Berhiasnya
Seragam Putih Abu-abu
Oleh
Selfia
Mona Peggystia
Tak berucap katapun, semua
terbayang dalam setiap pikirku, namun ku tahu, tiada kisah yang sangat
mengindahkan selain kisah masa-masa esemaku. Masa yang ku pikir paling indah
dalam hidupku, cuma sekali saja dan tak akan pernah terulang. Dari pertamaku
menginjakkan kaki di esemaku yang sangat ku bangga-banggakan, bertemu teman
baru dan mengubah seragamku yang dulu putih biru menjadi putih abu-abu. Sangat
bermakna seragam yang ku pakai saat itu, berhias dasi abu dan topi lengkap,
akupun terlihat cantik memakainya. Sebuah kelas yang kompak dan kekeluargaan,
seiring perpisahan itu, aku bersama kalian semua memaknai hari-hari yang sangat
singkat itu dengan kebersamaan di esema. Duduk berbarengan dan mulai memainkan
senar gitar yang kedengarannya sangat indah untuk kenangan masa esemaku.
Canda, tawa, duka, dan hiruk-pikuk
pada waktu itu menjadi dilema dalam kalbuku di masa esema. Terbayang-bayang
ketika menghadapi ujian bersama, memberi sebuah kunci jawaban dengan jemari
tangan, menggaruk-garuk kepala walau tak terasa gatal, mengangkat telunjuk dan
jari tengah yang berarti kunci jawaban B. Tak pernah terlupakan, berkasih dan
saling memberi demi pejuangan masa-masa esema. Melihat teman duduk berdua di seputaran
kelas, wajah-wajah imut berlenggak-lenggok menuju kamar kecil hanya untuk
merapikan penampilannya. Duduk di atas perapian rerumputan hanya sekedar
menikmati jam istirahat, melihat bayanganku duduk bersama teman-teman saling
bercanda dan bercerita tentang waktu itu, terbersit dalam benakku akan selalu
merindukan masa-masa esemaku.
Berlari-lari kecil melewati kelas
hanya ingin bersembunyi dari guru yang selalu memakai kacamata itu. Rambutnya
yang terurai dan bayangan ceplas-ceplosnya yang tak henti-henti, kujuluki dia
mak lampir. Aku takut tapi aku sangat berani, keluar kelas menuju kantin di
saat jam pelajaran. Memang kadang aku tak menaati peraturan tapi itulah
masa-masa esemaku. Masa pertengahan dari kehidupanku yang akan berlanjut ke
tahapan yang lebih dewasa. Sering terlintas pikiran ketika melihat mahasiswi,
apakah kuliah itu juga indah seperti esema? Apa orang lebih memilih penampilan
bebas yang terbatas sambil menjalani pendidikan? Entahlah.. aku tah paham
karena aku masih memakai seragam putih abu-abu. Jarak yang sangat dekat untuk
melangkah menjadi seorang mahasiswi. Hanya berbekal pribadi dan tampilan yang
baik semua akan terlaksana dengan baik.
Masa esemaku.. akan kujadikan sebuah
kisah dalam satu sampul buku kehidupan yang tak akan pernah terlupa dan selalu
terbayang-bayang dalam benakku. Masa yang sungguh mengindahkan bisa mengenal
semua yang telah ku kenal dan satu hal yang ingin ku ucapkan dalam tulisanku
ini, “teman.. aku sangat bahagia mengenal kalian, jangan saling melupakan
karena kalian semua ada dalam hatiku, tersenyumlah kalian.. aku sangat
menyayangi kalian.” Tak lama lagi perpisahan itu akan datang, dan waktu yang
sangat singkat ini akan ku warnai bersama kalian. Sebelum berpisah dengan
kalian semua, aku ingin kisah esema kita menjadi kenangan abadi di hati
masing-masing. Dan jangan anggap perpisahan ini akhir dari pertemanan,
perpisahan bukanlah perpisahan tetapi berpisah sementara untuk berjumpa
kembali. Aku akan selalu mengenang masa esema ini. Pelajaran yang sangat
berarti bagiku, masa esemaku yang penuh dengan kisah-kisah yang tiada akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar