus ada di hatiku.
            Aku sedih, aku rindu dia Tuhan. Pikiranku buyar entah kemana, penuh tanda tanya. Di saat dia butuh diriku, aku berusaha datang untuknya. Tapi kenapa?? Di saat aku sangat butuh dirinya, dia tak pernah ada untukku. Sungguh kau tega denganku, kau menghilang dari pandanganku. Aku tak mengerti rasa ini, goresan luka yang kau tinggalkan untukku. Darimu sang dambaan jiwa.

            Tak ku sangka butiran kristal bening mengalir dari sudut mataku. Akupun langsung menghapus air mataku, lalu mencoba untuk memejamkan mata indahku. Berharap esok akan lebih baik dan menyenangkan.
            Keesokan harinya...
Suara burung berkicauan di pagi hari membuat mataku perlahan terbuka. Hari sudah pagi, akupun langsung bersiap-siap untuk ke sekolah. Seperti biasa sarapan sudah menungguku, dan semua orang di rumahku tak ada satupun yang ku dapati di meja makan.

Kira: Aneeh yaa, kok sepi gini sich. Papa mama mana, si Zopi juga gag keliatan batang hidungnya. Bik Minah, bik... (Suaraku memanggil)
Bik Minah: Iya mba’.. ada apa??
Kira: Yang laen kemana bik, kok sepi gini.
Bik Minah: Oohh si Ibu dan Bapak sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali non, katanya sich ada urusan penting.  
Kira: Oohh gitu, timben-tumben papa mama gag sarapan dulu, jadi sepi nich meja makan. Bibik temenin Kira sarapan iya?? (Pintaku)

            Ketika bik Minah mau menjawab , tiba-tiba ada suara papa mama dan Zopi menyanyikan lagu “Happy Birthday”. Duuchh senengnya, kirain semua orang di rumah ini lupa akan hari ultahku. Aku bahagia pagi ini, percakapan antar keluarga kian meramaikan sweet 17 ku. Aksi memberi kadopun terjadi, adu duu.. pagi-pagi uda dapet kado gini. Dari Zopi dan juga bik Minah, akupun langsung berterima kasih kepada mereka semua. Luph you all....
            Tak lama kemudian, aku beranjak dari tempat dudukku. Lalu mengucapkan salam kepada mereka, tak lupa juga aku mencium papa mama. Makasi iya pa, ma.. Kira sayang kalian semua. Papa mamapun tersenyum indah kepadaku, pagi ini memang indah berkumpul dengan keluarga. Aku sangat bersyukur memiliki mereka, lalu aku mengambil mobilku di bagasi samping rumahku. Aku membunyikan radio mobilku, lalu lagu Justin Bieber menyapaku pagi itu. Akupun menikmati lagu  tersebut, I like it...
            At school...
Di parkiran sudah dipadati oleh siswa/siswi yang sedang memakirkan mobilnya. Saat di depan kelasku, Laksmi langsung mengagetkanku dan memberi sebuah kado untukku. Laksmi memang sahabatku yang paling baek, puisi yang di selipkan di kado itu juga berisi tentang pengalaman pribadiku. Laksmi sengaja membuatkan puisi khusus untukku. Lalu aku duduk di tempat dudukku, aku mulai bercakap-cakap dengan Laksmi yang sekaligus duduk denganku. Kebetulan lagi gag ada guru, hanya Laksmi yang sangat-sangat peduli terhadapku, kapanpun aku butuh dia. Dia selalu ada untukku, tidak seperti “dia” yang tiba-tiba menghilang dari pandanganku. Menghilang tanpa mengingat diriku. Akupun mulai bercerita kepada Laksmi tentang semua yang terjadi di diriku, aku tak bisa memendam sendiri. Aku tak bisa memendam sendiri, aku butuh temen curhat seperti Laksmi.

Kira: Sob, kenapa dia tiba-tiba ngilang gini. Sama sekali tidak mengingat hari ultahku, pas dia butuh baru dia kembali kepadaku. Uda 2 kali ini dia giniin aku, aku tak mengharapkan apa-apa dari dia. Aku hanya ingin dia mengucapkan selametan ke aku, di saat umurku genap 17 tahun. Tapi apa?? Balasannya kaya gini. (Sambil meneteskan air mata).
Laksmi: Cup cup cup... (Sambil menyodorkan tisu kepadaku).
Uda jangan di pikirin lagi, dia memang cowok yang gag punya perasaan. Dia uda nyakitin kamu, ninggalin kamu. Cowok seperti dia tidak perlu di tangisi, brengsek tuw cowok. Uda cari yang lain aja, masi banyak kok cowok yang lebih baik dari dia, yang sayang sama kamu. (Mengeluarkan ekspresi marah).
Kira: Gag bisa secepet itu, aku gag bisa. (Menangis dan terus menangis).
Aku gag ngerti perasaanku ini, gag bisa ilang. Aku sakit karena dia tapi di sisi lain aku sayang dia.
Laksmi: Iya, aku ngerti perasaan kamu. Kamu memang cewek paling sabar yang pernah aku kenal. Kalo cewek di sakitin kaya kamu, uda dari kemarin-kemarin di putusian lalu mencari target baru. Tapi kamu gag, aku salut sama sikapmu yang sabar. Coba dia ultah, dari jauh-jauh hari kamu persiepin kado buat dia. Tapi dia gag, ucapan aja gag pernah di lontarin dari mulutnya. Buang jauh-jauh dah perasaanmu ke dia, jangan sedih lagi yaa..
Kira: Mungkin ini adalah kado terindah yang takkan pernah aku lupakan di sweet 17 ku. Kado yang penuh dengan goresan luka, kado ini akan terpendam slamanya di hatiku.
Laksmi: Sob, jangan nangis lagi yaa. Jelek tuw kalo kamu nangis, senyum dunks biar manis. (Mencoba meledek sekaligus menghibur).
Kira: Hmm... mengusap air mata dengan punggung tangan. Makasi ya sob, uda mau dengerin curhatku. Aku beruntung memiliki sahabat seperti kamu. Thanks sekali lagi.
Laksmi: Iya sob, aku akan selalu ada untukmu kapanpun kau butuh diriku. Uda jangan sedih lagi yaa entar aku cariin penggantinya deech.. Hehhe, hadapi dengan senyuman aja pasti suatu saat dia bakalan dapet balesannya.
Kira: Moga-moga aja dia cepet sadar.

            Setelah berlama-lama bercerita, gurupun datang untuk mengajar di kelasku. Saat itu juga mataku agak memerah sampai guru tersebut menanyaiku, apa yang tlah terjadi denganku. Aku hanya menggeleng tanpa berkata apapun, Laksmi berusaha menjelaskan tak ada apa-apa yang terjadi denganku. Gurupun langsung memulai membahas pelajaran dan seperti biasa aku belajar tanpa terganggu dengan apa yang aku alami, aku berusaha berkonsentrasi pada pelajaranku.
            Hari itu memang hari bahagiaku tapi aku tak sebahagia orang-orang yang merayakan sweet 17 nya. Di saat orang di beri ucapan dari orang-orang yang di sayang, aku malah sebaliknya. Ucapan yang selalu terbayang dalam lamunanku dan tak akan pernah terjadi. Ini adalah kado terindah untukku, kado terindah yang menyimpan luka dan pedih di hatiku. Tak akan pernah ku lupakan dan akan terpendam slamanya di hatiku. Cinta yang dulu ada, kini hilang entah kemana tapi perasaanku selalu ada untuknya. Terima kasih cinta, semoga kau tersadar telah menyakiti hatiku. Aku berharap kau kembali dan memulai yang lebih baik dari yang pernah aku alami. Cinta yang tulus, cinta sejati tak memerlukan banyak kata. Satu perbuatan saja sudah lebih dari cukup di bandingkan dengan seribu kata. Hargailah orang yang mencintaimu karena belum tentu orang yang kau cintai seperti orang yang mencintaimu.


THE END