Jumat, 29 Maret 2013

Senar Gitar dalam Sebuah Novel


Senar Gitar dalam Sebuah Novel
Oleh
Selfia Mona Peggystia



                Lalala.. lalala.. lalala.. begitu kau menyanyikan lagu untukku dengan gitarmu, betapa bahagianya diriku memilikimu. Setiap malam kau temani tidurku dengan suara gitarmu, seakan-akan kau menghipnotis aku sehingga aku tertidur pulas. Hmm.. namaku, Mia. Yang sering memainkan gitar untukku itu adalah kekasihku. Kekasih yang begitu aku kenal sangat baik dan penyayang. Aku bahagia bersamanya, tiap detik tiap hari selalu di temani dia. Malampun dia selalu ada untuk meninabobokkan aku sampai aku lekas tertidur. Kadang aku yang mendongengkan dia hingga dia tertidur pulas, maklum aku orangnya suka mendongeng apalagi buat sebuah cerpen.. hmm hobi banget, lain dengannya yang hobi memainkan gitar. Yaah suara gitar yang di mainkan emang bagus, cocok jadi anak band, hahaa.. Lagu yang sering dia nyanyikan “Yaa Sudahlah” dari Bondan Prakoso. Lagu ini, hmm.. menurutku lagu kenangan bersama dia, ketika aku mendengar lagu ini di manapun kemanapun aku pergi jika aku mendengarnya, serentak hatiku mengingat kenangan bersamanya. Kenangan yang begitu sulit aku lupakan meskipun dia meninggalkan luka untukku.
            Dulu aku kenal dia sejak aku SMP tapi waktu itu aku dengan dia cuma sebatas teman. Ketika Ujian Akhir Sekolah sedang berlangsung, waktu itu aku terkena musibah. Kecelakaan yang tragis hampir merenggut nyawaku, dan tidak lain yang menabrakku adalah mantan kekasihku. Semasih aku pacaran dengan dia, banyak kenangan yang terlewatkan bersama dia. Lagu yang masih melekat dihatiku sampai sekarang, tak bisa terlupa kenangan bersamanya. Delapan bulan berjalan hingga putus di tengah jalan, aku tak tau sebab dia menghilang tiba-tiba. Malam itu, saat hiruk-pikuk terdengar suara binatang kecil dan jam pun menunjukkan jam setengah 2 malam. Terakhir dia mengirimi aku sms dan smsnyapun sangat tidak enak untuk dibaca, “Mungkin ini jalan terbaik untuk kita, kita sudah tidak cocok lagi. Maafkan aku yang tiba-tiba menghilang dan mengatakan ini semua. Terima kasih atas semua kasih yang kau berikan kepadaku. Jika kita bersatu pasti Tuhan akan menyatukan kita, berjalanlah kemana arahmu berjalan. Kita pilih jalan masing-masing, aku sayang kamu”. Serentak hatiku, air mata mulai mengalir di sudut mataku, ada apa ini. Aku tak mengerti, aku bingung, sakit, marah, sedih, menangis malam itu.
            Aku mereplay smsnya, “Aku tak mengerti ini semua, tapi akan kucoba dengan apa yang kamu mau. Terima kasih atas semuanya, akhir yang tidak aku inginkan”. Diapun tak membalasnya, kucoba menelepon dia, sungguh sakit hatiku. Ternyata waiting yang kulihat, siapa orang yang mengambil posisiku, aku tak tau. Akhir-akhir ini memang dia agak berubah, sekarang terjawab sudah semuanya. Orang ketiga!!!
            Pagi yang riuh dengan terpaan angin yang membias tubuhku, angin kenangan yang menyapaku pagi tiu. Masih saja teringat dengan apa yang terjadi semalam tetapi aku berjanji pada diriku, pelan-pelan aku pasti bisa. Tetap melangkah tanpa dia, harus semangat. Mungkin dia bukan yang terbaik untukku, mudahan hari ini dan seterusnya akan berjalan lebih baik dari hari sekarang. Aku mulai fokus dengan sekolahku yang sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional. Tak ada yang terpikirkan sekarang kecuali sekolah dan tetap berdo’a semoga aku bisa lulus. Hari yang di tunggu-tunggupun semakin mendekat dan akhirnya ujianpun kulewati. Detik-detik pengumumanpun semakin kutunggu dan perasaan gugup dan dag dig dug.. hmm, aku tetap berdo’a, aku yakin dengan usahaku yang selama ini aku perjuangkan untuk mendapatkan angka kelulusan. Hari itu, pengumumanpun berlangsung. Sontak mataku melihat, alhamdulillah.. berlinang air mataku, bahagia tak karuan. Aku langsung memeluk erat ketiga sahabatku. Kami semua lulus, teriakan yang tak pernah habis mereka keluarkan saking bahagianya di hari kelulusan. Gembar-gembor heboh, ramai.. coret-coretanpun menjadi saksi kelulusanku. Terima kasih Tuhan, kau telah mengabulkan do’aku selama ini. Sujud syukur kepadamu tak pernah kulupa.
            Yaah.. pemandangan yang begitu asri, tempatku menimba ilmu yang baru mengejar cita-citaku. UB (Universitas Brawijaya) Malang. Tempat kuliah pilihanku, disana aku mengambil jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik. Hobiku yang suka menulis dan akhirnya memutuskan mengambil jurusan sesuai minat dan hobiku. Berjalan dan berjalan, semua baru di UB. Lombok ku tinggalkan, berpindah ke Malang untuk menimba ilmu. Semoga cita-citaku jadi penulis tercapai. Hingga pada tahun 2005 aku meraih gelar kesarjanaan. Studi terakhirku menjadi awal dari karirku menjadi seorang penulis novel. Novel pertama yang terbit “The World of Love”. Laris tercetak hingga berjuta keping buku, hari ini aku menjadi penulis. Cita-cita yang ku impikan sudah didepan mata, hari itu aku melihat scedule ku. Jam 08.00 malam terpampang di buku scedule ku, “Bedah Naskah” yang dihadiri oleh para fans dan wartawan. Cafe Shinggashaii, salah satu cafe yang banyak pengunjung.
            Malampun datang, akupun bersiap-siap untuk ke cafe tersebut. Ketika sampai disana, suasana ramai dengan para fansku yang meminta aku untuk berfoto-foto dengan mereka, tanda tanganpun tak lupa mereka minta. Aku senang sekali ternyata bukan artis saja yang bisa jadi fans, semua bisa karena kita BISA dan BERUSAHA. Puncak acarapun di temani dengan alun-alun musik, terdengar tak asing nama sebuah band akan tampil di cafe itu. Setelah band tersebut naik keatas panggung dan memulai dengan senar gitar yang begitu aku kenal besama kenanganku dulu, malam itupun aku mendengarnya. Suara itu kembali, lagu itu menemaniku malam itu. Ketika reff lagu yang dibawakan oleh vokal band tersebut, mukaku terperanjat lalu melihatnya. Tatapan mataku tepat pada tatapan matanya, jantungpun mulai berdetak. Aku kangen suara itu, musik itu dan suara gitar. Air mataku mulai menetes, iapun terdiam tak melanjutkan lagu yang ia bawakan, aku berdiri lalu menatapnya dengan penuh perasaan. Semua orang yang di cafe itu bingung, band yang tadi memainkan musiknya tiba-tiba diam. Hening tanpa kata, dan heran dengan tatapanku bersama seorang vokal dari band tersebut. Dia melangkah, berdiri di hadapanku, memandangku, menghapus air mataku lalu memelukku. Wartawanpun mulai menjepret-jepret aku dan seorang vokal itu, sangat hangat pelukan yang sudah lama hilang dan kini kembali lagi. Pelukan yang penuh kenangan, dia berucap kepadaku, “Aku disini untukmu, aku tau kamu seorang penulis novel. Aku datang untukmu, maafkan aku yang dulu, aku datang untukmu, aku ingin menebus kesalahanku. Perasaan memang tak bisa di bohongi, izinkan aku untuk dihatimu sekali lagi. Aku ingin menebus kesalahanku yang dulu, aku sayang kamu”. Akupun langsung memeluknya, erat tak mau aku lepaskan. Air mata bahagia malam itu, semua sudah terjadi, bersamamu kembali bersatu.
                        Esokpun menjadi berita terhangat di koran maupun majalah, seorang vokal yang tiba-tiba memeluk seorang penulis novel. Bersatu dalam ikatan cinta, kembali bersatu dalam tali kasih yang menyatukan keduanya. Hari-hariku mulai teras bahagia sejak malam itu, dia kembali untukku. Cinta memang akan kembali jika ada yang mengharapkannya, thanks God atas semuanya. Senar Gitar yang menceritakan perjalanan kedua tokoh hingga bertemu di satu titik, bersatu dalam cinta kasih. Yang disebut “Love, love, love”.. Kau kembali untukku dan aku sangat BAHAGIA BERSAMAMU LAGI...

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar