Senar
Gitar dalam Sebuah Novel
Oleh
Selfia
Mona Peggystia
Lalala..
lalala.. lalala.. begitu kau menyanyikan lagu untukku dengan gitarmu, betapa
bahagianya diriku memilikimu. Setiap malam kau temani tidurku dengan suara
gitarmu, seakan-akan kau menghipnotis aku sehingga aku tertidur pulas. Hmm..
namaku, Mia. Yang sering memainkan gitar untukku itu adalah kekasihku. Kekasih
yang begitu aku kenal sangat baik dan penyayang. Aku bahagia bersamanya, tiap
detik tiap hari selalu di temani dia. Malampun dia selalu ada untuk
meninabobokkan aku sampai aku lekas tertidur. Kadang aku yang mendongengkan dia
hingga dia tertidur pulas, maklum aku orangnya suka mendongeng apalagi buat
sebuah cerpen.. hmm hobi banget, lain dengannya yang hobi memainkan gitar. Yaah
suara gitar yang di mainkan emang bagus, cocok jadi anak band, hahaa.. Lagu
yang sering dia nyanyikan “Yaa Sudahlah” dari Bondan Prakoso. Lagu ini, hmm..
menurutku lagu kenangan bersama dia, ketika aku mendengar lagu ini di manapun
kemanapun aku pergi jika aku mendengarnya, serentak hatiku mengingat kenangan
bersamanya. Kenangan yang begitu sulit aku lupakan meskipun dia meninggalkan
luka untukku.
Dulu
aku kenal dia sejak aku SMP tapi waktu itu aku dengan dia cuma sebatas teman.
Ketika Ujian Akhir Sekolah sedang berlangsung, waktu itu aku terkena musibah.
Kecelakaan yang tragis hampir merenggut nyawaku, dan tidak lain yang menabrakku
adalah mantan kekasihku. Semasih aku pacaran dengan dia, banyak kenangan yang
terlewatkan bersama dia. Lagu yang masih melekat dihatiku sampai sekarang, tak
bisa terlupa kenangan bersamanya. Delapan bulan berjalan hingga putus di tengah
jalan, aku tak tau sebab dia menghilang tiba-tiba. Malam itu, saat hiruk-pikuk
terdengar suara binatang kecil dan jam pun menunjukkan jam setengah 2 malam.
Terakhir dia mengirimi aku sms dan smsnyapun sangat tidak enak untuk dibaca,
“Mungkin ini jalan terbaik untuk kita, kita sudah tidak cocok lagi. Maafkan aku
yang tiba-tiba menghilang dan mengatakan ini semua. Terima kasih atas semua
kasih yang kau berikan kepadaku. Jika kita bersatu pasti Tuhan akan menyatukan
kita, berjalanlah kemana arahmu berjalan. Kita pilih jalan masing-masing, aku
sayang kamu”. Serentak hatiku, air mata mulai mengalir di sudut mataku, ada apa
ini. Aku tak mengerti, aku bingung, sakit, marah, sedih, menangis malam itu.
Aku
mereplay smsnya, “Aku tak mengerti ini semua, tapi akan kucoba dengan apa yang
kamu mau. Terima kasih atas semuanya, akhir yang tidak aku inginkan”. Diapun
tak membalasnya, kucoba menelepon dia, sungguh sakit hatiku. Ternyata waiting
yang kulihat, siapa orang yang mengambil posisiku, aku tak tau. Akhir-akhir ini
memang dia agak berubah, sekarang terjawab sudah semuanya. Orang ketiga!!!
Pagi
yang riuh dengan terpaan angin yang membias tubuhku, angin kenangan yang menyapaku
pagi tiu. Masih saja teringat dengan apa yang terjadi semalam tetapi aku
berjanji pada diriku, pelan-pelan aku pasti bisa. Tetap melangkah tanpa dia,
harus semangat. Mungkin dia bukan yang terbaik untukku, mudahan hari ini dan
seterusnya akan berjalan lebih baik dari hari sekarang. Aku mulai fokus dengan
sekolahku yang sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional. Tak ada yang
terpikirkan sekarang kecuali sekolah dan tetap berdo’a semoga aku bisa lulus.
Hari yang di tunggu-tunggupun semakin mendekat dan akhirnya ujianpun kulewati.
Detik-detik pengumumanpun semakin kutunggu dan perasaan gugup dan dag dig dug..
hmm, aku tetap berdo’a, aku yakin dengan usahaku yang selama ini aku
perjuangkan untuk mendapatkan angka kelulusan. Hari itu, pengumumanpun berlangsung.
Sontak mataku melihat, alhamdulillah.. berlinang air mataku, bahagia tak
karuan. Aku langsung memeluk erat ketiga sahabatku. Kami semua lulus, teriakan
yang tak pernah habis mereka keluarkan saking bahagianya di hari kelulusan.
Gembar-gembor heboh, ramai.. coret-coretanpun menjadi saksi kelulusanku. Terima
kasih Tuhan, kau telah mengabulkan do’aku selama ini. Sujud syukur kepadamu tak
pernah kulupa.
Yaah..
pemandangan yang begitu asri, tempatku menimba ilmu yang baru mengejar
cita-citaku. UB (Universitas Brawijaya) Malang. Tempat kuliah pilihanku, disana
aku mengambil jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik. Hobiku yang suka
menulis dan akhirnya memutuskan mengambil jurusan sesuai minat dan hobiku.
Berjalan dan berjalan, semua baru di UB. Lombok ku tinggalkan, berpindah ke
Malang untuk menimba ilmu. Semoga cita-citaku jadi penulis tercapai. Hingga
pada tahun 2005 aku meraih gelar kesarjanaan. Studi terakhirku menjadi awal
dari karirku menjadi seorang penulis novel. Novel pertama yang terbit “The
World of Love”. Laris tercetak hingga berjuta keping buku, hari ini aku menjadi
penulis. Cita-cita yang ku impikan sudah didepan mata, hari itu aku melihat
scedule ku. Jam 08.00 malam terpampang di buku scedule ku, “Bedah Naskah” yang
dihadiri oleh para fans dan wartawan. Cafe Shinggashaii, salah satu cafe yang
banyak pengunjung.
Malampun
datang, akupun bersiap-siap untuk ke cafe tersebut. Ketika sampai disana,
suasana ramai dengan para fansku yang meminta aku untuk berfoto-foto dengan
mereka, tanda tanganpun tak lupa mereka minta. Aku senang sekali ternyata bukan
artis saja yang bisa jadi fans, semua bisa karena kita BISA dan BERUSAHA.
Puncak acarapun di temani dengan alun-alun musik, terdengar tak asing nama
sebuah band akan tampil di cafe itu. Setelah band tersebut naik keatas panggung
dan memulai dengan senar gitar yang begitu aku kenal besama kenanganku dulu,
malam itupun aku mendengarnya. Suara itu kembali, lagu itu menemaniku malam
itu. Ketika reff lagu yang dibawakan oleh vokal band tersebut, mukaku
terperanjat lalu melihatnya. Tatapan mataku tepat pada tatapan matanya,
jantungpun mulai berdetak. Aku kangen suara itu, musik itu dan suara gitar. Air
mataku mulai menetes, iapun terdiam tak melanjutkan lagu yang ia bawakan, aku
berdiri lalu menatapnya dengan penuh perasaan. Semua orang yang di cafe itu
bingung, band yang tadi memainkan musiknya tiba-tiba diam. Hening tanpa kata,
dan heran dengan tatapanku bersama seorang vokal dari band tersebut. Dia
melangkah, berdiri di hadapanku, memandangku, menghapus air mataku lalu
memelukku. Wartawanpun mulai menjepret-jepret aku dan seorang vokal itu, sangat
hangat pelukan yang sudah lama hilang dan kini kembali lagi. Pelukan yang penuh
kenangan, dia berucap kepadaku, “Aku disini untukmu, aku tau kamu seorang
penulis novel. Aku datang untukmu, maafkan aku yang dulu, aku datang untukmu,
aku ingin menebus kesalahanku. Perasaan memang tak bisa di bohongi, izinkan aku
untuk dihatimu sekali lagi. Aku ingin menebus kesalahanku yang dulu, aku sayang
kamu”. Akupun langsung memeluknya, erat tak mau aku lepaskan. Air mata bahagia
malam itu, semua sudah terjadi, bersamamu kembali bersatu.
Esokpun
menjadi berita terhangat di koran maupun majalah, seorang vokal yang tiba-tiba
memeluk seorang penulis novel. Bersatu dalam ikatan cinta, kembali bersatu
dalam tali kasih yang menyatukan keduanya. Hari-hariku mulai teras bahagia
sejak malam itu, dia kembali untukku. Cinta memang akan kembali jika ada yang
mengharapkannya, thanks God atas semuanya. Senar Gitar yang menceritakan
perjalanan kedua tokoh hingga bertemu di satu titik, bersatu dalam cinta kasih.
Yang disebut “Love, love, love”.. Kau kembali untukku dan aku sangat BAHAGIA
BERSAMAMU LAGI...
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar