Kamis, 24 Januari 2013

Dongeng Ajaibnya Mimpi Ini Oleh Selfia Mona Peggystia


            Pagi nan indah, seperti biasa mentari datang kembali kehariban ibu pertiwi. Hangat sinarnya seolah menandakan ini hari di musim semi. Hari ini kan pertama hari libur, mesti ngerencanain bakalan liburan kemana. Bundaaaaa.... begitu panggilku dengan manja lalu mendapatkan bunda di dapur sedang memasak untukku. Sambil mencicipi masakan bunda, perlahan aku mulai mengutarakan niatku untuk pergi berlibur. Bun, pergi liburan kemana kita ni, masak cuman di rumah aja, tanyaku. Bundapun menjawab, iya sayang besok kita liburan ke pantai. Asyiiiik, liburan kali ini ke pantai. Makasih ya bunda sambil tersenyum manis.
            Malamnyapun aku membereskan baju dan barang apa saja yang akan kubawa esok pagi. Rasanya pengen cepet pagi, pengen sepuasnya main pasir dan berenang di pantai, hayalku. Tenggorokan yang terasa kering ingin segera meredakannya, akupun langsung menuju dapur lalu mengambil air dan meminumnya. Segarrrrrrrrrr!!! Di ruang tengah langkahkupun terhenti. Aku melihat lukisan tua di dinding itu terpajang yang sudah lama sekali. Peninggalan kakek yang hobi sekali melukis. Menatap sambil meraba-raba lukisan tersebut. Indahnya, kakek emang jago, bathinku. Mulai berhayal seperti yang ada di lukisan itu, berapa detik buyar karena bunda mengagetkanku. Ah bunda ganggu aja, sergahku. Udah kamu tidur aja, udah malam ni, besok kan mau ke pantai, biar cepet bangun ya harus tidur cepet, pinta bundanya.
            Akupun menuju kamar dan berbaring sambil mengingat lukisan itu. Perlahan aku memejamkan mata indahku, tak berapa lama akupun tertidur. Dalam nyamanannya aku tidur, bidadari mimpipun muncul. Aku berada di tengah desa yang indah seperti dalam lukisan milik kakekku. Terdengar dari kejauhan, suara itu memanggil namaku. “Kakek, langsung memeluk kakek”. Akupun di ajak ke sebuah pondok desa tempat tinggal kakek bersama nenekku. Suasana di desa itu nyaman dan tenteram, jauh dari riuhnya keramaian. Ketika aku masuk dalam sebuah kamar yang tak lain kamar itu adalah milikku. Lalu aku memandang sekeliling kamar dan membuka jendela, aku melihat pemandangan yang tak pernah aku lihat selama ini. Asri, sawah membentang, padi-padi menguning serta kicauan burung menambah keindahan berada di desa itu. Tak lama kemudian nenek mengajakku berkebun untuk memetik sayur dan buah-buahan. Sesampai di kebun, aku tercengang akan kebun nenek, begitu lebat buah dan sayur, pertama aku melihat dan pertama aku akan memetik. Ga seperti biasanya aku cuma bisa mengambil di supermarket saja tapi kini bukanlah supermarket melainkan aku melihat secara langsung. Dengan riang aku memetik buah stroberry, sesekali aku mencicipi rasanya, manis dan segar. Tak pernah terbayang bisa langsung memetik dan mencicipinya. Hijaunya anggur yang begitu segar tak akan terlupa untuk memetiknya. Hingga tiba saatnya aku dan nenek bergegas pulang.
            Sementara pagi telah datang, bunda berusaha membangunkan dari tidurku tapi bukan kepalang, aku tertidur lelap karena masih bermimpi berada dalam lukisan milik kakek. Pulas sekali ia tidur, tak akan ku bangunkan lagi, ucap bunda.
Setelah beberapa hari terasa dalam mimpiku, aku banyak melihat apa yang tak pernah aku lihat. Seperti surgawi berada dalam mimpi, berjalan-jalan di desa yang panoramanya sangat indah. Mencicipi buah segar dan masih banyak lagi yang menyenangkan hatiku. Dan satu yang paling aku senangi bertemu teman baru yang sangat baik, yang suka mengajakku berjalan-jalan keliling desa. Ada satu tempat yang indah, di mana di sana ada sebuah danau indah dengan perahu yang bisa dinikmati. Berdayung-dayung di atas perahu sedang, angsa putihpun menambah keromantisan suasana sore itu. Tak tersadar, keadaan berubah sekejap, dia menatapku tajam dan aku berusaha tak terbawa dengan tatapannya. Aku terus mendayung agar cepat kembali kerumah kakek karena hari sudah gelap. Diapun mengantarku pulang. Sebelum aku masuk rumah, aku sempat mengatakan esok pagi aku akan pulang. Diapun melihat dengan tatapan yang sangat beda.
Keesokan harinya
            Semua sudah terkemas dengan baik, akupun berpamitan pada kakek nenek. Begitu melangkah untuk pulang, dia datang menghampiriku lalu mengucapkan salam perpisahan, dia memberiku sebuah kalung kenangan. Aku tersenyum sekaligus berterimakasih padanya. Diapun tersenyum padaku.
Di rumah sudah menunjukkan jam 11, bunda kembali membangunkanku. “Sayang, bangun uda siang ni”. Mm bunda.... uda jam berapa ini?? kita jadi liburan hari ini, tanyaku. Udah jam 11 sayang, besok aja kita perginya, sekarang mandi dulu sana, bunda udah siepin makanan untukmu. Akupun tersenyum dan mencium kening bunda. Ga ke pantai juga tak apa, lebih menyenangkan liburan bersama kakek-nenek, meskipun semuanya hanya mimpi. Tersenyum sembari mengingat mimpiku yang sungguh ajaib. Ajaibnya bisa tinggal seperti dalam lukisan hingga aku bangun kesiangan. Hahaha.... dan ternyata setelah membersihkan tempat tidurku, aku menemukan kalung kenangan yang terselip di bawah bantalku. Yah, teringat kembali dengan mimpiku. Sungguh ajaib mimpi ini, tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar