Pagi nan indah, seperti biasa mentari datang kembali
kehariban ibu pertiwi. Hangat sinarnya seolah menandakan ini hari di musim
semi. Hari ini kan pertama hari libur, mesti ngerencanain bakalan liburan kemana.
Bundaaaaa.... begitu panggilku dengan manja lalu mendapatkan bunda di dapur
sedang memasak untukku. Sambil mencicipi masakan bunda, perlahan aku mulai
mengutarakan niatku untuk pergi berlibur. Bun, pergi liburan kemana kita ni,
masak cuman di rumah aja, tanyaku. Bundapun menjawab, iya sayang besok kita
liburan ke pantai. Asyiiiik, liburan kali ini ke pantai. Makasih ya bunda
sambil tersenyum manis.
Malamnyapun
aku membereskan baju dan barang apa saja yang akan kubawa esok pagi. Rasanya
pengen cepet pagi, pengen sepuasnya main pasir dan berenang di pantai, hayalku.
Tenggorokan yang terasa kering ingin segera meredakannya, akupun langsung
menuju dapur lalu mengambil air dan meminumnya. Segarrrrrrrrrr!!! Di ruang
tengah langkahkupun terhenti. Aku melihat lukisan tua di dinding itu terpajang
yang sudah lama sekali. Peninggalan kakek yang hobi sekali melukis. Menatap
sambil meraba-raba lukisan tersebut. Indahnya, kakek emang jago, bathinku.
Mulai berhayal seperti yang ada di lukisan itu, berapa detik buyar karena bunda
mengagetkanku. Ah bunda ganggu aja, sergahku. Udah kamu tidur aja, udah malam
ni, besok kan mau ke pantai, biar cepet bangun ya harus tidur cepet, pinta
bundanya.
Akupun
menuju kamar dan berbaring sambil mengingat lukisan itu. Perlahan aku memejamkan
mata indahku, tak berapa lama akupun tertidur. Dalam nyamanannya aku tidur,
bidadari mimpipun muncul. Aku berada di tengah desa yang indah seperti dalam
lukisan milik kakekku. Terdengar dari kejauhan, suara itu memanggil namaku. “Kakek,
langsung memeluk kakek”. Akupun di ajak ke sebuah pondok desa tempat tinggal
kakek bersama nenekku. Suasana di desa itu nyaman dan tenteram, jauh dari
riuhnya keramaian. Ketika aku masuk dalam sebuah kamar yang tak lain kamar itu
adalah milikku. Lalu aku memandang sekeliling kamar dan membuka jendela, aku
melihat pemandangan yang tak pernah aku lihat selama ini. Asri, sawah
membentang, padi-padi menguning serta kicauan burung menambah keindahan berada
di desa itu. Tak lama kemudian nenek mengajakku berkebun untuk memetik sayur
dan buah-buahan. Sesampai di kebun, aku tercengang akan kebun nenek, begitu
lebat buah dan sayur, pertama aku melihat dan pertama aku akan memetik. Ga
seperti biasanya aku cuma bisa mengambil di supermarket saja tapi kini bukanlah
supermarket melainkan aku melihat secara langsung. Dengan riang aku memetik
buah stroberry, sesekali aku mencicipi rasanya, manis dan segar. Tak pernah
terbayang bisa langsung memetik dan mencicipinya. Hijaunya anggur yang begitu
segar tak akan terlupa untuk memetiknya. Hingga tiba saatnya aku dan nenek
bergegas pulang.
Sementara
pagi telah datang, bunda berusaha membangunkan dari tidurku tapi bukan
kepalang, aku tertidur lelap karena masih bermimpi berada dalam lukisan milik
kakek. Pulas sekali ia tidur, tak akan ku bangunkan lagi, ucap bunda.
Setelah beberapa hari terasa dalam mimpiku, aku banyak
melihat apa yang tak pernah aku lihat. Seperti surgawi berada dalam mimpi,
berjalan-jalan di desa yang panoramanya sangat indah. Mencicipi buah segar dan
masih banyak lagi yang menyenangkan hatiku. Dan satu yang paling aku senangi
bertemu teman baru yang sangat baik, yang suka mengajakku berjalan-jalan
keliling desa. Ada satu tempat yang indah, di mana di sana ada sebuah danau
indah dengan perahu yang bisa dinikmati. Berdayung-dayung di atas perahu
sedang, angsa putihpun menambah keromantisan suasana sore itu. Tak tersadar, keadaan
berubah sekejap, dia menatapku tajam dan aku berusaha tak terbawa dengan
tatapannya. Aku terus mendayung agar cepat kembali kerumah kakek karena hari sudah
gelap. Diapun mengantarku pulang. Sebelum aku masuk rumah, aku sempat
mengatakan esok pagi aku akan pulang. Diapun melihat dengan tatapan yang sangat
beda.
Keesokan harinya
Semua
sudah terkemas dengan baik, akupun berpamitan pada kakek nenek. Begitu melangkah
untuk pulang, dia datang menghampiriku lalu mengucapkan salam perpisahan, dia
memberiku sebuah kalung kenangan. Aku tersenyum sekaligus berterimakasih
padanya. Diapun tersenyum padaku.
Di rumah sudah menunjukkan jam 11, bunda kembali
membangunkanku. “Sayang, bangun uda siang ni”. Mm bunda.... uda jam berapa
ini?? kita jadi liburan hari ini, tanyaku. Udah jam 11 sayang, besok aja kita
perginya, sekarang mandi dulu sana, bunda udah siepin makanan untukmu. Akupun
tersenyum dan mencium kening bunda. Ga ke pantai juga tak apa, lebih
menyenangkan liburan bersama kakek-nenek, meskipun semuanya hanya mimpi.
Tersenyum sembari mengingat mimpiku yang sungguh ajaib. Ajaibnya bisa tinggal
seperti dalam lukisan hingga aku bangun kesiangan. Hahaha.... dan ternyata
setelah membersihkan tempat tidurku, aku menemukan kalung kenangan yang
terselip di bawah bantalku. Yah, teringat kembali dengan mimpiku. Sungguh ajaib
mimpi ini, tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar