Jumat, 29 Maret 2013

The Accidents Of Birthday


The Accidents Of Birthday
Oleh
Selfia Mona Peggystia


Annyeoug...!!!
Kembali lagi dengan saya yang akan menceritakan sejuta cerita kocak yang pernah kita lalui bersama, ketika kita mengenakan seragam putih abu-abu. Kalian semua pasti terbayang dengan judul cerita yang saya buat. Maka dari itu, baca dan simak baik-baik cerita kita semua. Salam terhangat buat kalian semua “my lovely class, TWESCIE”.
            Hari itu, entahlah aku lupa hari itu hari apa. Terang teringat dalam bayangku ketika mengenakan baju khusus yang setiap hari rabu dan kamis kita kenakan bersama. Pikiran yang entah dari mana datang, yang sejujurnya pada awal aku tak menyukai niat kalian semua. Bagai nasi yang jadi bubur, begitulah yang aku alami kala waktu itu. Berapa macam tepung, berapa pula telur yang nantinya menjadi hidangan lezat tuk yang berulang tahun. Sedari pagi memang tak ada gembar-gembor mengenai kejutan yang tak pernah terpikir olehku. Merencanakan semuanya tanpa sepengetahuanku.
            Hari itu, tepatnya jam terakhir yang beruntung buat kelasku ga ada guru dan engga belajar. Si kapten kelas yang lagi asyik bercanda gurau dengan para cowok TWESCIE lainnya, tak pernah terpikir akan mendapatkan kejutan yang begitu spesial. Lain halnya dengan cewek-cewek TWESCIE yang lebih memilih berdialog di dalam kelas, duduk di perapian pinggir kolam bawah pohon mangga. Sayup-sayup angin menyapa jika hendak duduk di perapian rumput yang hijau itu. Satu jam lagi bel akan terdengar bunyi uniknya, sementara para cowok sudah mempersiapkan semuanya tanpa ada yang terlupakan.
Randa, begitu di sapa oleh semua teman yang mengenalnya. Berusaha berlari sekuat tenaga dari tekanan cowok-cowok TWESCIE yang akan membuat ia berlumuran tepung dan telur. Kemanapun arah ia berlari akan masuk perangkap jua, jelas saja setelah bermandikan tepung dan telur, iapun terbuang dengan ringan oleh beberapa tangan yang menceburkan ia ke kolam. Cuuuurrrrrrrrrr kedubrak.... kedengaran hempasan tubuh cowok yang berulang tahun itu. Beberapa pasang mata mengalihkan perhatian ke pusat kejadian, gelak tawapun tak habis-habisnya keluar dari bibir semua yang melihatnya. Merasa iri dengan apa yang telah dialaminya, si cowok yang telah basah kuyup itu meminta agar aku di perlakukan sama halnya dengan dia.
            Oo.. oo.. ooww------- ku mulai menyelinap pergi dari keramaian, menyembunyikan diriku dari pusat keramaian. Kopsis, tempat yang menurutku tepat untuk bersembunyi. Berbisik pada mba yun agar tak berucap sepatah katapun bila ada yang mencariku. Iapun mengangguk sambil melayani pembeli yang cukup ramai. Gugup menemaniku saat itu, berharap tak ada yang mencariku. Beberapa menit kemudian, suara itu tak asing kudengarkan, menanyakan keberadaanku. Terkaget bukan main, mba yun tak bisa lagi menyelamatkan aku dari segerombolan cowok-cowok yang layaknya bagai penjahat kakap atas itu. Menggobrak pintu menarik-narikku sangat keras. Teriakan dari mulutku yang begitu keras meminta pertolongan. Berharap sang pangeran akan datang menolongku dengan kuda putih yang berhiasan, yang layaknya permaisuri. Uwaha.. cuma hayalku saja, tanpa menunggu lama setelah si doraemon tasku dan juga sepatu imut berwarna coklatku terlepas, aku yang layaknya duyung mendapati diriku telah mengapung di kolam ikan yang berukuran kecil tepat berada depan kopsis. Wajah memerah mulai terpancar, rasa malu yang menghiasiku. Telah mendapati diriku basah kuyup, semua yang melihatku menyorakkan dengan gelak tawanya. Betapa malunya aku saat itu, bergegas menuju musholla merapikan diriku yang berantakan, lumpur yang menempel di rokku membuat aku jijik melihat diriku. Iisshhh!!!
”Ooh Tuhan, inikah hadiah yang Kau berikan untukku. Kejutan yang membuatku malu, lumpur yang berserakan di sebagian seragamku. Benar-benar hadiah yang tak pernah terlupakan di umurku yang ke 18”-----terucap dalam hati.
            Usai membersihkan diriku, sebelum bel menandakan untuk pulang, aku sudah bersiap dengan penampilanku yang begitu konyol, karena hadiah yang tak pernah di sangka-sangka dari teman sekelasku. Lekas saja ku bergegas mengambil si imut hitamku yang terparkir begitu rapinya. Mengegas dengan lembutnya tanganku, seakan memberi perlindungan dari terik siang yang menguras keringat. Beberapa siswa yang keluar kelas mulai menertawakanku, dengan wajah memaluku lantas kumengegas dengan kilat si imut hitamku meninggalkan sekolah. Haahhhhhh...........!!!

Beda dengan Utami Oktaviana Kusuma Wardani yang berulang tahun menjelang les tiba. Inilah cerita selengkapnya, mohon di simak dengan seksama!!!
            Usai jam pelajaran, beranjak menuju WB yang terkenal dengan makanan khasnya pecel  tuk mengisi beberapa perut yang sedari tadi mengeluarkan bunyi karena lapar yang tertahan. Memang warung yang dijuluki inaq gecin ini sangatlah laris buat kantong anak esema. Kami sekelas bebondong-bondong mendemo naq gecin tuk mendapatkan sepiring pecel+es kelapa hijau segar. Tamilah yang mentraktir saat itu, karena hari itu adalah ulang tahunnya. Berbagi dengan teman-teman tak akan terlupakan. Gomawo Tamii...!!! Hehehee J
Perut sudah berisi saatnya kembali ke sekolah untuk menuai pelajaran tambahan yang akan diisi oleh wali kelas kami. Dua jam telah lalu, tak tik jitu telah di rancang beberapa cowok TWESCIE, yang selalu bermodalkan tepung dan telur. Seusai pelajaran tambahan berakhir, Tami yang baru saja keluar kelas langsung di sambut dengan beberapa tepung yang membuat wajahnya terlihat mengenakan bedak. Telurpun menghiasi dirinya yang kelihatan seperti kue belum matang. Hehee peacee...!!!
            Tak lupa dirinya menyuruh salah satu teman menjepret dirinya sedang berlumuran tepung dan telur. Sebagai kenangan yang hingga sekarang kita akan mengingatnya. Sebandel-bandel anak TWESCIE bila hendak berulang tahun tak pernah mau mendengarkan ucapan guru yang memberi peringatan “jangan rayakan ulang tahun dalam sekolah”, tak jua di hiraukan.

Yoniq’s Birthday (19 mei) yang bersamaan dengan Widya....

Begini cerita seingatku. Mohon untuk di simak baik-baik ya, karena ini cerita terkhir yang ku ingat. Hehee selamat membaca kawan!!!
            Pulang sekolah ato engga pulang les, aku sedikit lupa. Kejadiannya tepat depan ruang perpus, telur vs tepung dilemparkan ke muka Yoniq. Jerit teriakannya girang terdengar sepasang telinga. Sampai pada akhirnya petugas perpus keluar dari kandangnya, wajah masam sinis sekaligus omelannya tak kunjung reda. Yang tadinya ramai karena gelak tawa, kini diam bungkam tanpa kata. Menyadari akan kesalahan, secepat mungkin membersihkan kotoran bekas tepung dan telur hingga terlihat bersih. Takut pak kepsek memarahi kami semua tapi dasar apesnya, ketika upacara berlangsung di minggu berikutnya, pak kepsek mulai mengumbar kesalahan kami. Setelah mendengar, bukan kami saja yang menjadi subyek bersalah, kelas tiga yang lainpun ikut bersalah karena sama-sama membuat kesalahan berulang tahun di sekolah. Pembacaan do’a menjadi akhir dari berlangsungnya upacara senin itu. Terkaget bukan kepalang, kelas kami di panggil dan harus patuh atas perintah yang menyuruh kami untuk diam di lapangan. Sementara yang lain masuk kelas masing-masing. Berdiri di hadapan kami sesosok pria bertubuh agak tegap (pak Suitre). Memberi peringatan pada kami untuk tidak mengulangi apa yang sudah terjadi. Sebagai hukuman, kami semua membersihkan lapangan yang tak begitu kotor keliatannya itu.
            Namun dasar kuping apa yang di miliki anak TWESCIE, mengiyakan ketika di beri peringatan saja dan berlalu mengabaikan tanpa mengingat sedikitpun gertakan pak Suitre. Hebat bener emang kelasku, salut dengan kenakalan yang membawa sedih maupun senang bersama. Kebersamaanlah yang membuat kita semua nyaman, persahabatan yang tak akan perna sirna oleh senyum-senyum kalian. TWESCIE untuk satu, satu untuk TWESCIE. Jaya kelasku tercinta, miss u TWESCIE.
Sekian ceritaku, kapan-kapan di sambung lagi ya, makasi atas perhatiannya sudah membaca. Gomawoooooooooo!!!

The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar