Mimpi
Juara Kembar (Dua)
Oleh
Selfia
Mona Peggystia
Mimpi
kata orang hanyalah bunga tidur. Karena dari mulai memejamkan mata sampai
terbangun nantinya adalah sebuah peristirahatan yang biasa disebut dengan “tidur”. Tak nyata, namun aku pernah
bermimpi lalu menjadi kenyataan. Bukan kali ini aja, ini yang keberapa kali aku
bermimipi dan membenarkan dalam kehidupan nyata. Aku tak tau kenapa, bukan
bunga tidur yang biasa orang sering ucapkan, melainkan Tuhan memperlihatkan apa
yang akan terjadi denganku. Seperti ada jawaban dari mimpiku. Bila hati sudah
tak merasa nyaman lagi, obat yang paling manjur ialah mengadu kepada Tuhan dan
meminta petunjuk kebenarannya.
Pernah
suatu ketika, aku mengikuti lomba mading di sekolahku yang bertemakan Chemistry Go To School. Lomba
yang diadakan oleh kakak-kakak alumni dari Universitas
Mataram untuk semua siswa/siswi SMAN
1 Narmada. Dengan bersikeras aku berniat mengikuti lomba dan harus
mendapatkan juara, meyakini hatiku. Sepulang sekolah aku membuka buku kimia
lalu melihat ada yang menarik, langsung saja aku kembangkan menjadi tulisan
yang menarik untuk di baca. Ga hanya itu aja, puisi cerpenpun ikut menghadiri
isi madingku. Idepun datang lagi mengenai pendapat siswa/siswi tentang
guru-guru kimia di sekolahku. Berminat juga mewawancarai wali kelasku saat itu,
buk Sri Haryati. Yang terkenal guru paling cantik dan menjaga penampilannya
hingga sekarang.
Pagi-pagi
itu aku mulai menstater si imut hitam kesayanganku, yang tiap pagi
bermanja-manja dalam elus jemariku, seakan meminta kehangatan di tiap pagi menjelang.
Tapi kali ini akan meraung kilat hanya karena agar aku nyampe sekolah tepat
pada waktunya. Rutinitas yang sudah ku rancang dari semalam membuat semangatku
makin bersemangat lagi. Sesampai sekolah, aku meminta bantuan teman-temanku
untuk menemaniku pada saat wawancara nanti selepas jam pelajaran. Mereka setuju
tuk membantuku. Lekas saja wanita berparas cantik itu masuk ke kelasku. Mulai
menjelaskan lalu memberi tugas yang agak menguras otak. Guru kimia yang tak
lain adalah wali kelasku. Satu persatu kaum hawa di tunjuk, tergaket bukan
kepalang, akulah sasaran berikutnya. Sedikit ada kekeliruan dengan jawabanku,
tapi tak apa aku sudah merasa lega mendapat giliran saat itu.
Bunyi
bel yang ku tunggu-tunggu sedaritadi, kini membebaskan aku dari pelajaran kedua
yang telah usai. Berlarian menuju ruang guru untuk mewawancarai wali kelasku.
Begitu babibu..... akhirnya selesai juga, tinggal teman-teman yang belum aku
minta pendapatnya. Segeralah aku bergegas ke kantin membeli snack dan mulai
ikut dalam kerumunan teman yang lagi asik makan. Tak mau lama menunggu, akupun
menunjukkan kebolehanku menjadi wartawan junior. Dengan lantangnya mereka
menjawab mengenai pelajaran kimia. Huaaaaaaaa..........
Lepas dari itu, aku kembali ke kelas membawa bahan
yang udah terkumpul menjadi satu. Ida –temanku, menyodorkan tulisan dan
beberapa puisi dari teman yang lain. Okeh, kalian ngebantu, thanks ya, ucapku
sambil tersenyum. Idapun membalas senyumku. Setelah lepas dari jam ketiga dan
keempat, akhirnya waktu pelajaranpun telah usai. Ku bergegas menuju parkiran
tempat si imut hitamku berdiri.
Sesampai
rumah, usai makan siang dan solat, aku mulai membuka si pink ranselku. Menulis
apa yang udah menjadi ideku. Memang bukan hanya karena lomba aku menulis, menulis
adalah hobiku dari sejak kelas 6 SD. Kebolehankupun terlihat ketika aku
mendapat juara lomba menulis, alhasil ada salah satu puisi yang udah di muat di
website kreatif. Sepertinya aku tak bisa mengerjakan ini semua, aku perlu
bantuan. Jam 3 udah start kumpul di sekolah bersama teman-teman. Tiwi -si jago menggambar menambah uniknya mading
yang kami buat. Dengan keterampilannya, alhasil mading kami sudah siap untuk
mengikuti lomba esok pagi.
Malampun
tiba, mulai terasa capek dan ingin segera memejamkan mata. Tak lama kemudian,
akupun tertidur, sebelum tertidur tak lupa aku berdo’a agar mendapat mimpi
indah. Sang putri mimpipun sekejap datang. Ku melihat si pria berambut agak
keriting itu membawa kembarannya ke sekolah. Semua heran, baru kali ini si Adim
membawa kembarannya, ga pernah cerita kalo ia punya sodara kembar. Aneh, kok
bisa tiba-tiba punya kembaran si Adim tu, ga habis pikir. Semua siswa
mengerumuni si kembaran Adim, ga ada yang nyangka dia punya kembaran. Begitu
mimpiku waktu itu yang akan memberi jawaban esok paginya.
Pagi-pagi sekali, hari itu
hari kamis. Lomba berlangsung dari jam 9 teng, suasana meriah karena sebelum
penilaian di tentukan, di adakan lomba game. Saat yang di tunggu-tunggupun
datang juga. Dengan keoptimisanku hari ini pasti menang, ucapku longgar. Tak
canggung-canggung tuk kumpul depan lapangan upacara yang layaknya seperti open
karena panas sang matahari. Mulai di bacakan dari juara ketiga di raih dari
kelas XB, juara kedua yaitu kelasku sendiri
XI IPA2, dan yang pertama kelas XA. Senyum terindahku terpancar saat
aku mulai menerima hadiah dan penghargaan. Teman-temanku bersorak ramai, hati
bukan senang lagi namun bersyukur mendapat juara. Yah meskipun ga mendapat
juara pertama, juara keduapun sudah senang. Penghargaan inilah yang paling
penting, hadiah mah buat teman-teman kelas XI IPA2. Wali kelaskupun bangga
melihat kelas kami yang menjadi juara, momen indah tak lupa untuk berfoto
karena hari itu kami XI IPA2 menjadi sang
juara. Akupun tersenyum sendiri mengingat perihal mimpiku semalam, si
Adim yang punya sodara kembar, ternyata inilah jawaban dari mimpiku. Menjadi sang juara kembar, juara dua.
MERDEKA...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar