The
Accidents Of Birthday
Oleh
Selfia
Mona Peggystia
Annyeoug...!!!
Kembali lagi dengan saya yang akan menceritakan
sejuta cerita kocak yang pernah kita lalui bersama, ketika kita mengenakan
seragam putih abu-abu. Kalian semua pasti terbayang dengan judul cerita yang
saya buat. Maka dari itu, baca dan simak baik-baik cerita kita semua. Salam
terhangat buat kalian semua “my lovely class, TWESCIE”.
Hari
itu, entahlah aku lupa hari itu hari apa. Terang teringat dalam bayangku ketika
mengenakan baju khusus yang setiap hari rabu dan kamis kita kenakan bersama.
Pikiran yang entah dari mana datang, yang sejujurnya pada awal aku tak menyukai
niat kalian semua. Bagai nasi yang jadi bubur, begitulah yang aku alami kala
waktu itu. Berapa macam tepung, berapa pula telur yang nantinya menjadi
hidangan lezat tuk yang berulang tahun. Sedari pagi memang tak ada
gembar-gembor mengenai kejutan yang tak pernah terpikir olehku. Merencanakan
semuanya tanpa sepengetahuanku.
Hari
itu, tepatnya jam terakhir yang beruntung buat kelasku ga ada guru dan engga
belajar. Si kapten kelas yang lagi asyik bercanda gurau dengan para cowok
TWESCIE lainnya, tak pernah terpikir akan mendapatkan kejutan yang begitu
spesial. Lain halnya dengan cewek-cewek TWESCIE yang lebih memilih berdialog di
dalam kelas, duduk di perapian pinggir kolam bawah pohon mangga. Sayup-sayup
angin menyapa jika hendak duduk di perapian rumput yang hijau itu. Satu jam
lagi bel akan terdengar bunyi uniknya, sementara para cowok sudah mempersiapkan
semuanya tanpa ada yang terlupakan.
Randa, begitu di sapa oleh semua teman yang
mengenalnya. Berusaha berlari sekuat tenaga dari tekanan cowok-cowok TWESCIE
yang akan membuat ia berlumuran tepung dan telur. Kemanapun arah ia berlari
akan masuk perangkap jua, jelas saja setelah bermandikan tepung dan telur,
iapun terbuang dengan ringan oleh beberapa tangan yang menceburkan ia ke kolam.
Cuuuurrrrrrrrrr kedubrak.... kedengaran hempasan tubuh cowok yang berulang
tahun itu. Beberapa pasang mata mengalihkan perhatian ke pusat kejadian, gelak
tawapun tak habis-habisnya keluar dari bibir semua yang melihatnya. Merasa iri
dengan apa yang telah dialaminya, si cowok yang telah basah kuyup itu meminta
agar aku di perlakukan sama halnya dengan dia.
Oo..
oo.. ooww------- ku mulai menyelinap pergi dari keramaian, menyembunyikan
diriku dari pusat keramaian. Kopsis, tempat yang menurutku tepat untuk
bersembunyi. Berbisik pada mba yun agar tak berucap sepatah katapun bila ada
yang mencariku. Iapun mengangguk sambil melayani pembeli yang cukup ramai.
Gugup menemaniku saat itu, berharap tak ada yang mencariku. Beberapa menit
kemudian, suara itu tak asing kudengarkan, menanyakan keberadaanku. Terkaget
bukan main, mba yun tak bisa lagi menyelamatkan aku dari segerombolan
cowok-cowok yang layaknya bagai penjahat kakap atas itu. Menggobrak pintu
menarik-narikku sangat keras. Teriakan dari mulutku yang begitu keras meminta
pertolongan. Berharap sang pangeran akan datang menolongku dengan kuda putih
yang berhiasan, yang layaknya permaisuri. Uwaha.. cuma hayalku saja, tanpa
menunggu lama setelah si doraemon tasku dan juga sepatu imut berwarna coklatku
terlepas, aku yang layaknya duyung mendapati diriku telah mengapung di kolam
ikan yang berukuran kecil tepat berada depan kopsis. Wajah memerah mulai terpancar,
rasa malu yang menghiasiku. Telah mendapati diriku basah kuyup, semua yang
melihatku menyorakkan dengan gelak tawanya. Betapa malunya aku saat itu,
bergegas menuju musholla merapikan diriku yang berantakan, lumpur yang menempel
di rokku membuat aku jijik melihat diriku. Iisshhh!!!
”Ooh Tuhan, inikah hadiah yang Kau berikan untukku.
Kejutan yang membuatku malu, lumpur yang berserakan di sebagian seragamku.
Benar-benar hadiah yang tak pernah terlupakan di umurku yang ke 18”-----terucap
dalam hati.
Usai
membersihkan diriku, sebelum bel menandakan untuk pulang, aku sudah bersiap
dengan penampilanku yang begitu konyol, karena hadiah yang tak pernah di
sangka-sangka dari teman sekelasku. Lekas saja ku bergegas mengambil si imut
hitamku yang terparkir begitu rapinya. Mengegas dengan lembutnya tanganku,
seakan memberi perlindungan dari terik siang yang menguras keringat. Beberapa
siswa yang keluar kelas mulai menertawakanku, dengan wajah memaluku lantas
kumengegas dengan kilat si imut hitamku meninggalkan sekolah.
Haahhhhhh...........!!!
Beda dengan Utami
Oktaviana Kusuma Wardani yang berulang tahun menjelang les tiba. Inilah
cerita selengkapnya, mohon di simak dengan seksama!!!
Usai
jam pelajaran, beranjak menuju WB yang terkenal dengan makanan khasnya
pecel tuk mengisi beberapa perut yang
sedari tadi mengeluarkan bunyi karena lapar yang tertahan. Memang warung yang
dijuluki inaq gecin ini
sangatlah laris buat kantong anak esema. Kami sekelas bebondong-bondong mendemo
naq gecin tuk mendapatkan
sepiring pecel+es kelapa hijau segar. Tamilah yang mentraktir saat itu, karena
hari itu adalah ulang tahunnya. Berbagi dengan teman-teman tak akan terlupakan.
Gomawo Tamii...!!! Hehehee J
Perut sudah berisi saatnya kembali ke sekolah untuk
menuai pelajaran tambahan yang akan diisi oleh wali kelas kami. Dua jam telah
lalu, tak tik jitu telah di rancang beberapa cowok TWESCIE, yang selalu
bermodalkan tepung dan telur. Seusai pelajaran tambahan berakhir, Tami yang
baru saja keluar kelas langsung di sambut dengan beberapa tepung yang membuat
wajahnya terlihat mengenakan bedak. Telurpun menghiasi dirinya yang kelihatan
seperti kue belum matang. Hehee peacee...!!!
Tak
lupa dirinya menyuruh salah satu teman menjepret dirinya sedang berlumuran
tepung dan telur. Sebagai kenangan yang hingga sekarang kita akan mengingatnya.
Sebandel-bandel anak TWESCIE bila hendak berulang tahun tak pernah mau
mendengarkan ucapan guru yang memberi peringatan “jangan rayakan ulang tahun dalam sekolah”, tak jua di
hiraukan.
Yoniq’s
Birthday (19 mei) yang bersamaan dengan Widya....
Begini cerita seingatku. Mohon untuk di simak
baik-baik ya, karena ini cerita terkhir yang ku ingat. Hehee selamat membaca
kawan!!!
Pulang
sekolah ato engga pulang les, aku sedikit lupa. Kejadiannya tepat depan ruang
perpus, telur vs tepung dilemparkan ke muka Yoniq. Jerit teriakannya girang
terdengar sepasang telinga. Sampai pada akhirnya petugas perpus keluar dari
kandangnya, wajah masam sinis sekaligus omelannya tak kunjung reda. Yang
tadinya ramai karena gelak tawa, kini diam bungkam tanpa kata. Menyadari akan
kesalahan, secepat mungkin membersihkan kotoran bekas tepung dan telur hingga
terlihat bersih. Takut pak kepsek memarahi kami semua tapi dasar apesnya,
ketika upacara berlangsung di minggu berikutnya, pak kepsek mulai mengumbar
kesalahan kami. Setelah mendengar, bukan kami saja yang menjadi subyek
bersalah, kelas tiga yang lainpun ikut bersalah karena sama-sama membuat
kesalahan berulang tahun di sekolah. Pembacaan do’a menjadi akhir dari
berlangsungnya upacara senin itu. Terkaget bukan kepalang, kelas kami di
panggil dan harus patuh atas perintah yang menyuruh kami untuk diam di
lapangan. Sementara yang lain masuk kelas masing-masing. Berdiri di hadapan
kami sesosok pria bertubuh agak tegap (pak Suitre). Memberi peringatan pada
kami untuk tidak mengulangi apa yang sudah terjadi. Sebagai hukuman, kami semua
membersihkan lapangan yang tak begitu kotor keliatannya itu.
Namun
dasar kuping apa yang di miliki anak TWESCIE, mengiyakan ketika di beri peringatan saja dan berlalu mengabaikan tanpa mengingat sedikitpun
gertakan pak Suitre. Hebat bener emang kelasku, salut dengan kenakalan yang
membawa sedih maupun senang bersama. Kebersamaanlah yang membuat kita semua
nyaman, persahabatan yang tak akan perna sirna oleh senyum-senyum kalian. TWESCIE
untuk satu, satu untuk TWESCIE. Jaya kelasku tercinta, miss u TWESCIE.
Sekian ceritaku, kapan-kapan di sambung lagi ya,
makasi atas perhatiannya sudah membaca. Gomawoooooooooo!!!
The
End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar