Jumat, 23 Oktober 2015

Patient Counselling Community (PCC) STIKES Ngudi Waluyo, Ungaran


Ada yang tahu apa sih sebenarnya Patient Counselling Community atau yang biasa di singkat dengan PCC ? Mungkin di kalangan anak farmasi udah gak asing lagi nih apa PCC itu. Apalagi dengan adanya PCC di STIKES Ngudi Waluyo, bisa intip deh apa sebenarnya PCC itu. Gak mau ketinggalan kan informasi penting mengenai PCC. Dalam dunia farmasi terutama, merupakan hal yang sangat penting dalam kesehariannya, rugi dong kalau gak tau apa PCC itu. Oke, kita bahas bareng yuk PCC di STIKES Ngudi Waluyo seperti apa, berdiri komunitasnya berawal dari apa. Yuk di simak dengan bener !!!!!
Pada tanggal 3 mei 2015, tepatnya di Auditorium Kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) diadakan Deklarasi Patient Counselling Community (PCC) yang dihadiri oleh masing-masing perwakilan wilayah JOGLOSEPUR yaitu (Jogja, Solo, Semarang dan Purwokerto). Adapun Staf Ahli (SA) yang mempunyai Program Kerja (PROKER) pada pertemuan di kampus UAD atas nama Hindun Wilda Risni dari Institut Teknik Bandung (ITB). Masing-masing perwakilan seJOGLOSEPUR diharuskan dan berjanji untuk mengadakan PCC di tiap-tiap kampus, dengan tujuan untuk mengembangkan pendidikan ilmu farmasi.  Para perwakilan seJOGLOSEPUR sangat antusias megikuti pertemuan Deklarasi Patient Counselling Community, selain mereka mendapatkan ilmu yang bermanfaat, teman untuk berbagi cerita, mereka juga mendapatkan motivasi yang sangat LUAR BIASA dari para motivator yang tentunya banyak digemari oleh para perwakilan dari masing-masing kampus. Motivator tersebut adalah Pak Ipang Djunarki S. Farm., Apt., M. Si. Beliau banyak sekali mengabdikan ilmunya kepada mahasiswa-mahasiswi farmasi.
FARMASI STIKES Ngudi Waluyo juga akan mengadakan workshop PCC yang bertujuan untuk memperkenalkan apa sih PCC, tujuan, kegunaan dan manfaat untuk mahasiswa-mahasiswi farmasi maupun non-farmasi. Pembicara yang akan di datangkan, Insya Allah tak lain adalah Pak Ipang sendiri. Karena memang peserta dari Ngudi Waluyo sangat menggemari beliau untuk berkenan datang pada acara workshop yang nantinya akan di isi oleh beliau dengan ilmu farmasi dan motivasi-motivasi yang tak kalah LUAR BIASAnya. Workshop akan diadakan pada bulan November dan kita semua FARMASI, mengharapkan yang terbaik untuk acara workshop nantinya. Sementara anggota dari komunitas PCC yang sudah dibentuk di STIKES Ngudi Waluyo diketuai oleh Adnan, yang tak lain adalah mahasiswa farmasi semester 5. PCC sudah berjalan sejak beberapa bulan yang lalu, dan tiap kali pertemuan diadakan seminggu sekali yaitu hari kamis bertempatan di Gedung Randu Prodi Farmasi.
C360_2015-05-29-18-41-13-857.jpg
 Berawal adanya PCC, mahasiswa-mahasiswi farmasi sangat antusias mengikuti PCC sehingga berjalan dan membentuk kelompok-kelompok untuk membahas materi tiap kali pertemuan. Materi yang dibahas adalah obat dari suatu penyakit, kemudian perwakilan masing-masing kelompok melakukan simulasi untuk berinteraksi antara pasien dengan apoteker mengenai obat dari suatu penyakit. Peran apoteker disini mendengarkan, menanyakan dan terus menggali informasi pada pasien, serta menjelaskan obat yang tepat untuk digunakan. Memberikan informasi dan kejelasan yang benar-benar tepat sesuai prosedur. Dengan diadakannya PCC ini, mahasiswa-mahasiswi dilatih untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik kepada pasien. Karena merupakan tugas dalam keseharian apoteker nantinya, yang tiap hari akan bertemu dengan pasien. Apoteker tentunya harus banyak mengetahui seluk-beluk mengenai suatu obat dan perihal yang memang harus di sampaikan kepada pasien. Maka dari itu, komunitas inilah menjadi sebuah wadah untuk kita semua belajar, melatih diri, dan mengeluarkan pendapat.
            Patient Counselling Community (PCC) bila dilihat dari arti kata satu per satu yang terjemahannya gak jauh-jauh dari pasien yang tak lain adalah melakukan konseling. PCC merupakan suatu wadah dimana pasien berinteraksi dengan Apoteker atau Asisten Apoteker (AA) dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai suatu obat dari suatu penyakit. Juga memberikan informasi mengenai hal-hal yang perlu dilakukan dan dihindari, cara pemakaian obat, serta efek samping dari obat. Nah sebagai calon apoteker tentu harus bisa memberikan, menjelaskan, berkomunikasi dengan baik tentang perihal yang perlu disampaikan kepada pasien.
Ada tiga tahapan pelayanan yang akan diberikan kepada pasien, yaitu pelayanan resep, prosedur tetap swamedikasi, dan konseling. Pelayanan resep merupakan suatu proses pelayanan terhadap permintaan tertulis dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Prosedur tetap pelayanan resep disini adalah skrining resep. Dimana apoteker melakukan pemeriksaan kelengkapan resep (nama dokter, nomor izin praktik, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien). Untuk prosedur pelayanan resep narkotik, apoteker melakukan pemeriksaan kesesuaian farmaseutik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian). Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli Rumah Sakit, Puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan resep narkotik dalam tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama sekali.
Nah sekarang kita beralih ke prosedur tetap swamedikasi. Swamedikasi disini memberikan informasi tentang obat yang diberikan kepada pasien meliputi (nama obat, tujuan pengobatan, cara pakai, lamanya pengobatan, efek samping yang mungkin timbul, serta hal-hal lain yang harus dihindari oleh pasien). Bila sakit berlanjut atau lebih dari 3 hari, apoteker harus  menganjurkan untuk menghubungi dokter. Adapun peran apoteker mengenai prosedur tetap swamedikasi, diantaranya:

a.    Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan swamedikasi.
b.   Menggali informasi dari pasien, meliputi:
·      Tempat timbulnya gejala penyakit
·      Seperti apa rasanya gejala penyakit
·      Kapan mulai timbulnya gejala dan apa yang menjadi pencetusnya
·      Sudah berapa lama gejala dirasakan
·      Ada tidaknya gejala penyerta
·      Pengobatan yang sesebelumnya sudah dilakukan

Kemudian yang terakhir konseling yang merupakan proses yang sistematis untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat. Adapun prosedur tetap konseling yaitu:
a.    Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien atau keluarga pasien.
b.   Menanyakan 3 pertanyaan kunci dengan metode open-ended-question:
1.   Apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini
2.   Cara pemakaian, bagaimana dokter menerangkan cara pemakaian
3.   Apa yang diharapkan dalam pengobatan ini
c.    Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat-obat tertentu (inhaler, suppositoria dan lain-lain).
d.   Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan.

Jadi itulah serangkaian definisi dari masing-masing pelayanan kepada pasien. Nah kita sebagai calon apoteker nantinya, harus dari sekarang bisa berkomunikasi dengan baik aplikasi dari ilmu yang kita dapatkan selama menjadi mahasiswa-mahasiswi farmasi. Dari sinilah berawal adanya PCC, dimana adanya konseling antara pasien dan apoteker untuk mencapai kesepakatan dan kerjasama yang baik dalam hal yang berkaitan dengan obat dari suatu penyakit. Seorang mahasiswa-mahasiswi farmasi harus bisa memegang pernanan ini sebelum nantinya akan menjadi seorang apoteker. Dari PCC inilah, mahasiswa-mahasiswi bisa mengasah diri untuk berkomunikasi langsung, memberikan penjelasan dan kejelasan, terus melatih diri agar menjadi apoteker sejati yang berguna, bermanfaat untuk masyarakat. Salam PCC, dari kita untuk kita dan kita semua masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar